Wulan mencebik, menatap Bayu yang marah besar. Dia tidak bisa lagi berkata apa pun.Ayunda menekan sudut matanya dengan saputangan, lalu berdiri di samping Bayu. "Bayu, Ibu akan mencarikan tabib terbaik untukmu. Ibu akan menyembuhkan kakimu."Seorang jenderal yang kehilangan kaki sama saja dengan kehilangan nyawa!Luis terlalu kejam. Kalau orang seperti ini naik takhta, dia pasti akan menjadi seorang tiran!Situasinya sekarang sangat rumit. Ayunda menenangkan Bayu, "Ini nggak sepenuhnya salah Wulan. Kalian bersaudara, jangan sampai saling bermusuhan!""Ibu, bahkan sampai sekarang Ibu masih membela Wulan?" Bayu menahan rasa sakit, hatinya nyaris hancur. "Kalau saja dia nggak membohongiku, aku nggak akan membantunya menculik Anggi! Kalau nggak begitu, apa Putra Mahkota akan melumpuhkan kakiku?"Ayunda memegangi dadanya yang sakit. Rasa sakit itu membuatnya tak tahu harus berkata apa.Wulan menangis keras. "Mana aku tahu Anggi dan Luis sekejam itu, sampai tega membuat kaki Kak Bayu cacat!
"Memangnya aku bisa apa?" Wulan terisak. "Iya, sekarang Anggi memang hebat! Ibu, jangan marah padaku. Hidupku di kediaman ini nggak mudah. Pangeran Pradipta sedang sakit dan Putra Bangsawan belum tentu bersikap baik padaku. Aku ini cuma ibu tirinya ...."Ayunda merasa hatinya seperti diremas. Dia pun menatap putrinya yang sejak kecil dia sayangi. Meskipun sempat melihat sebagian kebenaran, bagaimana mungkin dia benar-benar membenci putrinya? Yang membuatnya kesal hanya ketidakmampuan Wulan!Dia mengangkat tangan, menghapus air mata di pipi Wulan, lalu menatap Bayu. "Aku masih harus pergi memohon padanya.""Memohon pada Anggi? Untuk apa?""Lihat tempat ini ...." Ayunda memandang sekeliling ruangan yang nyaris tak berisi perabot, lalu kembali menatap Bayu. "Kakakmu nggak mungkin selamanya tinggal di kediaman ini, 'kan?""Aku ...."Ayunda tersenyum pahit. "Kamu juga nggak bisa ilmu medis." Lebih baik Bayu dibawa pulang ke Kediaman Jenderal Musafir. Mereka bisa mencari tabib yang benar-ben
"Ibu ...." Wulan menggembungkan pipinya dengan kesal, lalu menoleh ke arah Anggi. "Ini hasil yang kamu inginkan, 'kan? Aku tahu kamu sedang balas dendam padaku!"Anggi hanya bermain dengan kuteks di kukunya, tak merespons. Kemudian, dia berkata dengan santai, "Hari ini aku cuma menemani Nyonya Ayunda menjenguk Jenderal Bayu.""Jenderal Bayu? Anggi, kamu benar-benar nggak punya hati. Kamu lupa kita sedarah? Apa kamu benar-benar merasa nggak ada hubungan apa pun dengan kami?""Kalau bukan karena kamu, aku nggak akan menikah dengan Pangeran Pradipta! Kaki Kak Bayu pun nggak akan lumpuh!" Wulan menggeram penuh amarah.Anggi mengangkat alis sedikit. "Kalau memang benar begitu, terus kenapa? Bukankah kalian yang menindasku lebih dulu? Aku cuma membalas sedikit dan kalian sudah nggak terima? Apa ini yang kalian sebut adil?""Perjodohan adalah kehendak orang tua! Ayah dan Ibu menyuruhmu menikah dengan siapa, kamu harus menurut! Kamu masih berani bicara begitu?" pekik Wulan.Anggi meliriknya de
