Share

Bab 428

Author: Lilia
"A ... apa ...." Putri Aneksasi terkejut bukan main. Namun, tak lama kemudian dia tampaknya mengerti.

Satya terlahir di keluarga kerajaan, belum lagi dia memiliki ayah seperti Pangeran Aneksasi yang haus kekuasaan. Mustahil pria itu tidak ikut dalam perebutan takhta.

Selama bertahun-tahun ini, Putri Aneksasi tidak punya pilihan selain menutup sebelah mata. Pangeran Aneksasi tidak pernah mengizinkannya terlalu dekat dengan Satya.

Anggi mengangguk pelan.

Putri Aneksasi perlahan berdiri, lalu menghampiri Anggi dan tiba-tiba berlutut di depannya.

"Bibi ...." Anggi bergegas membantunya berdiri, tetapi Putri Aneksasi bersikeras tidak ingin bangun, seolah-olah ingin memohon sesuatu.

"Putri Mahkota, aku tahu hubungan kita nggak dekat. Tapi ... bagaimanapun aku adalah ibunda Satya. Aku mohon, ketika saatnya tiba di masa depan ... tolong ampuni nyawanya," mohon Putri Aneksasi dengan tenang.

Anggi tidak tahu harus berkata apa. Sampai sekarang, dia masih belum yakin apakah Luis atau si jahat Satya
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 464

    "Kepala Pelayan Torus nggak perlu panik. Aku nggak akan memberi tahu Putra Mahkota tentang hal ini," ucap Anggi.Torus menyeka keringatnya sebelum membalas, "Terima kasih, Putri Mahkota. Hamba hanya khawatir pada Putra Mahkota. Bagaimanapun, Kediaman Putra Mahkota yang seluas ini harus ada penerus."Bagaimana mungkin Anggi tidak paham soal ini? Namun, keegoisan mulai muncul di dalam dirinya. Luis yang tidak menginginkan wanita lain. Pria itu sendiri yang mengatakan hanya menginginkan Anggi. Hati Anggi terasa pedih.Ternyata mencintai seseorang membuat kita tidak rela berbagi dengan orang lain, apalagi menjauhkannya dari diri sendiri.Mengenai Satya, bisa-bisanya pria itu mengatakan dia mencintai Anggi. Namun, pria itu malah meminta Anggi untuk menjadi mata-mata di sisi Luis. Sungguh konyol.Pada malam hari, Luis dan Anggi naik ke ranjang. Ketika Luis melucuti pakaian Anggi dalam kegelapan, Anggi seketika bangkit. Dia langsung membalikkan badan dan duduk di atas tubuh Luis, lalu mencium

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 463

    "Ya sudah. Kalau kamu nggak mau mengatakannya, lupakan saja," tutur Anggi dengan kecewa. Kemudian, dia berkata dengan penuh perasaan, "Aku hanya khawatir pada Putra Mahkota. Perannya sebagai penerus takhta nggak begitu mudah. Aku hanya ingin jalannya lebih lancar."Torus mengangguk sembari menimpali, "Putri begitu peduli pada Putra Mahkota. Itu sungguh keberuntungan bagi beliau."Keputusan Keluarga Suharjo membiarkan Anggi menggantikan Wulan menikah sudah sangat tepat. Anggi tidak hanya menyembuhkan Luis, tetapi juga memperlakukan Luis dengan sepenuh hati. Bagus sekali."Sayangnya, aku sama sekali nggak tahu apa tekanan Putra Mahkota, jadi aku nggak tahu gimana bisa membantunya," tambah Anggi sambil mengernyit. Dia terlihat sangat tidak berdaya.Torus membuka mulutnya seperti hendak mengatakan sesuatu. Pada akhirnya, dia berucap, "Putra Mahkota baik dalam segala hal. Hanya saja ....""Kepala Pelayan Torus nggak percaya padaku?" tanya Anggi."Bukan begitu," bantah Torus. Bagaimana mungk

