Share

Bab 139

Penulis: Lilia
"Kalau begitu ... mungkin benar kata Wulan bahwa dia membuatkan dupa penenang untukku. Karena itu, dia sempat memberikan sebotol kecil kepada Dimas untuk dibawa pulang," ujar Ambar sambil memegangi kepalanya. Suaranya terdengar lemah dan letih.

"Tapi, hanya sebotol kecil ... sekarang sudah habis dan aku kembali nggak bisa tidur nyenyak di malam hari. Sakit kepala ini semakin menjadi-jadi. Benar-benar anak perempuan yang nggak tahu berbakti!"

Pratama pun ikut geram, "Anggi benar-benar menyebalkan dan Wulan juga keterlaluan. Aku sendiri sudah kirimkan undangan secara langsung, bahkan ibunya juga sudah mengirimkan surat resmi. Tapi sampai sekarang, tak satu pun dari mereka kembali ke rumah. Bahkan surat balasan pun nggak ada!"

Ambar masih memegangi kepalanya dengan kesal, "Apa-apaan semua ini. Ini karena kalian berdua nggak bisa mendidik anak-anak dengan baik! Sekarang, aib keluarga sampai mencoreng nama leluhur!"

"Benar, Ibu. Teguran Ibu sangat tepat."

"Cepat pergi! Bagaimanapun caranya,
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 238

    Langit mulai terang.Malam itu, Wulan sendiri tidak yakin apakah dirinya terlalu ketakutan. Hanya dengan tindakan yang merangsang seperti itu, dia baru bisa merasa lebih tenang.Dia bersandar di pelukan Sunaryo, pikirannya dipenuhi banyak hal. "Sunaryo, apa kamu benar-benar mencintaiku?"Sunaryo tertegun sejenak, kerutan di dahinya perlahan mengendur. Kemudian, dia tersenyum dan memandang Wulan. "Tentu saja.""Baiklah. Nggak peduli bagaimana masa depan kita nanti, sekalipun mati, kita harus mati bersama dan dikubur di liang yang sama. Bagaimana menurutmu?""!!!""Kenapa? Ada apa?"Sunaryo menahan emosi, lalu tersenyum. "Kamu nggak akan mati. Kamu nggak akan mati semudah itu."Bagaimanapun, Wulan adalah wanita dengan takdir foniks, menurut ramalan resmi dari Biro Falak. Bagaimana mungkin dia mati begitu saja?Wulan merasakan sesuatu yang janggal.Sunaryo segera menenangkannya, "Jangan lupa, kamu memiliki takdir foniks. Jalan yang harus kamu tempuh masih panjang.""Benar, aku adalah wani

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 237

    Wulan menatap Sunaryo dengan sorot mata yang tegas. "Sunaryo, katakan saja, apa yang harus kulakukan?""Wulan, bukan soal apa yang aku ingin kamu lakukan. Kamu adalah istri Pangeran Pradipta. Luis dan Anggi bukan hanya mengincarmu, tapi seluruh Kediaman Pangeran Pradipta. Kita harus mencari cara bersama, kita harus bertahan hidup!""Benar, kita harus bertahan hidup!""Karena itu, kamu harus menemui Satya. Buat Kediaman Pangeran Aneksasi dan Kediaman Pangeran Selatan saling menyerang. Hanya dengan begitu, kita punya peluang kecil untuk hidup. Bahkan mungkin ...."Peluang kecil. Bahkan mungkin apa?Sepasang mata besar Wulan menatap pria di depannya. Bibir Sunaryo terbuka pelan. "Wulan, apa aku benar-benar bisa memercayaimu?""Tentu saja. Meskipun kita bukan pasangan, kita berada di kapal yang sama. Kalau bukan karena kamu, aku mungkin sudah lama mati di tangan ayahmu!"Sunaryo mengeluarkan sebuah botol kecil dari dalam sakunya, "Kalau begitu, malam ini tambahkan dosis obatnya."Wulan mem