"Ibu ...." Wulan mencoba membujuk."Jangan panggil aku Ibu!" hardik Ayunda.Ayunda benar-benar marah besar. "Bayu yang paling menyayangimu selama ini. Sekarang dia sudah di rumahmu, tapi begini caramu memperlakukannya?"Ayunda sungguh sakit hati.Wulan menangis tersedu-sedu. "Ibu, yang menyakiti Kak Bayu jelas-jelas Anggi! Putra Mahkota yang menghancurkan kakinya! Kenapa Ibu malah menyalahkanku, bukan menyalahkan Anggi?""Sudah jelas sekarang, karena aku nggak berguna lagi bagi Keluarga Suharjo, jadi kalian semua nggak menyukaiku lagi dan mau membuangku!""Kamu ...." Ayunda memegangi dadanya, hampir saja jatuh pingsan.Sambil menahan sakit, Bayu menopang tubuh Ayunda yang nyaris ambruk. Tatapannya pada Wulan penuh kebencian. "Sejak aku sampai di kediaman ini, kamu hanya datang satu kali. Setelah itu, kamu nggak pernah peduli. Sebenarnya kamu mau mengobatiku atau nggak?""Aku ...." Wulan terdiam sejenak. "Kak, bukankah aku sudah panggil tabib untuk mengobatimu?""Tabib bodoh itu? Apa di
Saat Wulan masih ragu-ragu, Anggi mengambil dua langkah ke arah Parlin. Wulan sangat khawatir Anggi akan memeriksa denyut nadi Parlin, jadi buru-buru berkata, "Benar-benar nggak ada yang perlu dilihat. Anggi, Pangeran Pradipta sangat lelah akhir-akhir ini. Jangan ganggu istirahatnya."Alis Anggi sedikit terangkat. Apa yang dilakukan Wulan dan Sunaryo, sebenarnya sudah lama disadari oleh Luis.Karena Putra Mahkota saja tidak peduli, sebagai Putri Mahkota, Anggi tentu juga enggan ikut campur dalam urusan ini. Lagi pula, Wulan tidak akan bisa lari dari tanggung jawab!"Wulan, apa yang kamu katakan? Itu kakakmu, kamu malah bilang nggak ada yang perlu dilihat?" Wajah Ayunda tampak muram saat menatap Wulan, seakan-akan tak mengenali gadis di depannya.Sebelumnya dia sudah dua kali datang ke Kediaman Pangeran Pradipta, tetapi Wulan selalu menolak tamu.Padahal Ayunda mengira anak perempuannya hidup penuh tekanan di sana. Siapa sangka, hari ini dia malah melihat para pengawal tunduk pada perin
Hanya dalam sekejap, Wulan berteriak lantang dan para pengawal Kediaman Pangeran Pradipta pun bergegas masuk ke dalam ruangan. Meskipun mereka tidak mencabut pedang, suasananya langsung mencekam.Sura langsung membentak, "Berani sekali kalian bersikap lantang terhadap Putri Mahkota! Apa semua orang di kediaman Pangeran Pradipta sudah bosan hidup?"Para pengawal itu menoleh ke arah Wulan. Tatapan mereka penuh kegelisahan, seolah semuanya sedang memohon belas kasih. Jika hari ini mereka menyinggung Putri Mahkota, nasib mereka sudah pasti akan celaka. Namun jika menolak perintah Wulan, akibatnya juga akan mengerikan.Di saat genting itu, Anggi justru tersenyum, lalu berbalik perlahan. Dia tidak lagi menoleh pada Pangeran Pradipta.Pangeran Pradipta memang bukan orang baik!Dalam cerita aslinya, Pangeran Pradipta telah mencelakai banyak wanita. Setelah terpikat pada Wulan, dia bahkan mencoba menodainya, tapi akhirnya dihajar habis-habisan oleh Satya dan berakhir tragis.Namun sekarang, kar