Home / Romansa / Pembalasan Dendam Istri Baik Hati / Bab 2 Pertumpahan Darah dan Ingatan Masa Lalu

Share

Bab 2 Pertumpahan Darah dan Ingatan Masa Lalu

Author: Pena Ertha
last update Last Updated: 2023-09-01 00:40:59

Penampilan Olivia sungguh acak-acakkan. Wajahnya penuh lebam dan luka, rambutnya berantakan, pakaiannya begitu lusuh.

Daniel membanting ponsel yang baru saja digunakannya lalu ia hancurkan ponsel tersebut hingga berkeping-keping.

“Kau tahu mengapa ayahmu tidak memberikan perusahaan itu padamu? Karena perusahaan akan hancur ditanganmu,” cibir Olivia dengan suara parau.

Plak!

Satu tamparan mendarat di wajah Olivia, pria bertopeng di hadapannya terlihat marah walaupun yang tampak hanya bola matanya.

“Dasar jalang! Berani-beraninya kau meremehkan seorang Daniel. Kita tunggu saja apa kalian masih bisa mengucapkan salam perpisahan dengan damai, semua tergantung padanya. Lebih baik kau berdoa supaya pria bodoh itu bisa memilihmu.”

Beberapa saat kemudian, pintu berhasil didobrak jatuh hingga berdebam kencang di lantai. Terlihat bayangan William dengan sorot matanya yang tajam menatap pria bertopeng itu dengan penuh amarah. William berlari dan siap melesatkan tinjunya.

Pria itu terlambat untuk menghindar. Satu pukulan berhasil mengenai wajahnya hingga pria itu tersungkur di lantai.

“Aku sudah bilang urusan kita tidak ada hubungannya dengan Olivia,” pekik William, napasnya memburu kencang, tangannya kembali terkepal di udara bersiap melepaskan tinju kedua.

Namun kali ini Daniel berhasil menangkisnya lalu dengan cepat membalikkan serangan.

Tubuh William terpental ke belakang hingga membentur lemari kayu reyot dan menumpahkan seluruh benda diatasnya. William yang tidak sempat berdiri tertimpa berbagai macam benda dari lemari itu.

Olivia menjerit histeris, ia meronta-ronta berusaha melepaskan ikatan di tangan, tubuh dan kakinya, tetapi sia-sia, bahkan tenaganya sudah hampir habis. Ini benar-benar penyiksaan.

“Daniel hentikan!!!”

Daniel tidak menggubris sama sekali dan terus melancarkan serangan pada William hingga William terdesak.

Dengan air mata yang mulai menitik dari pelupuk matanya, Olivia terus berusaha melepaskan tali yang mengikat tubuhnya. Olivia terus menggesek-gesek tali pengikat itu pada bagian kursi yang patah hingga melukai pergelangan tangannya.

“Aku akan melakukan segala cara untuk mendapatkan perusahaan darimu dan cara baik sudah aku lakukan, kita sudah membuat kesepakatan tapi kau sendiri yang tidak menepatinya.” Daniel berjongkok di hadapan William yang kini tersungkur tak berdaya. “Aku tidak punya pilihan, kau sendiri yang memintaku melakukannya dengan rencana terburukku.”

Seringai kembali tersungging di wajah Daniel, lalu sebelah tangannya merogoh pisau yang sudah ia persiapkan. Daniel melesatkan pisau tersebut dengan cepat ke arah William tetapi sebuah kursi terlebih dahulu melayang dan menghantam tubuhnya dengan keras hingga kursi itu patah tak berbentuk.

“Sialan!” pekik Daniel yang kini tersungkur dan menjatuhkan pisau yang dipegangnnya.

Olivia melemparkan patahan kursi yang tersisa di tangannya dan langsung mengambil pisau di lantai lalu mendekati William dengan wajah cemas.

“Seharusnya kamu tidak datang Will, maafkan aku,” ujar Olivia tersedu-sedu, seraya membantu William untuk bangkit.

“Ini semua salahku Liv,” ucap William penuh penyesalan.

Darah segar mengalir di sudut bibir William, rambutnya acak-acakan, tubuhnya terbalut debu. Dengan susah payah William berusaha bangkit.

