Share

Bab 262

Author: Lilia
Anggi melangkah sambil tersenyum melewati mereka, lalu duduk di kursi utama. "Nyonya Ayunda nggak usah sungkan."

Wajah Ayunda tampak sedikit canggung, tetapi dia hanya bisa menahan diri dan meredam emosinya.

Mina dan Naira mengikuti di belakang Anggi, lalu berdiri di kedua sisinya tanpa bergerak sama sekali.

"Gigi ...." Ayunda memanggil dengan isakan yang tertahan.

Namun, Anggi hanya menoleh santai dan menatapnya dengan tenang. Anggi? Sejak kapan Ayunda pernah memanggilnya dengan seakrab itu?

Sudah jelas. Ini pasti karena dia hendak meminta bantuan.

Benar saja, Ayunda yang baru saja duduk, langsung berdiri lagi dengan bantuan pelayan senior. Kemudian, dia membungkuk dan berkata, "Putri Mahkota, tolonglah hamba ini."

Panggilan "Gigi" barusan membuat Ayunda sendiri juga hampir muntah mendengarnya.

Sejak kecil, dia memang membenci dan jijik terhadap Anggi. Bahkan saat ingin meminta bantuan pun, sebutan itu tetap terasa menyiksa lidahnya.

Apalagi, dia juga menyadari bahwa segala usahanya u
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Yulia Asfifatul
selamat kan parlinn.... tolonggg......
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 486

    "Baik, aku mengerti."Mengenai sikap Anggi yang memperlakukan Aska seperti keluarga sendiri, Anggi merasa dirinya agak berlebihan.Saat ini, suara ayam berkokok mengingatkan mereka bahwa hari sudah hampir subuh.Keesokan paginya, Anggi terbangun dalam dekapan hangat Luis. Luis menatap Anggi yang perlahan membuka matanya dengan tatapan penuh kasih sayang. Ekspresinya culas seperti kucing kecil yang menggemaskan."Suamiku libur hari ini?""Ya."Tak heran semalam Luis begitu lepas dan baru membiarkannya tidur saat ayam berkokok.Setelah mandi, Luis memanggil Torus membawa sarapan ke paviliun utama. Anggi segera berkata, "Bawa ke ruang makan saja, panggil Tuan Aska juga."Luis spontan bertanya, "Kalian harus makan pagi, siang, dan malam bersama setiap hari?"Anggi menyuruh Mina, Torus, dan yang lainnya pergi. Kemudian, dia meraih wajah Luis dan duduk kembali di pangkuannya. "Suami mulai cemburu lagi?""Gigi ...." Luis tampak sedikit canggung. "Kamu tahu kamu adalah segalanya bagiku.""Tent

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 485

    Pati berdiri terpaku di tempat. Jangankan Luis, pria mana pun di dunia ini pasti tak senang melihat istri mereka bersama pria lain setiap hari."Jadi, harus bagaimana? Kalau Tuan berpisah dengan Putri Mahkota, hidup Tuan pasti akan lebih buruk dari kematian." Pati mulai cemas.Aska hanya tersenyum tipis. Beberapa hal memang tidak bisa dihindari.Mungkin jika hari itu benar-benar tiba, satu-satunya pilihan adalah menjauh dari tempat ini. Toh dia telah mengorbankan segalanya untuk mengubah nasib Anggi, bukan agar dia menderita, melainkan agar dia bisa hidup bahagia."Tuan masih bisa tersenyum? Padahal saya sudah panik setengah mati!" Pati mengerutkan kening. Saking gugupnya, gerak-geriknya sampai menjadi canggung.Aska memandangnya. Kalau tidak tersenyum, harus menangis? Namun, menangis juga tidak akan mengubah apa pun.Di sisi lain, Luis dan Anggi sudah kembali ke paviliun utama. Seperti biasa, Luis mulai membaca laporan, sementara Anggi sibuk dengan bordirannya.Luis berhenti sejenak.

