Share

bab 79 jagatra yang terpojok.

Author: Pita
last update Last Updated: 2025-12-09 09:05:50

Di dalam ruang kerja Pangeran Mahkota, Jagatra berdiri menghadap ke arah jendela tinggi. Tangannya bertumpu di kusen, rahangnya mengeras. Sejak fajar, laporan datang satu per satu dan semuanya buruk.

Logistik perbatasan tertahan.

Dewan bangsawan meminta rapat mendadak.

Dan yang paling mencurigakan nama Cristian kembali disebut-sebut dalam bisik para pejabat.

Bukan sebagai tamu kehormatan.

Melainkan sebagai pihak yang “perlu diwaspadai.”

Jagatra tertawa kecil, hambar.

“Licik sekali,” gumamnya. “Ini pasti ulah seseorang.”

Pintu diketuk dua kali. Ravel masuk dengan langkah tenang.

“Yang mulia,” katanya singkat.

Jagatra menoleh. “Katakan semua yang kau.”

Ravel mengangguk. “Ada rumor yang sengaja dilepas sejak semalam. Tentang hubungan Anda dengan seorang rakyat biasa, Audina.

Tatapan Jagatra menggelap.

“Mereka bilang Anda mementingkan perasaan pribadi dibanding kepentingan kerajaan,” la
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Pembalasan Dendam Sang Pangeran Mahkota   bab 90 Cristian terluka.

    Di kamarnya yang luas namun terasa hampa, Ellisha menatap cermin panjang di depannya. Mata cokelatnya menyala dengan kebencian bukan kepada orang lain, tapi kepada dirinya sendiri.“Aku...kenapa aku merasa semua ini salah?” gumamnya, suara nyaris tersedak.Sejak kabar tentang Audina dan pertarungan di Balai Agung sampai padanya, perasaan bersalah menguasai hatinya. Ia tahu Jagatra memihak kebenaran. Ia tahu Kaesar dan Ratu Elean selalu merencanakan ambisi mereka dengan licik. Namun Ellisha ia hanya bisa menatap dirinyanya sendiri dengan kecewa.“Kenapa aku tidak bisa membantu dia? Kenapa aku terlalu takut untuk berbicara?” air matanya jatuh.Ia menutup wajahnya dengan tangannya, menekan suara tangis yang hampir meledak. Ia membenci rasa takutnya sendiri ketakutan yang membuatnya diam saat yang lain menderita.“Jagatra dia terluka karena aku tidak berani, Karena aku membiarkan Kaesar dan Ratu Elean bermain di belakangnya karena aku tidak c

  • Pembalasan Dendam Sang Pangeran Mahkota   bab 89 Audina bebas.

    Keheningan menyelimuti Balai Agung setelah kata bebas itu terucap.Audina menghela napas panjang. Dadanya naik turun, bukan karena ketakutan lagi, melainkan karena kelegaan yang datang terlalu tiba-tiba. Lututnya sempat melemah, namun ia bertahan menolak terlihat rapuh di hadapan mereka yang ingin menjatuhkannya.Raja William memandang Kaesar dengan sorot mata yang tidak pernah ia tunjukkan sebelumnya dingin, kecewa.“Kaesar, kau memanfaatkan hukum untuk ambisi pribadi. Kau menciptakan kebohongan, menekan saksi, dan menjadikan seorang gadis rakyat jelata sebagai alat.”Kaesar menelan ludah.“Yang mulia saya hanya.."“Cukup,” potong Raja William. “Mulai hari ini, kau dicabut dari seluruh urusan kenegaraan. Hingga penyelidikan selesai, kau berada dalam pengawasan langsung istana.”Bisik-bisik kembali pecah kali ini bukan penuh hasrat menjatuhkan, melainkan terkejut dan ngeri.Jema memalingkan wajah. Lucas mengepalkan tangan

  • Pembalasan Dendam Sang Pangeran Mahkota   bab 88 keputusan.