Namun belum sepenuhnya William bangkit Daniel yang diam-diam mendekati mereka langsung mengunci tubuh Olivia dan menggenggam kuat salah satu tangan Olivia yang menggenggam pisau.

William sontak terperanjat, tetapi baru saja ia melangkah Daniel langsunung mengarahkan dengan paksa pisau di tangan Olivia ke leher wanita itu sendiri.

Olivia merasakan tulang jari dan telapak tangannya remuk karena genggaman kuat Daniel. Olivia bahkan tidak bisa melepaskan pisau di tangannya sendiri.

“Pilihalah perusahaan atau nyawa kalian berdua?” ancam Daniel.

“Jangan tertipu Will, apa pun pilihanmu dia tetap akan menghabisi….”

“Tutup mulutmu atau pisau ini akan menorobos lehermu!”

William terdesak, ia tidak bisa menyerahkan perusahaan demi janji yang dia buat kepada mendiang Ibunya, tetapi nyawa Olivia dalam bahaya.

“Kalian ini sangat merepotkan.”

Tanpa memberi waktu William untuk berpikir sebilah mata pisau tiba-tiba menembus perut William. William terbelalak tidak menduganya sama sekali begitu pun dengan Olivia yang kini berdiri di hadapan William beserta pisau digenggamannya yang telah merobek jaringan tubuh suaminya itu.

Olivia sontak menjerit histeris, tubuhnya bergetar hebat, sekuat tenaga ia berusaha menahan agar pisau itu tidak menusuk lebih dalam ke dalam tubuh William, tetapi Daniel terus mendorongnya. Olivia tidak bisa menahan kekuatan pria itu dan hanya bisa menangis menatap William dengan rasa bersalah.

Daniel terkekeh, “Hei bukankah seharusnya kamu menusuknya lebih dalam dan membalaskan dendammu atas kematian kakakmu. Berterima kasihlah padaku karena aku telah membantumu melakukannya.”

“AAA! Tidak… Daniel hentikan aku mohon, aku tidak menginginkannya...,” isak Olivia.

“Jadi kamu memaafkannya? Bukankah mata harus dibalas dengan mata? Kalau begitu ucapkan kalau kau memaafkannya selagi ada kesempatan sebelum aku renggut nyawa kalian berdua” seru Daniel seraya tertawa seperti orang gila.

Olivia menggeleng dengan keras tangannya sudah tidak kuat lagi menahan bilah pisau. William bisa merasakan pisau digenggaman Olivia merobek jaringan kulitnya semakin dalam. Lalu sekelebat ingatan kelam 8 tahun lalu yang terkubur begitu lama dalam benak William mulai terlihat semakin jelas.

Situasi ini, tetesan darah yang terus mengalir deras keluar dari perutnya, sama seperti yang Selena alami 8 tahun lalu. “Daniel, kau….”

Daniel menghempaskan tubuh Olivia ke sudut ruangan lalu menarik pisau yang tertancap di perut William.

“Haruskan pisau ini aku tancapkan pada tubuhnya juga?” Daniel menyeringai lalu menoleh pada Olivia yang kini bersimpuh tidak berdaya dengan darah yang membalut tangannya.

Daniel melangkah menuju Olivia dengan pisau berlumur darah ditangannya. Dengan sisa tenaga yang William miliki, ia memegangi kaki Daniel dan memeluknya dengan kuat agar pria itu tidak bisa bergerak.

“Olivia, cepat pergi!”

Olivia menoleh dengan ketakutan yang terpancar dari kedua bola matanya. Sialnya tubuh Olivia tidak bisa bergerak dan malah bergetar semakin hebat ketika melihat darah yang mengalir dari tubuh William mulai memenuhi lantai di sekitarnya.

“Sangat menjijikan, kau lihat, ini akibat jika kau mengaggungkan cinta, kau hanya akan menjadi lemah dan bodoh. Jika kau hanya fokus pada dirimu sendiri, kau tidak perlu memikirkan keselamatan orang lain.” Daniel menatap jijik William juga Olivia.

Tanpa ampun Daniel memukuli William, Daniel bahkan meraih sebuah pipa besi di dekatnya dan menghantamkan benda itu sekuat tenaga pada tubuh William berkali-kali.