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 484

    Hari itu, Anggi baru berpamitan dengan Aska setelah Luis kembali ke kediaman.Sebelum pergi, Anggi berkata, "Suruh orang bakar ekstrak cacing tanah ya."Aska mengangguk. Pada saat seperti ini, dia memang membutuhkan penghangat yang lebih efektif. Tidak perlu bersikap merendah.Beberapa hari berlalu seperti itu.Anggi selalu membawa Mina serta kitab-kitab medis ke Paviliun Pir. Mereka berdua kerap bermain catur di ruang depan, menelaah kitab, atau membahas kondisi kesehatan Aska.Awalnya tidak menjadi masalah. Namun seiring waktu, Luis mulai pulih dari duka kehilangan ibunya dan baru sadar bahwa setiap kali pulang, paviliun utama selalu kosong.Hari ini, dia membawa jeruk musim dingin pulang. Saat melihat paviliun utama begitu sepi, dia pun bertanya, "Putri Mahkota di mana?"Salah satu pelayan membungkuk dan menjawab, "Putri Mahkota masih di Paviliun Pir."Masih di Paviliun Pir. Luis meletakkan jeruk, lalu langsung menuju ke sana.Di perjalanan, dia bertanya kepada Torus, "Akhir-akhir i

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 483

    Aska menatap ekspresi Anggi, langsung menyadari ada yang tidak beres."Ada apa?" Bahkan sekarang Anggi tak lagi peduli dengan batas antara pria dan wanita?Anggi menatap Aska lekat-lekat. "Kak Aska, kita ini sama-sama orang-orang yang terlahir kembali. Takdir kita telah diubah, maka itu kita mengalami serangan balik. Benar, 'kan?"Aska terdiam, bibirnya terkatup rapat. Dia hanya menatap Anggi dengan tenang. Diamnya adalah jawaban paling jelas.Anggi tersenyum pahit. "Jadi ... alasan aku dan suamiku belum punya anak, itu karena aku. Bukan karena suamiku.""Sebagai seseorang yang seharusnya sudah mati, bagaimana mungkin aku bisa punya keturunan?" Saat berbicara, matanya mulai basah.Hati Aska seperti diremas. Sakit itu menusuk, membangkitkan rasa hangat di tubuhnya yang selama ini terasa dingin seperti es.Dia memegangi dadanya sambil menyahut, "Jangan berpikir seperti itu. Memang itu mungkin salah satu alasannya. Tapi, bukankah ada pepatah bilang manusia bisa mengalahkan langit?""Manus

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 482

    "Hati-hati, Putri Mahkota!" seru Sura saat melihat Anggi hampir tergelincir dari pijakan kereta. Refleks, dia segera memapah tubuh sang Putri.Anggi tersadar. Dia bahkan tak menyadari kalau dirinya sudah melangkah ke pijakan kereta dan hendak naik.Sura menoleh ke arah Mina, seakan-akan bertanya dengan tatapannya. 'Putri Mahkota kenapa?'Mina hanya mengernyit. Mana berani dia menjawab? Dia pun menggeleng, memberi isyarat agar Sura tidak bertanya lebih jauh.Setibanya di Kediaman Putra Mahkota, Anggi langsung mengurung diri di paviliun utama. Bahkan Mina pun tak diperkenankan menemaninya.Dia mulai membolak-balik semua buku pengobatan. Namun, apa gunanya? Semua buku itu sudah dibaca berkali-kali. Tak satu pun mencatat soal penyakit yang dialami oleh Aska.Dia dan Aska sama-sama adalah orang yang hidup kembali. Lahir kembali melawan takdir. Apakah itu berarti dia juga sedang mengalami serangan balik dari melawan takdir?Air mata mulai menggenang. Anggi segera menyekanya, lalu melemparkan

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 481

    Anggi mengernyit. "Tapi saat aku yang melakukan akupunktur pada Aska, hasilnya malah terlihat."Mina tampak ingin berbicara, tetapi ragu. Melihat itu, Anggi pun berkata, "Kalau ada yang ingin kamu katakan, katakan saja. Nggak perlu disembunyikan, itu bukan gayamu."Mina menatapnya dengan mata besar penuh keraguan. "Kami semua saat masuk ke kamar Tuan Aska, selalu merasa sangat kedinginan. Tapi sepertinya, Putri Mahkota nggak merasa apa-apa."Ekspresi gadis itu berubah, tampak penuh keresahan.Sejak awal musim dingin, Anggi memang tidak merasa kedinginan. Bahkan saat berdiri di samping Aska pun, hawa dingin yang selalu menyengat itu tak terasa mengganggu.Dia tahu Aska sangat dingin, tetapi ketika berada di dekatnya, hawa dingin itu seakan-akan lenyap."Putri Mahkota?" Melihat Putri Mahkota tak memberi jawaban, wajah Mina seketika memucat. Dia tak tahu apa yang dipikirkan oleh majikannya dan mulai menyesali perkataannya barusan."Aku nggak apa-apa," jawab Anggi dengan tenang. "Cari Sura

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status