Share

Bab 294

Penulis: Lilia
Anggi merasa sedikit gelisah. Dia menatap Luis, bertanya sambil setengah bercanda, "Kalau apa yang aku ceritakan itu terdengar seperti kisah fantasi nggak berdasar dan nggak masuk logika, apa kamu akan percaya?"

"Percaya," jawab Luis.

"Bagaimana kalau itu bertentangan dengan aturan dan norma?" tanya Anggi lagi.

"Nggak masalah, aku akan selalu di pihakmu," sahut Luis.

Anggi berucap, "Mungkin kamu akan merasa aku sedang bicara omong kosong."

Luis menggenggam erat tangan Anggi dan menempelkannya di wajahnya. Dia membalas, "Gigi, kamu berbeda dari orang lain. Aku menghargaimu lebih dari diriku sendiri. Kamu pernah bilang, saat aku memutuskan untuk membagi masalahku denganmu, kamu juga akan membuka hatimu untukku."

Anggi mengingatnya. Tidak lama setelah Luis dinobatkan menjadi Putra Mahkota, Kaisar menahannya di ruang baca istana semalaman. Saat pria itu kembali, sorot matanya tampak lelah dan tidak berdaya.

Saat Aska dan Gilang bertamu di ruang baca Kediaman Putra Mahkota kemarin, Luis sud
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Rifda Nafisha
tolot bet ahh Anggi...pintar mina prcuma kn mikirin dgala macem buat hidup & mlawan takdir tpi g memperbaiki garis kturunan
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 302

    Hari berikutnya, Mina dan Naira datang untuk melayani. Wajah mereka berseri-seri dengan ekspresi bahagia yang sudah lama tak terlihat.Anggi sangat mengenali ekspresi itu. Itulah ekspresi yang pernah dia lihat saat pertama kali memiliki momen intim dengan Luis.Meskipun mereka belum sepenuhnya menyatu, kedekatan fisik saat itu sudah cukup intim, bahkan mereka meminta air sesudahnya.Saat itu juga, Mina dan Naira tampak begitu senang, sama seperti sekarang.Sudahlah, kamar kedua pelayan ini berada sangat dekat. Wajar saja kalau mereka bisa mendengar sesuatu. Hanya saja, saat Anggi menatap mereka berdua, dia tetap merasa sangat malu. Sungguh memalukan.Karena Luis telah memerintahkan untuk tidak lagi mengejar Wulan, maka selama beberapa hari berturut-turut, tidak ada kabar apa pun mengenai Wulan.Sampai hari ini, seorang pengemis datang ke gerbang Kediaman Putra Mahkota dengan membawa sepucuk surat. Katanya, seseorang memintanya untuk menyerahkan surat itu kepada Putra Mahkota.Tentu saj

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 301

    Pelukan Luis di sekitar tubuh gadis itu sedikit mengendur. "Novel ....""Benar, Wulan dan Satya adalah karakter utama di dunia ini, tokoh utama dalam novel ini. Aku hanya batu loncatan bagi Wulan untuk mendekati Satya. Sementara itu, kamu adalah penghalang terbesar Satya untuk naik takhta menjadi kaisar!""Kamu adalah tokoh antagonis paling besar. Pada akhirnya, kamu akan mati dengan tragis di bawah pedang Satya. Aku nggak boleh membiarkan satu pun kejadian berada di luar kendaliku. Wulan harus mati!""Sayang, kamu dengar nggak?" Setelah berkata begitu banyak, Anggi merasa agak menyesal karena melihat Luis tidak bereaksi. Menceritakan tentang kehidupan lampau saja sudah aneh, apalagi mengklaim bahwa dunia ini hanyalah dunia fiksi dalam novel.Luis memang tidak percaya. Cahaya lilin temaram memenuhi ruangan. Luis memandang gadis yang ada di pelukannya, memeluknya dengan lembut, lalu mencium keningnya dan bibirnya yang merah."Aku dengar kok." Hatinya memercayai Anggi, tetapi akal sehatn

