Share

Bab 655

Author: Lilia
"Pasti karena Permaisuri itu pencemburu, makanya Kaisar nggak berani mengambil selir."

"Benar sekali."

Luis yang mendengarnya tak kuasa tersenyum. Jadi sekarang gosip di istana menyebut Anggi pencemburu dan dirinya takut istri?

"Sayang sekali. Kalau nggak, dengan kecantikan kita, mungkin saja kita bisa jadi selir kecil atau wanita bangsawan?"

"Kamu gila? Berani-beraninya bicara begitu."

"Ah, apa salahnya. Bukankah dulu Selir Jelita itu katanya berasal dari rumah bordil? Lihat saja, hampir saja dia membalikkan Negara Cakrabirawa."

"Ssst ...."

"Nggak apa-apa. Bukannya Shinta lagi menyapu di luar? Kalau ada orang lewat, dia pasti akan kasih tahu."

"Benar juga. Kamu ngomong soal Selir Jelita tadi? Aku malah nggak merasa terlalu gimana ... justru Permaisuri ...."

"Permaisuri kenapa?"

"Permaisuri adalah putri tertua Keluarga Suharjo yang paling nggak disayang. Tapi karena keahliannya di bidang pengobatan, dia berhasil menyembuhkan Kaisar. Kalau bukan dia yang menikmati kebahagiaan, siapa lag
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 665

    Sekarang tubuh Anggi sudah hampir pulih. Dia pun memaksakan diri untuk turun dari tempat tidur. "Zahra menangis, aku ingin melihatnya."Luis berkata kepada Torus, "Suruh para pengasuh membawa Putri ke sini.""Baik." Torus segera melaksanakan perintah."Kamu kembali dan istirahatlah," kata Luis sambil menuntun Anggi kembali ke tempat tidur."Kenapa kamu masih mengurus laporan malam-malam begini?"Luis hanya mengangguk.Anggi berkata, "Mina dan Ando bisa merawatku. Kamu nggak perlu ikut campur untuk urusan sepele begini.""Kamu merasa pelayananku kurang baik ya?""Nggak, aku hanya nggak ingin kamu terlalu lelah."Luis mencium dahi Anggi. "Rasa lelahku masih nggak sebanding dengan pahlawan besarku."Hati Anggi yang sebelumnya berat menjadi lebih lega hanya dengan beberapa kata itu.Tak lama kemudian, pengasuh datang membawa Zahra. Si kecil masih menangis keras. Anggi segera menggendongnya, menepuknya, menenangkannya dengan hati-hati.Mungkin karena mendengar suara yang familier, Zahra men

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 664

    Luis langsung menggendong putra kecilnya. Dia sendiri saja begitu enggan melepaskan, apalagi Anggi.Namun, dia tahu Anggi tak akan mengabaikan Aska. Daripada membiarkan Anggi yang memutuskan dan menanggung sakit, lebih baik semuanya ditangani oleh dirinya.Anak itu tampan. Sambil menguap, dia juga sibuk mengisap jarinya.Pengasuh berkata, "Pangeran Kecil lapar." Dia mengulurkan tangan, ingin menggendong untuk memberi makan.Luis berkata, "Panggil dia Ishaq, Ishaq Giandra.""Pangeran Ishaq." Torus memanggil nama itu, lalu membungkuk ke arah Ishaq. "Hamba bersujud kepada Pangeran Ishaq."Torus memahami isi pikiran majikannya. Luis pasti berharap meskipun Ishaq nantinya masuk jalan Buddhis, setelah dewasa dia akan kembali ke dunia dan mewarisi takhta.Luis menggendong anak itu sambil menatap para pengasuh. "Mulai sekarang, kalian jaga baik-baik Putri Kecil."Menjaga Putri Kecil? Lalu, bagaimana dengan Pangeran Kecil?Luis menggendong Ishaq keluar, sampai dia menyerahkan anak itu sendiri k

