Bab 48) Memainkan Peran"Justru Hanum-lah penyebabnya. Sejak kamu menikahi Hanum, kamu banyak berubah, bahkan sampai mengurangi jatah Mama demi perempuan ini." Wanita tua itu kembali menunjuk Hanum yang masih tetap tenang dan menyunggingkan senyum tipis."Lalu dimana salahnya aku memberi nafkah untuk istriku sendiri, Ma? Bukankah itu kewajibanku?" gugat Fahri."Dan Mama bisa melakukannya jika uang itu kamu berikan semua kepada Mama," tukas ibunya."Aku merasa lebih nyaman memberikan uang nafkah langsung kepada Hanum tanpa harus melewati Mama." Lelaki itu menghela nafas, lalu memandang Hanum yang tak bergeming."Lalu apa masalahnya dengan Mila? Kalau Hanum memang tidak mau lagi memberikan Mila uang saku, ya sudah. Uang yang sudah ada di tangan Hanum adalah uang Hanum dan Mila tidak boleh memaksakan kehendaknya," tegas Fahri menatap wajah Mila. Gadis belia itu seketika tertunduk meskipun cukup kaget dan tak menyangka ternyata sang kakak justru membela istrinya. "Memang, tetapi sebagai
Bab 49) Apa Artinya Cinta"Terus, apa maumu sekarang?!" tantang Fahri. "Bangunkan aku sebuah rumah!" tegas Hanum."Rumah? Aku tidak punya uang sebanyak itu, Hanum!" pekik Fahri."Aku sudah menawarkan kepadamu agar kita membangun rumah dengan uangku. Kenapa kamu menolak?" Wanita itu kembali teringat perdebatan mereka beberapa malam yang lalu."Sayang, urusan rumah itu urusan laki-laki. Yang harus membangun rumah itu suami, bukan istri." Lelaki itu menggeleng. Entah bagaimana lagi ia harus menjelaskan ini kepada istrinya. Harga diri lelaki itu adalah bekerja dan kemampuan dalam membiayai keluarga. Dia tak akan sudi menerima bantuan dari sang istri."Tapi mau sampai kapan aku harus tinggal di rumah ini? Bisa-bisa aku gila, Kak. Kakak tahu sendiri bagaimana sikap Mama dan Mila terhadapku. Itu belum termasuk anggota keluarga yang lain. Aku pikir dengan seiring berjalannya waktu, mereka bisa menerimaku, tapi ternyata apa? Selalu saja Yasmin yang mereka inginkan untuk menjadi istrimu. Ya s
Bab 50) Pembalasan Pertama "Betul, Ma." Hanum sudah bisa memprediksi reaksi Ismah tentang hal ini. "Nekat kalian," desis wanita tua itu seraya berjalan ke depan pintu. Dia melihat tiga orang lelaki termasuk Fahri sedang menurunkan kayu aneka bentuk dan ukuran yang akan dipakai untuk membangun rumah nantinya. "Hanya segitu?" cibir wanita tua itu membalikkan tubuh menghadap Hanum. "Terlalu tinggi mimpi kalian!" "Memang hanya segitu kemampuan yang ada, Ma. Itu adalah uang sisa dari yang pernah diberikan oleh Kak Fahri. Nanti sisanya akan dipikirkan setelah musim panen," balas Hanum. "Kau...!" Ismah menuding jari telunjuk di dahi Hanum. "Berani sekali kamu menguasai uang anakku!" "Sudah seharusnya setiap rumahtangga itu punya rumah sendiri. Apakah itu yang di maksud Mama menguasai uang anak Mama?" balas Hanum datar. "Asal Mama tahu ya, sepeserpun aku tak pernah memakai uang pemberian anak Mama. Malah adiknya lah yang setiap hari meminta uang kepadaku. Oh, ya, Ma, aku kasih tahu, bah
Bab 51) Permintaan Haji AlwiSecepat kilat tangan Zainab dan Fahri menopang tubuh itu hingga akhirnya ketiganya duduk di lantai dengan kaki berselonjor."Kamu tidak sedang berbohong sama Mama, Fahri?" tanya Ismah. Suaranya melemah."Buat apa aku berbohong, Ma? Yasmin itu tidak sebaik apa yang Mama pikirkan." Terasa sesak dadanya mengingat permintaan haji Alwi barusan. Lelaki setengah tua itu bahkan mengatakan permintaannya secara gamblang di hadapan Hanum.Untung saja istrinya tidak semaput. Pengalaman hidup bersamanya selama beberapa bulan ini rupanya menempa Hanum menjadi wanita yang lebih kuat."Mana buktinya jika Yasmin itu tidak sebaik yang Mama pikirkan? Dengar, Fahri. Yasmin itu putrinya haji Faisal dan sejak kecil ia dipelihara oleh haji Alwi dan istrinya. Mama tahu bagaimana sifat Yasmin dari kecil," bela ibunya."Tetapi Mama tidak tahu, kan, bagaimana pergaulannya di saat ia menginjak masa remaja dan berada di Banjarmasin sana?" tukas Fahri.Ismah dan Zainab sama-sama mengge
