Share

Bab 251

Author: Lilia
Mana mungkin dia tidak marah? Ucapan Naira tadi tepat mengenai luka di hatinya. Siapa lagi yang harus dipukul kalau bukan dia? Berdasarkan watak Luis saat itu, sekalipun Luis tidak mencabut nyawanya, paling tidak dia akan dijual sebagai budak atau dikirim ke pertanian. Tidak mungkin akan diizinkan kembali.

"Bagus kalau kamu tahu. Mulai sekarang jaga ucapan dan perbuatanmu, layani Putri Mahkota dengan baik. Nggak usah bicara yang lain, siapa pun yang melihatmu pasti akan bersikap lebih sopan."

"Baik, Naira akan mengingat pesan Kakak."

Ketika keduanya sedang berbincang, tampak sosok Torus muncul di lorong. Kenapa hari ini dia tidak ikut Luis ke istana?

"Tuan Torus, kenapa Anda kembali?"

Torus tampak muram saat menjawab, "Langit saja belum sepenuhnya terang, tapi kamu tahu apa yang sudah terjadi?"

"Apa?" tanya Mina pelan.

"Nyonya Ayunda sudah berdiri di depan gerbang sejak pagi-pagi sekali. Begitu bertemu Putra Mahkota, dia langsung berlutut dan memohon agar Putra Mahkota mengampuni Wulan
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 258

    Kediaman Putra Mahkota.Hari ini, Luis berbincang cukup lama dengan Kaisar. Saat kembali ke kediaman, seolah memang sudah ditakdirkan, dia bertemu dengan Ayunda.Ayunda segera memberi salam dengan sopan, "Hamba memberi salam pada Putra Mahkota. Semoga Putra Mahkota panjang umur."Luis mengernyitkan alis dan melirik sekilas ke arah Torus, lalu langsung melangkah cepat ke dalam kediaman.Torus tampak heran. Kali ini dia benar-benar bingung, apa maksud sikap Putra Mahkota tadi? Dia melirik ke arah Dika.Dika mengangkat bahu. "Bukannya kamu yang selalu menyombongkan diri sebagai orang kepercayaan Putra Mahkota? Nah, sekarang waktunya kamu tunjukkan kemampuanmu." Setelah itu dia pun mengikuti Luis masuk.Torus terdiam. Ayunda tampak sangat terkejut.Padahal itu menantunya! Mana ada menantu yang memperlakukan mertua seperti itu?Pelayan senior di sampingnya juga tampak kebingungan.Torus menghela napas, lalu setelah berpikir sejenak, dia memindahkan kocokan ekor kuda yang semula disampirkan

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 257

    Jadi, Anggi itu jelas-jelas hanya menipunya. Apanya yang mati mengenaskan! Menjijikkan sekali!'Sudah kuduga dia itu hanya sok hebat dan menakut-nakuti orang! Menyebalkan! Benar-benar bikin muak!'"Putri ....""Panggil apaan!" Wulan tampak sangat kesal. Tubuhnya terasa panas dan panas itu membuatnya semakin gelisah.Pengawal langsung terdiam, lalu berkata, "Itu ... Nyonya Ayunda dari kediaman Jenderal Musafir datang lagi.""Usir saja!""Tapi dia bilang datang atas izin Putra dan Putri Mahkota.""Putra Mahkota?" Wulan menggertakkan giginya. "Luis dan Anggi ini memang niat mau membunuhku, ya?! Dasar pasangan sialan, keparat!"Wulan benar-benar murka. Saking marahnya, dia melempar buah di tangannya hingga hancur berantakan di lantai.Pengawal dan Sumi terdiam. Semua pelayan yang berada di sana bahkan tidak berani bersuara.Wulan berusaha keras menahan amarahnya. Dia menggaruk pergelangan tangan yang terasa gatal, lalu bertanya, "Putra Mahkota ikut datang nggak? Kalau bukan dia yang datang