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 663

    "Suruh dia tunggu!" kata Luis dengan dingin.Di dalam ruang bersalin, suara tangisan bayi berhenti. Sekeliling pun hening, hanya terdengar suara Luis yang mondar-mandir.Setengah jam kemudian, anak kedua lahir. Tangisan nyaringnya pun terdengar jelas.Bidan keluar memberi kabar gembira. "Selamat, Yang Mulia. Yang kedua adalah seorang putri kecil.""Putri kecil, bagus." Luis menatap bidan itu. "Bagaimana dengan Anggi?""Permaisuri baik-baik saja, hanya agak mengantuk."Luis berkata, "Biar permaisuri melihat kedua anaknya dulu, terutama Pangeran.""Baik." Bidan itu menjawab dan kembali masuk ke ruang bersalin.Di luar, suara orang bersorak memberi ucapan selamat bergema, tetapi Luis tak lagi menggubris. Dia bergegas keluar, lalu bertanya kepada Torus, "Master Cahyo ada di mana?""Di depan gerbang Istana Abadi."Dengan langkah cepat, Luis keluar dari istana dan segera melihat Cahyo. Cahyo memakai jubah, memegang tongkat, sedikit menunduk memberi hormat. "Salam hormat untuk Yang Mulia."Wa

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 662

    Luis tidak berani lagi membantah. "Baik, baik, aku dengar kata-katamu."Sambil berkata begitu, dia buru-buru berlari keluar dari ruang bersalin.Torus yang sedang memegang kocokan ekor kuda hanya bisa menghela napas, saat melihat Kaisar keluar dengan wajah suram. Kaisar memarahi mereka sebelum masuk, lalu dimarahi Permaisuri hingga keluar. Sekarang seharusnya dia sudah bisa menunggu dengan tenang di luar.Begitu mengangkat kepala, Torus bertemu dengan tatapan tajam Luis. Torus buru-buru tersenyum. "Mohon tenang, Yang Mulia. Permaisuri dan Pangeran Kecil pasti dilindungi oleh Tuhan, ibu dan anak akan selamat."Luis hanya meliriknya. Kedua tangannya dikatupkan, dia terus mondar-mandir di depan ruang bersalin.Torus memegang kocokan ekor kudanya, menggeleng-geleng sambil berdoa dalam hati. 'Semoga Permaisuri nggak terlalu menderita.'Dari tengah malam hingga ayam berkokok, selama Anggi berada di ruang bersalin, Luis juga tidak berhenti mondar-mandir di luar.Dia menempel di jendela, berte

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 661

    Sambil berbicara, Pati membuka salah satu buntalan. Dilihat dari potongannya, memang seperti pakaian untuk anak muda. Anggi pun teringat pada Harfi, pemuda yang pernah dia lihat sekali. Saat itu, Harfi sedang bersih-bersih. Dia adalah murid Aska.Anggi pun tersenyum. "Mm, bagus sekali."Pati lalu mengeluarkan satu lagi. "Silakan lihat, yang model ini untuk Tuan Keswan. Ada juga ... untuk Tuan Aska.""Kamu benar-benar perhatian." Setelah berjeda, Anggi menatap awan putih di langit dan bertanya lagi, "Tapi, bukankah semua kebutuhan Biro Falak dibiayai istana? Kenapa kamu masih membeli sendiri?"Itu semua karena tuannya tidak ingin melalui istana. Takutnya kalau diketahui Kaisar dan Permaisuri, mereka akan khawatir.Pati tertawa kaku dan menepuk kepalanya. "Aku benar-benar bodoh, Permaisuri benar."Anggi tersenyum, lalu dia membiarkan Pati pergi. Begitu Pati masuk ke Biro Falak, dia masih menatap pintu itu cukup lama. Tangannya tanpa sadar diletakkan di perut, entah apa yang sedang dipiki

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 660

    "Mulai sekarang lebih baik kamu tetap makan bersamaku saja, makan di meja terpisah terasa membosankan." Luis mengangguk pelan.Sebenarnya dia cukup lapar. Hanya saja hampir setiap kali makan, dia baru bisa benar-benar menelan setelah muntah sekali.Usai makan malam, Anggi memeriksa nadi Luis. "Nggak ada masalah.""Selama kamu sering mengawasi, apa yang bisa terjadi?" Luis berhenti sejenak, lalu melanjutkan, "Beberapa hari ini memang jauh lebih baik, setidaknya rasa mualnya nggak separah sebelumnya."Anggi bersandar di bahunya. "Kita ini cukup adil juga. Aku yang hamil, kamu yang mual."Apalagi teringat ucapan Damar, hal itu membuat Anggi bahagia sekaligus geli. Apakah karena Luis begitu peduli dan mencintainya, sampai-sampai saat dirinya hamil, Luis yang ikut merasakan mual?"Kamu masih bisa tertawa." Luis yang kenyang pun berpura-pura kesal.Anggi menggenggam tangannya, mengajaknya berjalan santai untuk membantu pencernaan. Di belakang mereka, belasan pelayan mengikuti, membuat taman

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status