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 462

    Selain Anggi, tidak ada yang bisa memadamkan hasrat Luis?Bulu mata Anggi bergetar pelan. Dia tiba-tiba teringat pada Ajeng dan Gita yang berlutut memohon padanya.Luis sangat baik. Dia begitu menghormati dan mencintai Anggi. Bagaimana mungkin Anggi rela berbagi suami dengan wanita lain? Mungkin ketika suatu hari sudah tidak perlu menjaga harga diri Kaisar, dia baru akan membebaskan kedua wanita itu.Anggi berpikir dalam hati. Sekalipun dirinya bersedia berbagi suami, Luis juga tidak akan menginginkan mereka, 'kan? Hal ini tidak bisa disalahkan padanya.Ketika Anggi membantu Luis merapikan pakaian, pria itu masih tampak penuh energi. Aura kejantanannya begitu kuat dan membuatnya tampak bersinar.Setelah itu, Luis memanggil Torus. Torus membawa masuk sebuah kotak kayu yang sudah disegel. Di dalamnya berisi memorandum yang harus diurus hari ini.Anggi menemani Luis. Luis juga sama sekali tidak merasa bahwa memorandum ini tidak boleh dilihat oleh Anggi. Menurutnya, bekerja sambil ditemani

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 461

    "Nanti aku ke Balai Pengobatan Kekaisaran untuk carikan beberapa buku bagus untukmu," ucap Luis."Bagus sekali," seru Anggi.Ketika berbicara, mereka berdua naik ke dipan sambil bergandengan tangan. Anggi tiba-tiba lengah. Langkahnya tidak stabil dan hampir terjatuh. Untung saja, Luis menangkapnya.Pembicaraan yang awalnya hanya obrolan biasa antara suami istri, kini menjadi penuh kehangatan. Gadis lembut yang berada di dalam pelukannya seketika membangkitkan hasrat Luis.Anggi melirik Luis sekilas sebelum berkata, "Nggak bisa.""Kenapa nggak bisa?" tanya Luis."Aku ...," ucap Anggi."Jangan bilang aku berbuat hal-hal mesum saat siang bolong," sela Luis merendahkan suaranya usai melihat Mina keluar untuk menyeduh teh bunga krisan.Luis menggenggam dan meremas tubuh Anggi. Wajah Anggi seketika memerah."Apa bisa?" tanya Luis.Anggi menunduk saking malunya. Diam berarti setuju.Luis pergi untuk menutup pintu. Di kejauhan, Mina membawa nampan dengan ekspresi sedikit bingung. Kemudian, dia

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 460

    "Apa Tabib Lukman kepanasan?" tanya Anggi. Dia tiba-tiba menyadari Lukman menyeka keringat di dahinya."Ha? Aku nggak kepanasan," sahut Lukman. Dia berkeringat karena takut pada Aska. Hari ini Lukman berpakaian tebal demi menemui Aska. Jadi, dia tidak akan kedinginan saat melakukan akupunktur."Nggak panas ya?" tanya Anggi. Benar juga, kamar Aska begitu dingin. Kenapa Lukman berkeringat? Dia juga terus menghindari tatapan Anggi, sepertinya ada masalah.Anggi berpikir sebaiknya dia menahan diri terlebih dahulu. Setelah berbincang sejenak dengan Aska, Anggi menyuruh Lukman keluar.Lukman merasa gugup. Sebelum pergi, dia ketakutan melihat senyuman tipis Aska. Kediaman Putra Mahkota bagaikan sarang iblis.Anggi bertanya, "Tabib Lukman, tadi waktu kamu melakukan akupunktur pada Tuan Aska, nggak ada masalah, 'kan?"Saat keluar, Lukman sudah mempersiapkan mental cukup lama. Dia sudah memikirkan banyak alasan dan sekarang dia bisa memakainya. Lukman menyahut dengan tenang, "Putri Mahkota, ngga

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 459

    Melihat Aska menyerahkan jarum akupunktur, Lukman segera menyimpannya. Aska menjelaskan, "Seharusnya Tabib Lukman tahu aku ini Kepala Biro Falak. Asalkan aku mau, aku bisa tahu semua hal di dunia ini. Bahkan aku bisa mengubah takdir Negeri Cakrabirawa kalau aku mengusahakannya."Dengan kata lain, Aska juga merupakan tokoh hebat yang sangat berkuasa. Mana mungkin Lukman tidak tahu?Bahkan, Kaisar juga tidak berani menyinggung Kepala Biro Falak Negara Cakrabirawa yang paling misterius ini. Semua orang sangat menghormatinya dan tidak berani mendekatinya. Namun, untuk apa Aska menjelaskan semua ini kepada Lukman?Lukman memberi hormat dengan gugup dan mendengar sambil membungkuk. Aska merapikan bajunya, lalu duduk di tempat tidur. Gayanya sangat santai, salah satu tangannya diletakkan di atas kursi.Aska melanjutkan dengan tenang, "Sebagai Kepala Biro Falak, aku bisa mengintip takdir dan menyokong negara. Selain menikmati kemuliaan, aku juga harus berkorban. Pengorbanannya itu aku diserang

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status