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 300

    Tangan lembut Anggi menepuk lengan pria itu. "Pokoknya sekarang aku nggak mau lagi."Luis sedikit menegakkan badan. "Benar-benar nggak mau lagi?"Kesadarannya sudah lumayan pulih dari efek arak. Anggi mengangguk. "Iya, nggak mau. Masih sakit."Saat mengatakan masih sakit, dia bahkan menoleh, menatap mata pria itu dengan serius."Aku bantu oleskan obat ya.""Aku ... umph!"Luis menutup bibirnya dengan kecupan yang agak memaksa. "Nggak boleh ditolak. Kalau nggak, itu berarti kamu bohong, berarti nggak sakit."Logika macam apa itu? Namun, tubuhnya berada dalam pelukan Luis. Anggi tidak berani melawan. Wajahnya memerah, dia tak lagi membalas sepatah kata pun.Melihatnya malu-malu begitu, Luis justru merasa bangga. Kemudian, dia memasang ekspresi sedih. "Gigi, sebenarnya ... aku juga sakit."Mungkin karena ini kali pertama. Yang jelas, dia juga merasa sakit dan senang bersamaan.Anggi menatap Luis seperti baru mendengar sesuatu yang aneh. Hah? Pria juga bisa merasa sakit untuk urusan sepert

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 299

    Seolah-olah suhu tubuh Luis adalah sumber air yang menghapus dahaga Anggi.Saat ini, Anggi merasa dirinya seperti ikan di atas talenan, seperti buah ceri yang malu-malu di ujung ranting. Dia tertiup angin, terhuyung, diguyur hujan.Semua dorongan dan tarikan yang dia berikan, sejatinya hanyalah rayuan. Ujung-ujungnya tetap saja membiarkan diri sendiri dipetik.Di luar kamar, Torus mendengar suara dari dalam. Sudut bibirnya tak kuasa menahan senyum. Dia berkata kepada Mina, "Cepat ke ruang air, suruh mereka siapkan air hangat."Mina mengangguk dengan pipi memerah, menarik tangan Naira untuk pergi bersama.Luis dan Anggi belum benar-benar berhubungan intim, tetapi belakangan ini mereka mulai sering meminta air mandi. Anehnya, belum ada hasil apa pun.Jadi, sampai sekarang Torus pun tidak yakin, apakah Luis dan Anggi benar-benar sudah melakukan ritual malam pertama atau belum.Kalau sudah, kenapa belum juga ada kabar bahagia soal keturunan? Sebenarnya selama mereka tetap mesra, anak hanya

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 298

    Mana mungkin cuma agak panas ....Anggi merasa seperti ingin merobek bajunya sendiri. Apalagi saat berada dalam pelukan Luis, dia merasakan sensasi sejuk yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Perasaan itu benar-benar sulit dijelaskan.Tangannya seolah-olah bergerak sendiri, melingkari pinggang pria itu, bahkan mencubit lembut pinggang kuat milik Luis. Sensasi itu membuatnya merasa sangat bersemangat."Gigi, kamu sudah siap?" Suara Luis serak, jelas penuh gairah.Dalam pikirannya yang linglung, Anggi berkata, "Sebenarnya, aku minum malam ini karena ingin membicarakan hal itu denganmu ....""Anggi, kadang lebih baik langsung lakukan saja daripada menunggu. Kamu habis minum, mungkin nggak akan terasa begitu sakit."Kedua orang itu sedang membicarakan dua hal yang berbeda. Anggi ingin memberi tahu Luis tentang mimpi buruknya, tentang kenyataan bahwa dunia ini hanyalah sebuah kisah yang ditulis oleh seorang penulis. Namun, yang ada di benak Luis adalah keinginan untuk memiliki dirinya."A

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 297

    Ini ... arak macam apa?Anggi mencoba merasakannya dengan cermat. Ada rasa amis yang sulit dijelaskan."Menurutmu gimana rasanya?" Kalau memang kurang enak, biar Mina menggantinya dengan yang lain.Luis mengernyit sedikit. "Lumayan."Lumayan? Ya sudahlah, diterima saja.Setelah makan malam, langit sudah benar-benar gelap. Anggi merasa kepalanya mulai pusing. Akan tetapi, Luis tampak tidak terpengaruh sedikit pun, malah mengambil papan catur."Mau main satu putaran?" tanya Luis.Anggi menatapnya, seolah-olah ingin mengatakan sesuatu, tetapi ragu. Sebelumnya saat di kereta, dia sudah berjanji akan jujur kepadanya tentang beberapa hal. Namun, kenapa Luis tidak bertanya?Keduanya membawa papan catur dan duduk di atas dipan untuk bermain. Luis menyerahkan bidak hitam kepada Anggi. "Kamu mulai dulu."Anggi menopang dagu dengan satu tangan. "Aku lebih suka bidak putih."Bidak putih kristal itu bening dan halus, terasa hangat saat disentuh, menyenangkan untuk dilihat maupun dipegang.Luis ters

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status