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 256

    Pelayan senior itu menangis sambil tersenyum getir, "Hamba tahu salah, hamba benar-benar nggak tahu harus berkata apa lagi. Nyonya Ayunda, lebih baik berdamai saja dengan Anggi, bagaimanapun juga kalian tetap ibu dan anak.""Ibu dan anak? Di matanya, kapan aku ini pernah dianggap ibunya?""Tapi Nyonya sendiri juga nggak pernah menyukai Anggi.""Dia mirip sekali dengan Ambar. Setiap hari dipeluk-peluk dan dipuji sejak lahir. Dibilang mirip dengannya, katanya kelak pasti jadi orang hebat. Mana mungkin aku bisa menelan semua itu begitu saja!"Pelayan itu terdiam.Terlepas dari hal lainnya, sekarang terlihat jelas bahwa Anggi memang benar-benar telah menjadi orang hebat. Lantaran pengaruh dari Ambar, Ayunda selalu tidak suka pada Anggi selama ini. Namun siapa sangka, justru Anggi yang akhirnya paling berhasil?"Nyonya benar-benar nggak seharusnya terus menahan gengsi seperti ini. Sekarang saja Nyonya Ambar sudah nggak membenci Nona Anggi lagi. Tapi Anda sebagai ibu kandungnya sendiri malah

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 255

    Kenapa harus berakhir dengan keributan lagi?Pelayan senior merinding seketika. Bahkan sebagai orang luar saja, dia sudah bisa melihat dengan jelas. Namun, kenapa Ayunda masih saja terus keras kepala? Anggi yang sekarang bukan lagi gadis yang bisa ditekan oleh kekuasaan Keluarga Suharjo!Ayunda sendiri tidak bisa berbuat apa-apa. Dalam hatinya mulai bimbang. Bagaimanapun juga, bukankah dia yang paling tahu seperti apa watak Anggi sejak kecil?Sekalipun Anggi memang belajar sendiri dan ilmunya lumayan hebat. Namun, dia merasa Anggi masih belum sampai bisa mengobati wajah dan kaki Pangeran Selatan, apalagi kaki Bayu.Jadi, dia memutuskan sebaiknya mencari tabib ternama untuk mengobati kaki Bayu.Begitu semua orang dari Keluarga Suharjo telah pergi, Anggi langsung meletakkan cangkir tehnya ke meja dengan keras, lalu menyunggingkan senyum tipis di sudut bibirnya. Dia tadi hanya keceplosan sedikit saja, Ayunda sudah tidak tahan?Padahal di kehidupan lalu, kaki dan tangan Anggi patah, serta

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 254

    "Bukan cuma kamu, Pratama, Yohan, Dimas, Bayu, juga Nyonya Ambar. Kenapa kalian semua begitu mudah percaya pada ocehan peramal gadungan? Hanya karena kata-kata mereka, kalian menyingkirkanku, menyakitiku, membenciku?""Nenek bahkan menolak ramuan yang kuolah sendiri. Dia nggak sudi melirik sedikit pun, malah menyuruh orang membuangnya tepat di hadapanku."Anggi tahu, seharusnya dia tidak menanyakan hal-hal seperti ini. Apa gunanya? Namun tetap saja, hatinya menolak untuk pasrah begitu saja."Saat Wulan datang membawa obat, dia nggak curiga sedikit pun dan langsung memakainya. Pilih kasih sekali."Berbicara sampai di sini, ekspresi Anggi tampak tenang, tetapi sorot matanya tampak sedikit bergetar. Bukan karena sedih, tapi karena dia benar-benar tidak mengerti. Sebagai sesama putri Keluarga Suharjo, mengapa semua orang di keluarga itu bisa begitu merendahkannya? Menginjak harga dirinya seakan dia bukan siapa-siapa?"Mengapa?" Ayunda menjawab dengan wajah datar. Dia bahkan tidak sudi mena

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 253

    Ayunda mengecap bibirnya. Namun, jelas terlihat dari raut wajahnya bahwa dia sudah kesal dan jengkel. Tatapannya tertuju pada wajah Anggi. Meskipun Anggi dan Wulan adalah anaknya, bahkan anak kembar, tapi kenapa mereka bisa berbeda sejauh langit dan bumi?Wajah Anggi terlalu mirip dengan si nenek tua jalang di rumah itu! Padahal mereka lahir dalam satu kandungan.Saat melahirkan Anggi, guntur menggelegar di langit dan petir terus menyambar. Rasa sakit yang dirasakannya seolah-olah akan mencabut nyawanya. Namun saat melahirkan Wulan, langit cerah dan berawan indah ....Soal penampilan, kulit Anggi keriput sejak bayi. Dari pandangan pertama saja sudah seperti salinan si nenek tua bangka itu. Anggi tahunya hanya menangis sepanjang hari, sampai-sampai kepala Ayunda rasanya mau pecah!Sejak menikah dengan Pratama, Ambar tidak pernah melepas kendali dapur rumah tangga. Ayunda adalah wanita dari keluarga terpandang yang berkemampuan tinggi, tapi malah tidak pernah diberi kekuasaan sama sekali