Bab 52) Cukup Sampai DisiniLelaki setengah tua itu menggeleng keras. "Tidak, Bu. Sudah cukup sampai di sini. Aku tidak mau membuat keluarga kita semakin malu. Ini ketiga kalinya kita meminta Fahri untuk menikahi Yasmin. Mau di taruh dimana mukaku?!""Tapi kita belum mencobanya. Aku tahu Bu Ismah sangat mengharapkan Yasmin menjadi menantunya," bantah Rahma."Iya, aku tahu. Tetapi bagaimana kalau Fahri kembali menolak?! Bu, Fahri itu punya istri dan ia sangat mencintai istrinya. Sekeras apapun Bu Ismah memaksa, Fahri akan tetap menolak." Haji Alwi mengeluh."Tetapi kemarin Fahri akhirnya menyetujui menikahi Yasmin sebelum akhirnya digagalkan oleh istrinya," sela Rahma. Sorot matanya penuh harap."Iya. Itu karena Yasmin yang menjebak Fahri, tetapi sekarang kasusnya beda, Bu. Ingat, kita sudah ditolak sebanyak tiga kali. Ibu ngerti nggak sih?" Suara lelaki itu meninggi. Dia sangat ingin menyadarkan istrinya supaya tidak lagi berharap kepada Fahri."Tapi bagaimana dengan Yasmin? Nasib kep
Bab 53) Pernikahan Sandiwara Hanum membuka pintu kamarnya, keluar pelan-pelan tanpa suara. Langkahnya terhenti di salah satu bidang dinding pembatas antara ruang tengah dan ruang tamu. "Yasmin menikah? Masa iya? Yang benar saja! Bukannya Yasmin ingin menikah dengan Fahri?" Berondongan kalimat bernada pertanyaan meluncur dari bibir wanita tua itu. "Tapi inilah kenyataannya, Ma." Zainab menyodorkan ponselnya ke hadapan ibunya. Ismah ternganga melihat video pendek Yasmin dengan balutan pakaian pengantin. Di sampingnya seorang lelaki dengan pakaian pengantin pula tengah menjabat tangan lelaki tua sembari mengucapkan ikrar nikah. "Kamu bener, Zainab. Habis sudah harapan Mama untuk bermenantukan Yasmin." keluh wanita tua itu. Ismah terduduk lemas di kursi sofa favoritnya di ruang tamu. "Mau gimana lagi, Ma?" Zainab menghela nafas. Dia pun menyusul duduk di samping ibunya. Namun semenit kemudian wanita itu menyadari satu hal. Dia kembali memutar ulang video pernikahan Yasmin di ponselny
Bab 54) Bukan Suami Bayaran"Mbak...."Cermin riasnya menangkap bayangan seorang lelaki mengenakan pakaian pengantin berwarna putih. Yasmin menoleh ke belakang dan spontan berdiri."Zidan," panggil Yasmin. Wanita itu melambaikan tangan dan Zidan pun mendekat."Maaf jika sudah lancang masuk kamar Mbak Yasmin. Aku mau ganti baju," ujarnya dengan nada sedikit ragu.Yasmin mengangguk. "Tentu saja. Sepertinya kamu perlu membersihkan diri terlebih dulu sebelum berganti baju. Mandilah, Zidan," titahnya."Baiklah, Mbak," ujarnya.Lelaki muda itu melepas pakaian pengantinnya, menaruhnya di sudut kamar, kemudian segera mengambil handuk dan masuk ke dalam kamar mandi.Yasmin menatap Zidan dengan rasa yang begitu canggung. Iya, mereka memang hanya orang asing, hanya dua orang yang terikat sebuah perjanjian bernama pernikahan, bahkan ini hanya pernikahan sementara.Tanpa sadar Yasmin mengusap perutnya. Sebenarnya pernikahan ini memang tidak ada gunanya, karena tidak mungkin Zidan menjadi ayah dari
Bab 55) Mana Bagian Mama?Hanum meletakkan nampan di lantai teras diiringi dengan Husna yang juga menaruh dua piring yang di bawanya. Ditatapnya aktivitas orang-orang itu sebentar, kemudian segera berbalik menuju dapur.Siang ini ia memasak gangan karuh, sayur yang terdiri dari pisang muda, jantung pisang, kangkung dan ikan gabus, salah satu masakan khas Kalimantan Selatan. Lauknya ikan papuyu goreng. tak lupa sambal terasi sebagai pelengkap. Hanum berkutat di dapur dengan Husna dan Zainab. Zainab yang mengetahui hari ini Fahri menjual gabah hasil panen, langsung menyusul ke rumah ini dan mengajak Hanum masak bersama.Masakan siap setelah sstu jam kemudian. Setelah semuanya selesai, Hanum langsung masuk ke dalam kamarnya. Bertepatan saat ia baru saja mendudukkan tubuhnya di tepi ranjang, ponselnya berdering."Alhamdulillah, sudah masuk," gumam wanita muda itu gembira saat melihat deretan angka yang tertera di mutasi rekening aplikasi internet bankingnya."Dek, sebentar lagi kita akan