Share

Jatah Nafkah

Bab 47) Jatah Nafkah

Hanum menolak segala jenis masakan bersantan, padahal masakan bersantan adalah favorit orang serumah. Bahkan sering tidak mau makan nasi, karena tak tahan mencium aroma nasi hangat.

"Makanan yang kira-kira nggak bikin perut mual dong." Hanum tertawa kecil.

"Kakak nggak usah khawatir. Nanti aku makan kok," ujar Hanum seraya menunjuk bungkusan kresek yang tergantung di paku. "Sementara aku makan roti dulu ya."

"Duh, roti lagi," keluh Fahri prihatin. Lelaki itu beranjak mengambil bungkusan roti. Dia mengeluarkan selembar roti tawar dan sebotol selai nenas.

"Yang penting makan, Kak. Baru setelah ini makan obat dan vitamin dari Mbak Fatma."

"Ohh... Jadi tadi Mbak Fatma udah kemari?" tanya Fahri.

"Iya. Tuh, sekalian dia juga bawa itu," tunjuk Hanum pada empat dus susu ibu hamil berukuran 400 gram yang salah satu dusnya sudah ia buka.

"Baguslah. Terus, apa kata mbak Fatma?"

"Katanya janinnya sehat dan kuat. Nggak ada yang perlu di khawatirkan," jawab Hanum.

"Syukurlah.
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status