Namun, William tidak ingin menyerah walaupun dia sudah tidak bisa merasakan tubuhnya lagi, ia akan melindungi Olivia meskipun nyawa yang akan menjadi bayarannya.

“Olivia sadarlah! Cepat pergi!” pinta William dengan suaranya yang mulai melemah.

“Mati saja kalau begitu, supaya aku tidak perlu susah payah bersaing denganmu lagi.”

Daniel menghantamkan pipa besi itu tepat di kepala William hingga cengkraman William pada kakinya melemah. Melihat William sudah mendekati ajalnya tawa Daniel menggema memenuhi ruangan.

Pandangan William semakin kabur, kesadarannya perlahan lenyap, namun hatinya tiba-tiba berdenyut seolah baru menyadari sesuatu saat telinganya menangkap suara pria bertopeng itu. “Tidak, dia bukan Daniel….”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pembalasan Dendam Istri Baik Hati   BAB 70 Sekutu

    “Lalu bagaimana dengan Olivia?” pertanyaan lain yang Jimmy tidak siap untuk mendengar jawabannya. “Dia sedang merencanakan sesuatu untukku.” William tahu apa yang Olivia sedang rencanakan untuknya. Saat mengetahui hal itu William sempat berkali-kali menolak percaya pada kenyataan yang menimpanya. Namun akhirnya William bisa menerimanya. William mengalihkan pandangannya pada Jimmy, pria itu tampak tertekan dengan semua kenyataan yang baru saja ia terima saat ini. Terutama kenyataan tentang Olivia yang itu paasti paling mengusiknya. “Maaf aku memecatmu waktu itu, tapi rasanya itu keputusan yang tepat yang bisa aku lakukan,” ucap William, “Sepertinya kamu jadi sasaran empuk untuk menjebakku atau bisa jadi mereka tidak mau kamu berada di dekatku.” Jimmy memandangin William, “Dengan sendiri Anda bisa menjadi lemah,” imbuh Jimmy yang langsung di balas anggukan oleh William.“Jim, aku butuh bantuamu, karena itu aku menceritakan semua ini. Aku tidak tahu a

  • Pembalasan Dendam Istri Baik Hati   BAB 69 Ingatan 2

    Jimmy terdiam dengan kening berkerut. Kalau dipikir-pikir surat elektronik yang Jimmy terima sebelumnya juga dari perusahaan teman dekat William. “Bagaimana kalau kamu tukar pertanyaannya?” celetuk William masih denagn ekspresinya yang datar. “Maksud Anda?” “Seperti.... Apa William benar-benar kehilangan ingatannya?” Jimmy sontak tertegun ia tidak bisa berkata-kata. William tidak perlu menyatakan lebih banyak fakta lebih lanjut tentang ingatannya karena rasanya Jimmy sudah dengan jelas mengetahui jawabannya saat ini. “Aku hanya pura-pura Jimmy,” imbuh William seraya melangkah lebih jauh ke dalam ruko kosong itu. Hening, Jimmy tidak menjawab apa-apa, wajahnya tampak bingung. Namun tentu saja William pasti memiliki alasan mengapa dia melakukan hal itu. “Mengapa Anda melakukannya?” akhirnya Jimmy bisa meluapkan rasa penasarannya. Namun di satu sisi entah mengapa Jimmy merasa takut untuk mendengar jawaban dari William. Seolah William sedan

  • Pembalasan Dendam Istri Baik Hati   BAB 68 Ingatan

    “Kamera recorder itu bisakah kau menemukannya?” tanya Daniel pada Aldo. “Aku tidak tahu apapun tentang kamera recorder itu, memangnya apa yang penting dengan benda itu mengapa Anda mendadak sangat terusik dengan hal itu?” Daniel tidak menggubris rasa penasaran Aldo, hening untuk sesaat dan jelas sekali ia tengah gusar saat ini. “Cari saja sampai dapat, kau orang yang dekat dengan Selena pikirkanlah di mana wanita itu menyembunyikannya.” Tanpa menunggu jawaban dari Aldo, Daniel langsung memutus panggilannya. Tidak, sebenarnya Daniel tidak butuh jawaban apapun karena seperti sebuah kewajiban Aldo memang di paksa untuk menuruti semua perintahnya. Aldo terdiam di banding dengan penasaran pada kemungkinan lokasi Selena menyembunyikan kamera itu, Aldo lebih ingin tahu mengapa Daniel menginginkannya dan mengapa pria itu harus bertanya padanya? Mengapa Daniel tidak bertanya pada Olivia? Atau entahlah. Yang jelas sepertinya rekaman yang ada dalam video itu bisa mengancam pria kurang ajar it

