Share

Bab 478

Author: Lilia
Anggi dan Mina sama-sama tertegun.

Aska segera membentak, "Kurang ajar! Kamu sadar apa yang sedang kamu katakan?"

Giginya bahkan bergemeletuk. Jelas sekali, dia sangat kedinginan.

"Tuan ...."

"Lancang sekali! Uhuk, uhuk .... Keluar sekarang juga!" bentak Aska lagi.

Pati terlihat sangat kecewa, tetapi tidak punya pilihan lain. Dia hanya bisa menangkupkan tangan dan mundur dengan hormat.

Anggi merasa bingung dan sedih. Dia sungguh tak tega melihat wajah Aska yang pucat dan tubuhnya yang gemetar.

"Kak Aska, Pati hanya ingin kamu merasa lebih baik."

Aska tersenyum pahit dan memandang Anggi. "Raja adalah raja, bawahan adalah bawahan. Semua sudah ada tempat dan batasnya."

Antara dia dan Anggi bukan hanya sahabat sejiwa, tetapi juga punya batasan sebagai pemimpin dan pengikut.

"Aku pikir selama ini Tabib Lukman merawatmu dengan baik." Anggi merasa bersalah. Semuanya jadi terabaikan karena urusan Ajeng dan Gita.

"Dia memang merawatku dengan baik. Ini bukan salahnya," sahut Aska.

Anggi mengangg
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 729

    Jelita sepertinya memahami keraguan Junaryo. Dia pun segera membawa sebaskom air bersih dan cairan pembersih riasan.Junaryo menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri saat Jelita berubah dari seorang wanita dengan pesona glamor menjadi wanita berwajah anggun. Kini parasnya terlihat cantik dan lembut.Bila dibandingkan, masing-masing penampilan Jelita memiliki daya tariknya tersendiri. Dengan keahlian seperti ini, tidak heran jika dia berhasil mendapatkan hati Putra Mahkota Negara Darmo dalam waktu singkat.Sang Putra Mahkota bahkan bersikeras meminta Junaryo berjanji untuk membawa Jelita bersamanya ketika dia kembali ke Negara Darmo nanti."Sekarang Jenderal Junaryo sudah mengerti bagaimana aku bisa lolos dari kematian, bukan?" ujar Jelita."Ya," sahut Junaryo, tidak tahu bagaimana harus menggambarkan rasa terkejutnya sekarang.Jelita berucap, "Satu-satunya penyesalanku adalah Sunaryo. Aku nggak menyangka dia akan mati sebelum aku. Andai aku tahu, aku akan memberitahunya untuk hidup de

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 728

    "Awalnya, aku membantunya merancang rencana untuk menggulingkan Pangeran Pradipta. Setelah dia menjadi penguasa kediaman yang baru, dia bisa membantuku membalas dendam. Ketika kesempatan itu tiba, kami nggak ragu untuk melangkah ke jalan balas dendam. Mengirimku ke Kediaman Pangeran Aneksasi dan istana, itu juga bagian dari rencana kami," papar Jelita.Jelita menceritakan masa lalunya pada Junaryo dengan tenang. Namun, ketika menyebut tentang Sunaryo, dia mulai terisak.Ketika luka itu ditutupi, mungkin Jelita bisa berpura-pura bahwa rasa sakitnya telah berlalu. Namun, begitu membahasnya, air matanya pun jatuh tanpa henti. Terutama karena dia telah kehilangan pria terbaik yang tulus mencintainya. Penyesalan itu begitu menyiksa hatinya.Mata Jelita berkaca-kaca saat dia berkata, "Semua berjalan lancar. Sunaryo akhirnya menjadi Pangeran Pradipta yang baru dan aku pun mengandung anak Sunaryo. Siapa yang bilang kalau keturunan dari Kediaman Pangeran Pradipta nggak bisa menjadi pewaris takh