    Di kamar pribadinya, Jagatra berdiri di depan cermin tinggi berbingkai emas. Pantulan wajahnya tampak lebih dewasa dari usia sebenarnya bukan karena waktu, melainkan karena beban. Luka di punggungnya masih dibalut, namun yang membuatnya sesak adalah luka yang tak terlihat.Ia menatap dirinya sendiri lama.“Beginikah wajah seorang pewaris yang hampir kalah?” gumamnya pelan.Ia teringat masa kecilnya saat Raja William pertama kali menaruh tangan di pundaknya dan berkata, “Suatu hari kau akan memikul kerajaan ini.”Tak pernah disebutkan bahwa yang paling menyakitkan bukan musuh dari luar, melainkan saudara yang tumbuh bersamanya.Jagatra memejamkan matanya.Kaesar. Jema. Lucas. Michael. Justin. Rafka. Rionaldo.Darah yang sama. Tapi Ambisi yang berbeda.“Jika aku jatuh hari ini, bukan karena aku lemah tapi karena aku memilih tidak mengorbankan yang tak bersalah.”Pintu diketuk pelan.Ravel masuk s

  • Pembalasan Dendam Sang Pangeran Mahkota   bab 87 Jagatra terpuruk.

    Di sisi lain istana, Kaesar berdiri di depan jendela ruangannya sendiri. Senyum tipis menghiasi wajahnya saat menerima laporan bisikan.“Pangeran Mahkota tidak keluar kamar sejak pagi,” ujar seorang pelayan dengan suara rendah.Kaesar mengangguk puas. “Bagus. Tekanan mulai bekerja.”Ia menoleh pada bayangannya di kaca. “Terpuruklah sedikit lagi, Kakandaku,” bisiknya. “Supaya semua orang melihat, kalau kau tidak setangguh yang mereka kira.”Sementara itu, jauh di bawah istana, Audina duduk bersandar di dinding sel. Cahaya pagi menyelinap lewat celah kecil jeruji. Wajahnya pucat, tubuhnya lelah.Ia memejamkan matanya seolah bisa merasakan kegelisahan seseorang di atas sana.“Jagatra Jangan jatuh karena aku.”gumam Audina.~~~Angin pagi berdesir pelan, membawa suara lonceng kecil dari menara kota. Jagatra kembali menatap langit yang mulai memucat. Matahari belum sepenuhnya muncul, namun rasa lelah di dadanya terasa sepe

  • Pembalasan Dendam Sang Pangeran Mahkota   bab 86 Jagatra terpuruk.

    Di Balai Agung, Jagatra berdiri tegak di hadapan Raja William. Wajahnya tenang terlalu tenang namun sorot matanya menyimpan bara yang siap menyala. Ratu Elean duduk di sisi sang raja, jemarinya saling bertaut, membaca udara yang kian memanas.“Yang mulia penahanan Audina dilakukan tanpa persetujuan saya sebagai pangeran mahkota. Itu pelanggaran tata istana.”Belum sempat Raja William menjawab, Kaesar melangkah maju. Senyumnya muncul, tipis dan licin.“Dengan segala hormat,” sela Kaesar, “kami hanya menjaga wibawa kerajaan. Rakyat resah. Gadis itu memicu kekacauan.”“Resah karena fitnah yang kau sebarkan,” balas Jagatra, kali ini menajam. “Atau karena kau takut bayanganmu sendiri?”Jema tertawa. “Kau terlalu emosional untuk seorang pewaris tahta.”Jagatra menoleh. “Dan kau terlalu nyaman menikam dari belakang.”Suasana Balai Agung membeku. Lucas menghela napas, Michael menatap lantai, Justin dan Rafka saling pandang. Rion

  • Pembalasan Dendam Sang Pangeran Mahkota   bab 85 saudara yang menikam.

    Langkah Cristian menjauh dari balkon semakin cepat, namun takdir bergerak lebih dulu di dalam istana.Di Balai Dalam, di ruang pertemuan keluarga kerajaan yang hanya digunakan pada saat genting, beberapa bayangan telah lebih dulu berkumpul. Lampu-lampu dinding menyala redup, menciptakan bayang panjang di wajah para pangeran muda Aethelgard Silvanus.Kaesar berdiri paling depan.Senyumnya tipis. Tenang. Terlalu tenang.“Ini kesempatan kita,” ucapnya pelan namun tajam, memecah keheningan. “Jagatra sedang terpojok. Rakyat mulai berbisik. Ayah mulai ragu.”Jema mendengus. “Dan gadis itu?”“Audina?” Kaesar terkekeh ringan. “Dia hanya alat. Tapi alat yang sempurna.”Lucas menyilangkan tangan. “Kau yakin ini tidak akan berbalik menyerang kita?”Kaesar menoleh, sorot matanya dingin.“Yang akan terluka hanya satu orang.”“Jagatra.”Michael terdiam. Justin dan Rafka saling pandang. Rionaldo menunduk,

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status