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 236

    "Kamu!" Wulan menggertakkan giginya, memandang Dika yang berada di atas kuda dengan penuh amarah dan rasa tidak puas. Dalam hati dia mengutuk, 'Padahal hanya anjing suruhan!'Dika mendengus dingin, membalikkan kepala kudanya, lalu mengejar ke arah Luis.Wulan memandang kuda yang melaju kencang itu, seketika merasa rumput liar di luar kuil yang rusak itu tampak sangat tinggi, suara angin seperti suara hantu, membuat seluruh tubuhnya tegang. Tanpa berpikir panjang, dia pun berlari sekuat tenaga mengikuti arah kepergian Dika.Dia bahkan merasa, arwah dua pengawal yang baru saja mati masih berkeliaran di sekitarnya, seolah-olah mengikuti di sisinya."Jangan tinggalkan aku!" teriak Wulan sambil berlari. Dia terjatuh berkali-kali hingga tubuhnya penuh luka dan darah, tetapi tidak berani berhenti."Wulan ...." Tiba-tiba, terdengar suara dari balik semak-semak. Suara itu sangat familier. Wulan pun merasa dirinya menemukan pegangan hidup.Tak lama kemudian, dia melihat Sunaryo keluar dari balik

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 235

    "Kalau kamu bisa menyembuhkan kaki Bayu yang sudah lumpuh itu, aku akan mengampunimu.""Apa ... Kak Bayu? Kaki Kak Bayu kenapa bisa ...?"Luis mendengus dingin, tetapi nada bicaranya tetap datar, "Dia bekerja sama denganmu menculik Anggi. Sudah sepantasnya dia mati. Fakta bahwa dia masih bernyawa sekarang adalah karena kemurahan hatiku."Wulan langsung dilanda ketakutan.Luis sama sekali tidak marah. Namun justru karena itu, sikap tenangnya membuat Wulan bergidik ngeri. Hanya dengan satu tatapan matanya saja, Wulan merasa kakinya seolah-olah bisa patah."Wulan, kamu bisa menyembuhkan kaki Bayu?" tanya Anggi sambil menatapnya.Wulan ingin menyangkal, tapi tidak bisa. Akhirnya, dia hanya bisa memohon, "Kakak ... Kakak tahu ... Kakak tahu aku nggak bisa ilmu pengobatan ....""Kalau kamu nggak bisa, kenapa harus menimbulkan kegaduhan? Kaki Bayu hancur karenamu!""Bukan ... bukan aku ....""Justru kamulah penyebabnya! Kalau bukan karena kamu memengaruhinya, dia pasti sudah pulang ke rumah s

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 234

    "Anggi, jangan takut. Aku akan melindungimu. Aku nggak akan membiarkanmu berada dalam bahaya!" Luis menatap gadis itu yang sempat tertegun dan menenangkannya dengan suara lembut.Anggi tersenyum tipis. Darahnya seolah bergejolak di dalaam dada. "Baik, aku nggak takut."Dengan kasih sayang sebesar itu dari Luis, apa lagi yang perlu dia takuti? Lihatlah wajah tampan itu, bahkan lebih cerah dari masa depannya sendiri. Kalau ada suami seperti ini, dia tidak takut pada apa pun.Pria itu menggenggam tangannya lebih erat lagi. Anggi pun menatapnya sambil tersenyum dan menengadah setiap beberapa langkah. Hatinya seolah-olah berbunga-bunga menatapnya.Luis berdiri di depan kuil sambil memandang ke arah langit yang dihiasi cahaya senja. Sawah, ladang, bunga liar dan pepohonan, semua tampak indah dalam pandangannya hari ini."Sudah lama sekali aku nggak memperhatikan pemandangan seindah ini," ucap Luis dengan suara tenang.Anggi menatapnya, lalu mengikuti arah pandang Luis untuk melihat pemandang

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 233

    "Dia cuma ingin merusak wajahku, cuma sebatas wajah. Pangeran, kamu tahu sendiri seberapa hebat kemampuanku dalam pengobatan, bukan? Apalagi, sekalipun aku berlutut memohon padanya, apa kamu pikir dia akan melepaskanku?" Anggi menatap Luis sambil tersenyum tenang."Nggak akan!" Luis menjawab dengan pasti, "Semakin kamu memohon, dia akan semakin puas."Sama seperti tadi, kalau bukan karena Anggi menghentikannya ... Wulan pasti sudah menjadi mayat sekarang!Luis memeluk gadis itu penuh sayang dan mencium keningnya, lalu bibirnya. "Bagaimana caramu meracuninya?"Anggi menjawab, "Aku mengoleskan racunnya di belati.""Kalau saja dia nggak mengambil belatimu?"Anggi tersenyum tanpa menjawab. Dia terlalu mengenal Wulan. Hanya perlu sedikit provokasi saja, Wulan tidak akan bisa menahan diri untuk tidak menyentuh belati itu. "Kalaupun dia berhasil menghancurkan wajahku hari ini, lalu kenapa? Dia sendiri malah kehilangan nyawa ...."Luis akhirnya benar-benar mengerti.Anggi begitu hebat dalam il