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 727

    Mengenai Leliana di depannya .... Junaryo menatap pelayan itu dan bertanya, "Kamu sangat familier dengan ibu kota. Kamu pasti pernah tinggal di sini sebelum pergi ke Negara Darmo, 'kan?""Ya." Jelita tersenyum dan menawarkan, "Apa Jenderal mau minum teh sebentar di tempatku?""Baiklah," sahut Junaryo, langsung mengikuti Jelita memasuki sebuah ruangan. Jelas, itu adalah kamar wanita itu.Suara teh yang dituang terdengar jernih."Jenderal, silakan minum tehnya," ucap Jelita sambil mengisyaratkan Junaryo untuk duduk di depan meja bundar.Junaryo mengambil cangkir teh, memutarnya sejenak di tangannya. Setelah menyesap seteguk, dia berkata, "Sunaryo dan Jelita mati bersama pada Malam Tahun Baru. Sejak itu, nggak pernah ada lagi yang mengungkit tentang mereka."Junaryo menatap Jelita. Kilat curiga di matanya tidak bisa disembunyikan."Mereka sudah mati, wajar kalau nggak ada berita tentang mereka," sahut Jelita sambil tersenyum."Lantas, kenapa Nona Leliana menceritakan semua tentang Sunaryo

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 726

    Anggi menghampiri Zahra sambil tersenyum. Dia berucap, "Guru Ilham bersedia mengajarimu, itu bukan hal yang mudah. Tugasnya juga sangat mulia."Zahra memiringkan kepalanya, lalu bertanya dengan serius, "Apa semulia tugas Ayahanda sebagai kaisar?"Anggi tersenyum, lalu berkata lagi, "Ayahmu juga dididik oleh Guru Ilham. Makanya kamu harus menghormatinya dan belajar yang rajin. Hanya dengan begitu, kamu bisa membanggakan ayahmu dan Guru Ilham yang bersusah payah datang untuk mengajarimu di usia tuanya.""Ayahmu bisa membaca dan menulis, jadi dia bisa meninjau memorandum, memerintah negara, dan menyejahterakan rakyat. Membaca membawa kebijaksanaan. Dalam proses membangun pandangan hidup dan nilai-nilai moral, membaca adalah fondasi inti yang paling penting," tambah Anggi.Anggi membawa Zahra masuk ke halaman, lalu menyuruhnya memandang langit biru dan melanjutkan, "Membaca bahkan bisa menciptakan ulang sebuah dunia.""Menciptakan ulang dunia?" tanya Zahra sambil menggigit jarinya.Anggi m

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 725

    Di sepanjang sejarah dinasti, di mana lagi bisa ditemukan seorang pria yang sangat menghargai wanita seperti Luis?Tiba-tiba, Anggi teringat sesuatu. Bagaimanapun, ini adalah dunia fiksi, semuanya seharusnya palsu.Namun, bahkan dalam cerita asli buku ini, cinta Satya pada Wulan juga biasa saja. Sementara itu, cinta Luis padanya begitu tulus hingga membuat Anggi menangis haru berulang kali. Cinta pria itu terlalu indah."Ini nggak palsu. Cintaku padamu nyata. Suka duka kita, apa yang kita makan dan minum, semua itu nyata," ujar Luis.Anggi mengangguk. Ya, semua itu nyata. Perasaan mereka, semua pahit manis, kebahagiaan dan perasaan bersalah, keluarga, persahabatan, dan keadaan negara ... semuanya nyata.Anggi menghambur ke pelukan Luis dan berkata, "Biarpun firasatku kuat, kemungkinan besar Jelita nggak akan pernah kembali ke ibu kota.""Itu urusannya. Sekalipun nggak ada ancaman bahaya seperti Jelita ini, kamu sudah seharusnya bebas meninggalkan istana," hibur Luis.Selama tiga hingga

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 724

    Anggi berdiri untuk menyambutnya.Luis menatap Anggi yang bergegas datang menghampirinya. Senyum langsung merekah di wajahnya yang tadi terlihat muram. Dia segera meraih tangan istrinya dan berucap, "Kenapa perlakuanmu istimewa sekali hari ini? Sepertinya Gigi sudah lama nggak menyambutku segembira ini."Anggi menggodanya, "Kamu ingin aku menyambutmu? Bukannya kamu pernah bilang aku nggak perlu menyambutmu? Kamu bilang, aku bisa santai saja dan rileks."Luis tertegun, lalu menyahut dengan nada sedikit jengkel, "Aku memang pernah bilang begitu."Hanya saja, setiap kali Luis kembali dan melihat Gigi menyambutnya sambil tersenyum, dia akan merasa hidupnya luar biasa bahagia."Kalau begitu, apa mulai sekarang aku harus menyambutmu setiap hari?" tanya Anggi."Nggak perlu. Tapi, kalau kamu sangat merindukanku dan nggak sabar ingin bertemu, kamu bisa merepotkan diri untuk berjalan beberapa langkah lebih jauh," jawab Luis.Keduanya saling menggoda sambil tersenyum. Anggi memukul lengan suaminy

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status