Share

Bab 325

Author: Lilia
"Baiklah, aku pamit dulu," ujar Daud sambil menangkupkan tinju tanda hormat.

Anggi mengangguk pelan, tidak membalas.

Ketika Daud melewati Ayunda, dia mendengarnya berkata setelah membungkuk pada Anggi, "Apa kamu masih marah pada Ibu?"

Ibu? Putri Mahkota sepertinya terlihat sangat kesal pada ibunya tadi.

Daud adalah orang yang cukup mengikuti perkembangan berita. Dia tentu pernah mendengar beberapa rumor tentang Putri Mahkota dan keluarganya.

Hanya saja, mendengar dan melihat dengan mata kepala sendiri adalah dua hal yang berbeda. Putri Mahkota jelas tidak begitu ramah pada ibu kandungnya.

Putri Mahkota biasanya selalu bersikap baik pada orang-orang lain. Mungkin ada alasan tertentu di balik perlakuan dingin pada ibu kandungnya ini.

Anggi memasuki toko obat. Di dalam, terdapat ruang kecil dan sempit yang biasa digunakan pegawai toko sebagai tempat istirahat. Paviliun di belakangnya adalah tempat tinggal Faisal dan istrinya.

Ayunda memandang ruang sempit dan remang-remang itu sambil meng
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 616

    Ketiga orang itu saling bertukar pandang. Tiba-tiba, Aska mengangkat tangannya dan menarik Anggi. Namun hanya dengan sekali ayunan tangan, mereka merasakan angin sepoi-sepoi dan mendengar suara pintu tertutup.Saat tersadar, Anggi menyadari bahwa mereka berdua sudah berada di dalam Paviliun Cahaya. Di luar, suara dari Keswan samar-samar terdengar perlahan menghilang. Sungguh luar biasa.Anggi menatap tangan yang dipegang oleh pria yang tampak lemah dan sakit itu. Meski dia terlihat sekarat, kekuatannya begitu besar. Kekuatan ini membuatnya merasa seperti sedang berada dalam dunia fantasi."Ini adalah lantai pertama dari Paviliun Cahaya," kata Aska sambil melepaskan tangan Anggi dan mulai menjelaskan dengan tenang. Dia menunjuk ke arah tangga naik, tetapi itu bukan tangga biasa. Bagian atas Paviliun Cahaya berbentuk berlubang, di depan mereka terlihat beberapa papan nama."Di atas ini adalah tempat jiwa-jiwa para pengawas dunia yang telah meninggal," lanjutnya.Anggi membuka mulut dan t

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 615

    Hal ini semakin membuat Biro Falak terlihat sangat misterius. Namun, semua cerita tentang Biro Falak ... terutama para pemimpin di dalamnya, semua adalah orang yang memiliki kemampuan luar biasa.Melihat Aska tampak sakit-sakitan, Anggi merasa bahwa deskripsi ini tidak tepat. Atau mungkin ada perbedaan karena dia terlahir kembali, sehingga menimbulkan beberapa hal yang tidak sesuai."Sebenarnya nggak ada yang istimewa," kata Aska dengan tenang.Anggi menatapnya dengan dalam. "Aku dengar, Paviliun Cahaya sangat misterius dan sakral. Apa aku boleh pergi melihatnya?"Anggi menatap Aska dengan penuh harap. "Bagaimana, bolehkah?"Aska ingin menolak, tetapi dia bisa merasakan keteguhan dalam suara Anggi."Tadi, kata-kata yang diucapkan oleh kakek itu benar-benar membuatku penasaran. Sebenarnya, kita pasti punya beberapa kesamaan, bukan?"Pernyataan itu menyimpan rasa curiga yang mendalam dari Anggi.Aska memang bukan orang yang pandai berbohong. Namun, dia tidak berani menatap mata Anggi seh

