Share

Tak Ada Kebencian Abadi

Bab 41) Tak Ada Kebencian Abadi

"Bagaimana tadi acaranya, Sayang?" sapa Fahri saat sang istri mendekat.

"Menyenangkan, tentu saja," sahut Hanum sembari merengkuh tangan kokoh itu, menciumnya dengan takzim.

"Aku hanya merasa sedikit gugup dan aku berharap ini akan menjadi hal yang pertama dan terakhir. Aku tidak berbakat menjadi Ustadzah, Kak." Hanum tersenyum kecut.

"Kita lihat saja nanti, Sayang. Jikalau nanti ada undangan lagi, masih bersedia, kan?" rayu Fahri. Dia menarik tubuh itu, mendudukkan di pangkuannya, walaupun saat ini ia tengah duduk di atas sajadah.

"Aku tidak tahu, Kak. Yang jelas aku lebih suka berdagang, ketimbang mengajar." Hanum mencoba tertawa, apalagi saat mengingat kejadian di dapur, dimana ibu mertua dan adik iparnya barusan berebut amplop dan nasi berkat.

"Posisi kita hanya sekedar membantu mengabulkan keinginan orang lain, bukan murni keinginan dari kita sendiri," balas Fahri tak mau kalah.

Dia menarik jilbab yang dikenakan istrinya, kemudian mencium he
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status