MasukBagaimana mungkin Anggi akan membiarkan Aska tidak akan pernah bangun lagi? Tidak boleh!Ketika sedang makan bubur, Luis tak kuasa menahan diri untuk meluapkan amarahnya pada Damar dan lainnya. Dia menyergah, "Apa pun caranya, kalian harus menyelamatkan Tuan Aska!"Damar merasa tertekan. Dengan ilmu medis Anggi yang sehebat itu saja, tidak ada cara. Apakah hidup mereka tidak akan bertahan lama lagi?Setelah Damar keluar, Anggi meletakkan alat makannya dan keluar dengan tenang. Kemudian, Rafi memanggil Damar kembali.Di halaman paviliun, angin dingin berembus masuk melalui kerah pakaian."Tadi, Tabib Damar bilang Kak Aska sepertinya nggak mau bangun?" tanya Anggi.Damar mengangguk."Sebenarnya, aku juga merasa begitu. Mungkin dia sendiri yang nggak mau bangun," ucap Anggi.Damar menangkupkan kedua tangan sembari menimpali, "Saya juga berpikir begitu. Tuan Aska juga tersenyum. Sepertinya, dia sangat bahagia di dalam mimpinya."Aska pasti bahagia di dalam mimpinya. Anggi sudah mendengar A
Wajah Aska sangat pucat. Rambutnya putih. Bahkan, bibir yang biasanya merah juga terlihat pucat. Penampilannya yang sakit itu membuat Luis terkejut.Luis berdoa dalam hati, 'Aska, kamu nggak boleh kenapa-kenapa.'"Suamiku, kamu nggak apa-apa, 'kan?" tanya Anggi. Melihat alis Luis yang mengernyit makin dalam, dia tahu apa yang dirasakan suaminya. Mereka benar-benar berutang terlalu banyak pada Aska."Aku nggak apa-apa," sahut Luis dengan serak dan tercekat.Kali ini, Luis mengira dirinya sudah pasti meninggal. Dia bahkan sudah menitipkan negeri ini dan keluarganya pada Aska. Jika Aska egois .... Luis sama sekali tidak berani membayangkannya.Jika Aska egois, dia bisa mendapatkan semua itu dengan mudah. Namun, Aska tidak begitu, sebaliknya mengorbankan segalanya untuk menyelamatkan Luis.Sementara itu, Aska sendiri justru terbaring lemah di ranjang. Wajahnya juga sangat pucat, seperti mayat hidup."Apa orang dari Balai Pengobatan Kekaisaran sudah datang memeriksanya?" tanya Luis.Anggi m
Luis bangun. Entah bagaimana reaksinya. Situasi terlalu rumit dan kacau.Anggi bersikeras menarik Pati berdiri dan berkata, "Aku akan menjelaskannya pada Kak Aska. Kamu nggak bersalah, sebaliknya justru sangat berjasa. Kamu juga nggak boleh mengakhiri hidupmu."Anggi melanjutkan, "Kalau kamu bersedia, tolong tetap berada di sisi Kak Aska di sisa hidupmu. Kamu itu satu-satunya orang yang paling dekat dan paling mengenalnya."Harfi sudah tiada. Keswan masih berkelana bersama Master Cahyo dan Ishaq. Sementara Anggi, sudah memberinya terlalu banyak penderitaan. Perasaan ini sulit dijelaskan.Sudut bibir Pati bergetar. Dia berujar, "Mohon Permaisuri izinkan hamba berlutut sampai Tuan Aska bangun. Kalau Tuan Aska bersedia memaafkan hamba, hamba pasti nggak akan mengkhianatinya lagi."Anggi melepaskan tangannya.Masa lalu berlalu begitu cepat, termasuk mimpi yang pernah dialami di Biro Falak.Anggi seharusnya sudah menyadari bahwa Aska adalah orang yang begitu jujur dan terbuka. Dia sama seka
Pati buru-buru menggeleng sembari membalas, "Nggak, hamba nggak akan membiarkan Permaisuri mengorbankan nyawa. Hanya saja ...."Mendengar Pati berbicara dengan tersendat-sendat, Anggi berseru, "Cepat katakan! Kalau tahu caranya, cepat katakan!"Pati mengeluarkan Bola Heksagram dari balik pakaiannya, lalu menyerahkannya dengan kedua tangan dan menjelaskan, "Permaisuri, Tuan Aska selalu takut benda ini menekannya, bahkan menelan ilmu Tao-nya."Pati menambahkan, "Jadi, Tuan Aska melarangku untuk meletakkan benda ini di tubuhnya saat dirinya lemah. Tapi kali ini, aku benar-benar takut Tuan Aska nggak bisa bertahan.""Kalau Permaisuri meletakkan benda ini di tubuh Tuan Aska untuk menyelamatkannya, mungkin Tuan Aska akan marah, tapi dia tetap akan memaafkan Permaisuri dan dirinya sendiri," ujar Pati sambil menangis.Pati juga tahu, Aska pasti akan menghabisinya begitu bangun. Biarpun tidak menghabisinya, Aska pasti akan mengusirnya dan tidak mau bertemu lagi dengannya.Pati berkata, "Sebenar
Anggi mengibaskan tangannya dan berpesan pada Daud, "Sekarang, dia takut dingin. Kamu perhatikan, jangan biarkan tangannya keluar.""Oh," sahut Daud dengan linglung. Kemudian, dia menyelipkan tangannya ke dalam selimut.Sura buru-buru membawa bubur sayur. Anggi menerimanya. Dia makan sambil berjalan keluar untuk melihat keadaan Luis.Daud melirik ke sana. Kecuali dirinya yang terkejut, Anggi dan Sura tampak biasa saja.Astaga, ini terlalu mengejutkan. Daud bertatapan dengan Sura. Sura menatap sekilas ke arah dipan pemanas, lalu berjalan mendekati Daud dan berbisik, "Tuan Aska sudah mengorbankan nyawanya demi menyelamatkan Kaisar. Saat ini, kondisinya masih dalam bahaya."Setelah melontarkan itu, Sura menceritakan semua kejadian di Kediaman Rusli kepada Daud. Dia berucap, "Anggap saja nggak melihat apa-apa."Daud tersadar dan mengangguk sambil menimpali, "Pantas saja, Permaisuri begitu mencemaskan Tuan Aska."Rasa terima kasih serta hubungan mereka sudah melampaui batas hidup dan mati.
Daud menangkupkan kedua tangan seraya membalas, "Ja ... jawab Permaisuri, kurang lebih sudah beres. Mayat parasit yang tertangkap juga sudah dibakar di tempat. Nggak ada bahaya yang tersisa."Bagaimanapun, tidak ada yang tahu apakah ada mayat parasit yang lolos dari pengejaran, karena keadaan saat itu benar-benar kacau. Namun, yang berhasil kabur berjumlah sekitar 20 mayat parasit.Sementara itu, pasukan mereka ribuan kali lipat lebih banyak. Jadi, memburu dan membasmi para mayat parasit itu masih bisa mereka tangani."Baguslah kalau begitu. Tapi, ingat untuk tetap waspada. Belasan hari ini, perketat patroli, peringatkan rakyat untuk memperhatikan makanan dan minuman. Selain itu, bagi siapa pun yang melaporkan hal mencurigakan, akan diberi imbalan 100 tahil emas," ucap Anggi.Daud mengangguk sembari menyahut, "Baik, Permaisuri."Daud tahu tindakan seperti ini dilakukan untuk mencegah ada mayat parasit yang terlewat. Jika rakyat tidak segera melapor, takutnya akan menimbulkan lebih bany