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 232

    Wajah Luis memerah sampai ke leher. Hanya saja karena dia mengenakan topeng, orang lain tidak akan menyadarinya. Namun, Anggi melihat dengan sangat jelas bahwa daun telinganya merah padam."Pangeran, apa benar ada sesuatu yang kamu sembunyikan dariku?" Perasaan Anggi mulai gugup. Sepasang matanya yang bening, menatap lelaki di depannya tanpa berkedip. "Pangeran, hamba hanya khawatir padamu."Luis menoleh sekilas ke arah Wulan, lalu memberi isyarat pada Dika. "Bawa dia keluar. Yang lainnya ...."Sebelum dia sempat menyelesaikan kalimatnya ....Dika sudah langsung bergerak. Dia memerintahkan orang-orangnya untuk membawa Wulan dan para pengawal berbaju hitam keluar dari kuil tua.Luis menarik napas panjang. Dia menggenggam kedua tangan Anggi, lalu berkata dengan gelisah, "Anggi, ada satu hal yang membuatku merasa sangat bersalah padamu. Aku ...."Raut cemas di wajahnya begitu nyata, seperti seorang anak kecil yang baru saja melakukan kesalahan.Apalagi setelah mengingat kembali bagaimana

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 231

    "Putri ...." Pengawal berbaju hitam menatap Wulan, tapi tetap tidak menghentikannya.Dalam detik-detik kritis itu, Anggi menutup matanya. Entah wajahnya akan rusak atau nyawanya melayang, lagi pula Wulan hanya akan menerima akhir yang jauh lebih menyedihkan darinya!"Ahhh!"Klang!Teriakan kesakitan Wulan menggema dan belatinya terjatuh lagi ke lantai. Sekelompok orang menerobos ke kuil tua itu dan terdengar suara senjata yang beradu. Begitu Anggi membuka mata, pandangannya langsung bertemu sepasang mata yang cerah.Luis langsung menariknya ke dalam pelukan dan mengusap punggungnya berkali-kali. Suaranya bergetar saat berkata, "Anggi, kamu baik-baik saja, 'kan?"Suara Luis seperti cahaya hangat yang menyelimuti tubuhnya, seolah semua ketakutan langsung sirna dalam dekapan itu."Pangeran, aku baik-baik saja." Suaranya lembut dan gemetaran, seperti seseorang yang baru saja mengalami trauma besar.Luis tadi melihatnya dengan wajah yang seolah-olah telah siap mati. Saat itu, hatinya terasa

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 230

    "Anggi!"Alis Wulan berkerut. Belati di tangannya menempel tepat di wajah Anggi, suaranya penuh kebencian saat dia menggeram, "Apa hakmu bersikap seangkuh ini? Hanya dengan satu goresan, wajah cantikmu akan hancur!""Cepat bicara! Kenapa diam saja? Takut, ya?"Anggi menunduk menatap ujung senjata tajam yang begitu dekat di wajahnya. Dalam hatinya, muncul hawa dingin yang menusuk. Namun, dia sama sekali tidak takut.Ekspresi tenang itu memicu kemarahan Wulan. "Kamu benar-benar mengira aku nggak berani?""Wulan, kamu nggak mau lihat pergelangan tanganmu dulu?" tanya Anggi dengan nada datar. Sepasang matanya yang indah menatap Wulan yang berdiri di depannya dengan beringas."Apa maksudmu?" Wulan mengernyit curiga.Anggi menyunggingkan senyunman sinis. Sikapnya santai seolah tidak sedang berada dalam bahaya. Justru sikapnya yang tidak panik itulah yang membuat Wulan mulai merasa gentar.Kenapa dalam situasi seperti ini, Anggi bisa tetap setenang ini? Hanya tinggal sedikit saja, wajah Anggi

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status