  • Pembalasan Dendam Istri Baik Hati   BAB 67 Nyawa Dibayar Nyawa

    “Pertanggung jawaban apa di sini yang kamu maksud?” tanya William dengan gugup.Olivia mendengus, “Kenapa kamu pura-pura tidak mengerti? Bukankah sebelumnya kamu menjawab dengan penuh percaya diri?” cibir Olivia, “Mata di bayar mata, nyawa dibayar nyawa, William,” tegas Olivia kemudian. William terdiam, tatapan matanya sulit di artikan setidaknya itu yang dipikirkan Olivia. Namun di satu sisi Olivia merasa bahwa ia juga sangat bodoh karena mengulangi pertanyaan yang bahkan sudah ia tahu jawabannya. Bukankah karena William mengingkari tanggung jawabnya sebagai pelaku yang membuat Olivia jadi harus merencanakan hal gila semacam ini? Di tengah lamunan Olivia tiba-tiba saja William mendekat dan menempatkan sebuah pisau ke dalam genggaman Olivia. Bola mata Olivia membulat menatap wajah William yang kini tampak pilu bahkan senyum getir tersemat di bibir William.“Apa yang—.”“Kalau menghukumku dengan cara seperti itu akan membuatmu hidup lebih damai maka l

  • Pembalasan Dendam Istri Baik Hati   BAB 66 Hasrat Balas Dendam

    Bagai petir di siang bolong begitulah celetukan Olivia menyerang William. Langkah William terhenti, ia berbalik menatap Olivia yang terbaring di atas tempat tidur dengan mata berkaca-kaca.“Kenapa kau melakukannya?!” pekik Olivia tiba-tiba.William tersentak hingga air mata yang tertahan di pelupuknya mengalir jatuh.“Apa yang Selena lakukan? Apa benar kau melakukannya?!!!” Olivia kembali menjerit. Lalu ia tarik kembali lengan William hingga mengikis jarak antara mereka.Olivia yang sudah bangkit dengan kasar mulai memukuli William tanpa terkendali diiringi jerit hatinya mengutarakan pertanyaan-pertanyaan yang menyesakkan hati dan pikirannya.Namun William hanya tergugu membiarkan Olivia memukulinya sampai puas untuk melepas bebas di hatinya. Alih-alih mencegahnya William malah terus berusaha memeluk Olivia dengan raut penyesalan yang tergambar di jelas di wajahnya. Hati William teriris pilu melih

  • Pembalasan Dendam Istri Baik Hati   BAB 65 Pertanyaan Diluar Kendali

    Di tepi danau yang sepi dan hanya bercahayakan lampu temaram pinggir jalan Olivia berdiri sendirian di sana. Menatap kosong ke arah Danau dengan riak air yang tenang. Sudah 15 menit Olivia berada di sana menunggu seseorang yang belum kunjung datang.Olivia melempar sebuah batu ke dalam danau nerusaha mengusir rasa bosannya. Tak lama berselang seorang dengan hodie hitam serta topi dan masker berwarna senada mendekati Olivia.“Kau lama sekali,” celetuk Olivia seolah yakin seseorang yang menghampirinya adalah seseorang yang sedang ia tunggu.“Tidak mudah untuk lepas dari pengawasan Daniel, dia mengasai dari mana pun....”“Kau yang melakukannya, Aldo bukan pria keparat itu.”Aldo terdiam, “Aku tidak bisa mematikan atau melepas senua peretas itu walaupun aku pergi. Daniel akan curiga.”Olivia tidak menggubris ia tidak tertarik, kepalanya sudah penuh sesak dengan semua kejadian yang terjadi sejak kem

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status