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 252

    Satu setengah jam kemudian.Anggi meletakkan sendok dan piring, lalu menoleh ke arah sinar matahari yang menyilaukan. Cahaya menyebar ke seluruh penjuru bumi, bahkan suara burung di pucuk dahan pun terdengar lebih merdu dari biasanya.Anggi bertanya, "Hari ini tidak ada kejadian istimewa? Di mana Sura?" Secara logika, setelah Bayu dilumpuhkan dan Wulan diancam, mana mungkin tidak ada pergerakan sama sekali? Mungkin, Sura tahu sesuatu.Mina memberi hormat dan menjawab, "Hamba memang hendak melapor pada Putri Mahkota. Saat Putra Mahkota berangkat ke istana pagi-pagi buta tadi, beliau berpapasan dengan Nyonya Ayunda di depan gerbang.""Mengingat Nyonya Ayunda adalah keluarga Putri Mahkota, beliau menyuruh orang membawanya ke Aula Kedua dan mengatakan bahwa urusan ini sepenuhnya diserahkan pada keputusan Putri Mahkota setelah selesai sarapan nanti."Anggi tampak tidak percaya. Dari mana nyali Ayunda sebesar itu sampai berani datang ke depan gerbang kediaman Putra Mahkota pagi-pagi buta?Mi

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 251

    Mana mungkin dia tidak marah? Ucapan Naira tadi tepat mengenai luka di hatinya. Siapa lagi yang harus dipukul kalau bukan dia? Berdasarkan watak Luis saat itu, sekalipun Luis tidak mencabut nyawanya, paling tidak dia akan dijual sebagai budak atau dikirim ke pertanian. Tidak mungkin akan diizinkan kembali."Bagus kalau kamu tahu. Mulai sekarang jaga ucapan dan perbuatanmu, layani Putri Mahkota dengan baik. Nggak usah bicara yang lain, siapa pun yang melihatmu pasti akan bersikap lebih sopan.""Baik, Naira akan mengingat pesan Kakak."Ketika keduanya sedang berbincang, tampak sosok Torus muncul di lorong. Kenapa hari ini dia tidak ikut Luis ke istana?"Tuan Torus, kenapa Anda kembali?"Torus tampak muram saat menjawab, "Langit saja belum sepenuhnya terang, tapi kamu tahu apa yang sudah terjadi?""Apa?" tanya Mina pelan."Nyonya Ayunda sudah berdiri di depan gerbang sejak pagi-pagi sekali. Begitu bertemu Putra Mahkota, dia langsung berlutut dan memohon agar Putra Mahkota mengampuni Wulan

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 250

    "Putra Mahkota ...." Anggi mengerang manja. Tangannya yang tengah menancapkan jarum perak pun menekan sedikit lebih keras.Luis meringis pelan karena kesakitan. Walaupun tahu itu disengaja, wajahnya justru dihiasi senyum penuh kasih. "Aku bisa menuruti permintaan istriku, tapi soal ini, kamu tetap harus memikirkan masa depan kita."Kini, hubungan mereka begitu dekat. Luis tahu Anggi ingin memberinya seorang putra, seorang pewaris.Anggi menancapkan sebuah jarum lagi. Luis sengaja berteriak keras, "Aduh! Sakit! Sakit!""Eh? Kamu nggak apa-apa?" Meskipun memang ingin menghukum Luis, dia masih tahu batasan. Kenapa dia bisa sampai begitu sakit?Melihat wajah Anggi yang cemas, Luis merasa hatinya dipenuhi kesejukan. Seperti ada mata air manis yang terus mengalir, membuat dadanya hangat.Dia mengangkat tangannya, menyentuh pipi gadis itu. "Nggak apa-apa, tenang saja."Melihat ekspresinya yang biasa saja, bahkan masih sempat mengusap wajahnya, Anggi pun merasa lega.Tentang peristiwa malam in

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status