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 614

    "Jadi, kenapa kamu lebih parah dariku?" tanya Anggi.Aska menjawab, "Menyelidiki takdir dan mengalami balasan takdir itu nggak bohong."Anggi mengerti, berarti Aska tidak hanya mengalami balasan takdir dari kelahiran kembali, tetapi juga balasan takdir akibat menyelidiki takdir."Jangan asal meramal lagi ke depannya," kata Anggi."Nggak akan," jawab Aska.Mereka saling bertatapan dan tersenyum. Anggi bertanya, "Kamu belum pernah membicarakan kehidupanmu di masa lalu."Aska tersenyum tipis.Anggi melanjutkan, "Tentu saja, kalau kamu nggak mau membicarakannya, aku nggak akan memaksamu. Ini adalah tata krama paling mendasar."Namun, dia benar-benar merasa curiga, Aska pasti menyimpan lebih banyak rahasia. Hanya saja, sepertinya Aska tidak terlalu ingin menceritakannya padanya.Sambil berbicara, Anggi mengerutkan dahi dan berkata, "Sebenarnya, aku lebih bingung kenapa aku bisa terlahir kembali?"Aska tidak memandangnya, melainkan menatap keluar pintu."Mengenai Luis, apakah dia juga akan m

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 613

    Mungkin mereka semua adalah orang-orang bijak yang sudah mencapai pencerahan."Guru, kenapa kamu bisa tahu takdirku berbeda?" tanya Anggi.Keswan berpikir sejenak, lalu tersenyum dan berkata, "Aura di tubuhmu sangat mirip dengan Tuan Aska.""Aura apa?" tanya Anggi penasaran."Aska telah lama menderita efek balasan takdir. Dia takut dingin, sedangkan Permaisuri malah merasa panas. Hanya saja, balasan Permaisuri tidak seberat Tuan Aska.""Kamu bilang, aku terkena balasan takdir?" Anggi mengernyitkan alisnya.Jantungnya berdegup kencang, wajahnya pun tampak sedikit pucat karena cemas.Keswan menggerakkan bibirnya. Selama ini, Aska selalu bertindak dengan hati-hati. Ilmu Keswan hanya sedikit, dia tidak bisa menangani hal sebesar ini. Jadi, dia hanya berkata, "Aku cuma asal ngomong."Asal ngomong? Memangnya pendeta bisa ngomong seenaknya?Keswan merasa sedikit cemas, "Sebenarnya, aku dan Pati bisa dibilang adalah pembantu di Biro Falak. Permaisuri tidak usah panggil aku Guru."Keswan hanya

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 612

    Cahaya dalam kamar redup dan menyala secara bergantian, persis seperti hati Luis yang sesekali terasa hangat seperti matahari dan sesekali kembali dipenuhi kekhawatiran.Bagaimana mungkin dia tidak merasakannya? Suhu tubuh Anggi jauh lebih tinggi dibanding dirinya. Menatap istrinya yang bernapas tenang dalam tidur, Luis tersenyum tipis."Kita bertiga ... pasti akan baik-baik saja."Dengan lembut, dia mengelus perut Anggi, lalu mencari posisi yang nyaman dan memeluk wanita yang dicintainya hingga tertidur bersama.....Keesokan harinya.Setelah menyantap sarapan pagi, Anggi ditemani Mina dan Ando menuju Biro Falak.Begitu tiba di depan gerbang Biro Falak, Anggi merasa seperti sedang berada di depan sebuah kuil. Memang, Aska pernah mengatakan bahwa dirinya hanyalah seorang pendeta dan semua ilmu yang dia pelajari pun berasal dari aliran Taoisme."Salam hormat, Permaisuri," ucap seorang pria tua berjenggot putih saat Anggi baru saja turun dari tandu. Pintu kuil terbuka begitu dia mendekat

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 611

    Luis benar-benar terkejut.Meskipun Anggi tidak pernah mengatakan secara langsung bahwa dia dipukuli hingga tangan dan kakinya patah setelah kabur dari pernikahan, Luis tahu itu pasti ulah ibunya, Permaisuri Dariani.Dulu Anggi pernah bertanya, apakah akan ada yang bersedia menguburkannya jika dia mati.Saat itu, Luis pasti menjawab tidak. Dia bahkan takkan sudi melirik apalagi memikirkan putri bangsawan yang berani melarikan diri dari pernikahan dengannya. Kecuali, jika dia mengetahui bahwa Anggi adalah gadis yang pernah menyelamatkannya bertahun-tahun lalu."Anggi ...," gumamnya sambil memeluk wanita itu erat. Jadi, dia benar-benar menguburkan Anggi setelah wanita itu meninggal. Jadi, semua yang Anggi katakan tentang mimpi buruk, kehidupan masa lalu, dan dunia novel ini ... kemungkinan besar, semuanya benar adanya.Anggi tersenyum dan menepuk punggung pria itu lembut. "Aku nggak apa-apa.""Semua itu sudah berlalu. Yang nyata adalah saat ini dan kita masih hidup. Itu yang terpenting."

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status