Oh, iya. Ajeng Dan Gita pernah mengatakan mau menikah dengan pria yang sama. Namun, jelas-jelas tadi mereka memilih pria yang berbeda. Hanya saja, Sura menolak.Anggi menatap Gita, tetapi Gita menunduk sehingga ekspresinya tidak terlihat jelas. Anggi bertanya, "Apa kamu juga tetap mau begitu?"Sebelum Gita sempat memberi tanggapan, Ajeng buru-buru menjawab, "Jawab, Putri. Hamba dan Gita sudah membahas ini sebelumnya."Setelah Ajeng melontarkan perkataannya, Gita juga mengangguk.Sementara itu, Dika yang berdiri di samping tampak kebingungan. Dia menatap Gita sekilas, lalu melihat Anggi dan bertanya dengan bingung, "Putri Mahkota, apa maksudnya?"Anggi menjelaskan, "Mereka berdua masih punya satu permintaan, yaitu mau menikah dengan pria yang sama dan dijadikan setara dengan istri sah."Ini .... Dika menatap Gita lagi. Menurutnya, Gita adalah gadis yang anggun dan lembut. Gadis ini juga berdiri di sana dengan tenang dan santun. Benar-benar tipe gadis yang Dika suka. Ketika melihat Ajeng
Gita menoleh ke arah Sura. Sekilas saja sudah bisa terlihat bahwa karakter Sura cukup baik. Namun, pria itu berdiri begitu jauh. Jelas sekali dia tidak berniat untuk mengikuti perjodohan ini.Sementara itu, Dika memang kelihatan dingin. Namun, begitu tahu hari ini Anggi mau menjadi mak comblang untuk Ajeng dan Gita, dia khusus mengganti pakaian yang rapi. Ini cukup membuktikan bahwa dia benar-benar ingin menikah dan menganggap penting perjodohan ini."Kita sudah sepakat untuk menikah dengan pria yang sama. Tapi, sekarang kamu sepertinya lebih menyukai Tuan Dika," kata Ajeng menggenggam tangan Gita. Dia bertanya, "Gimana ini?"Gita mengernyit sembari menjawab, "Tapi, menurutku Sura sepertinya nggak tertarik dengan perjodohan ini. Dia ....""Nggak masalah. Lagi pula, Putri Mahkota yang memutuskan. Kita lihat nanti," balas Ajeng. Dia diam sejenak sebelum meneruskan, "Kalau memang nggak bisa menikah dengan pria yang sama, mereka tetap orang dari Kediaman Putra Mahkota. Ke depannya, kita be
Luis menunjuk Torus sembari bertanya, "Kamu sudah bertindak semaumu. Apa kamu juga mengatakan soal aku menemui Tabib Damar untuk meminta obat?"Wajah Torus sudah menggelap.Pantas saja malam itu Anggi tiba-tiba begitu aktif. Mungkin Anggi sudah memikirkan semuanya. Entah Luis akan memilih untuk memiliki anak bersama wanita lain atau tidak, Anggi tetap akan memahami dan mendukungnya.Bukankah wanita adalah makhluk pencemburu? Kenapa Anggi begitu lapang dada?Memikirkannya saja membuat hati tidak nyaman. Akan tetapi, ketika Anggi mengungkit soal Ajeng dan Gita setelah bercinta, dia sama sekali tidak mau Luis menjadikan mereka selir. Anggi justru bertanya pada Luis cara mengurus mereka. Setelah itu, baru muncul keputusan untuk mengusir mereka."Pergi dan terima hukuman 10 kali pukulan," kata Luis.Torus menyahut dengan murung, "Baik. Terima kasih atas kemurahan hati Yang Mulia." Jika bukan karena sudah lama mengabdi pada Luis, bagaimana mungkin dia hanya menerima 10 kali pukulan?Keesokan
Luis tercengang sejenak sebelum bertanya, "Apa yang kamu bilang?" Ekspresinya tampak muram seakan-akan badai yang akan menerjang."Aduh, Yang Mulia. Hamba salah," ucap Torus. Dia buru-buru menampar mulutnya sendiri sebelum dimarahi Luis.Akhir-akhir ini, suasana hati Luis lumayan baik. Setelah melirik Torus sekilas, dia berkata, "Hentikan. Daripada memikirkan hal ini, lebih baik kamu memikirkan gimana caranya melayani Putri Mahkota dengan baik."Torus sudah mengikuti Luis sejak belia dan cukup bisa diandalkan. Itu sebabnya, Luis tidak ingin langsung mengusir Torus hanya karena nanti Anggi tidak menyukainya.Torus tercekat mendengar ucapan Luis yang begitu blak-blakan. Dia sudah mengikuti Luis bertahun-tahun. Bagaimana mungkin dia tidak mengerti maksud tersirat dari ucapan Luis? Luis bahkan sudah berkata seperti itu.Torus langsung berlutut dan hampir menangis. Dia memohon, "Yang Mulia, hamba tahu Yang Mulia sangat menghargai Putri Mahkota. Tapi, nggak punya keturunan adalah bentuk ngga
"Apa seperti ini benaran baik?" tanya Anggi mengernyit."Apa yang nggak baik?" tanya Luis sedikit bingung."Bagaimanapun, Ajeng dan Gita itu pilihan Ayahanda untukmu. Kalau kita membuat keputusan sendiri dan kabar ini tersebar, Ayahanda pasti sangat marah."Melihat ketulusan di mata Anggi, Luis tersenyum sembari mengusap wajah mungil Anggi. Katanya, "Itu sebabnya, kita harus pilih orang kita sendiri untuk mereka."Anggi bertutur, "Aku juga mau bilang tentang ini. Orang-orang dari markas pengawal bayangan memiliki identitas yang sangat rahasia."Luis menenangkan, "Istriku, tenang saja. Orang-orang yang akan kamu jodohkan itu orang yang nama baiknya bersih." Dia menatap Anggi dengan penuh kasih sayang. Tatapan selembut itu sungguh memikat.Anggi mengangguk, lalu bertanya lagi, "Selain mereka, apa ada orang lain yang cocok?"Luis menggeleng dan menjawab, "Status mereka agak khusus. Pada dasarnya, mereka hanya pelayan istana." Setelah diam sejenak, dia melanjutkan, "Tapi, dengan statusmu,
Anggi tertawa terbahak-bahak sebelum berkata, "Siapa yang kamu suka saat ini? Aku akan bantu jadi mak comblang dan menikahkanmu dengan terhormat.""Aduh. Putri, hamba nggak mau menikah," tolak Mina."Benaran nggak mau?" tanya Anggi.Wajah Mina memerah. Dia sering melihat Anggi dan Luis begitu mesra. Mungkin karena sudah terlalu lama sendiri, dia tiba-tiba juga ingin memiliki seseorang yang peduli padanya. Sayangnya, tidak semua pria bisa seperti Luis yang begitu perhatian pada wanita.Memikirkan ini, Mina menggeleng sambil menjawab, "Hamba hanya akan menjadi pelayan Putri seumur hidup."Anggi menyanggah, "Nggak bisa begitu. Nanti kalau aku bertemu pria baik yang cocok, aku pasti akan menikahkanmu."Mina menggigit bibirnya, lalu menimpali, "Jangan bahas soal hamba dulu. Lebih baik Putri pikirkan mau cari pria seperti apa untuk Ajeng dan Gita saja.""Entah pria seperti apa yang mereka suka," gumam Anggi.Mina menyahut, "Selama Putri yang menjadi mak comblang, pria seperti apa pun pasti m