Share

Bab 674

Author: Lilia
"Leliana, kamu nggak apa-apa?" Hubidon tiba-tiba menyadari wajah Jelita tampak kurang baik, jadi dia berkata, "Aku tahu, kamu membenci Negara Cakrabirawa. Tapi percayalah padaku, beri negara kita waktu dua tahun, aku pasti akan langsung menghantam ibu kota mereka."

Jelita menyandarkan diri dengan lembut di pelukan pria itu. "Baik, aku percaya pada cita-cita Putra Mahkota. Aku yakin kamu pasti bisa."

Hubidon mengangguk berulang kali.

Sebelumnya, Negara Cakrabirawa juga pernah mengirim putri mereka untuk menikah demi perdamaian. Namun, para putri itu hanya punya wajah cantik, tetapi sama sekali tidak tahu cara menyenangkan hati pria. Mereka bahkan menganggap orang Negara Darmo itu biadab, merendahkan para lelaki di sana.

Bertahun-tahun berlalu, para putri itu pun satu per satu mati tak bersisa.

Tiba-tiba, wanita di dalam pelukannya mulai menangis. Hubidon tertegun. "Kamu ... kamu kenapa?"

Air mata Jelita berderai deras, membuat Hubidon merasa sakit hati seketika. "Kamu buat aku cemas saj
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 685

    "Benar juga, Sura saja sudah dianugerahi pernikahan, masa Dika dan yang lain dibiarkan begitu saja? Bisa jadi nanti mereka sendiri yang akan datang meminta Kaisar mengaruniakan pernikahan."Luis tersenyum, "Istriku benar sekali."Mata Anggi berbinar bahagia. Mereka berdua hidup seperti orang biasa setiap hari, tidak terlalu memedulikan aturan kaku seperti tidak boleh bicara saat makan atau larangan berbincang di tempat tidur. Mina yang mengikuti mereka pun sering merasa gembira.Luis tersenyum dan berkata santai, "Putri Negara Darmo itu masih muda, sepertinya memang nggak akan melirik Dika."Anggi menjawab, "Maksud Kaisar, Dika sudah terlalu tua? Dulu Kaisar juga pernah dikatakan sudah berumur, tapi bukankah aku tetap suka? Apalagi, Dika tampan dan berwibawa, belum tentu Putri Negara Darmo tidak menyukainya."Luis hanya tertawa ringan. Di sekelilingnya penuh dengan para prajurit gagah, tetapi istrinya selalu memuji Aska tampan, Dika tampan, bahkan Sura, Irwan, Junaidi, dan Daud juga di

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 684

    Di samping, Zahra yang duduk di kereta makan khusus memiringkan kepalanya dan bertanya, "Ayahanda, siapa Putri Negara Darmo itu?"Luis menjawab, "Seorang putri dari negeri kecil di perbatasan.""Apakah putri itu cantik? Lebih cantik dari aku?" Gadis kecil itu menopang dagunya dengan kedua tangan, mata beningnya menatap sang ayah penuh rasa ingin tahu."Zahra yang paling cantik." Luis mengulurkan tangan dan mengusap pipi tembam putrinya.Anggi pun menimpali, "Benar, Zahra yang paling cantik."Zahra tersenyum lebar. Semua orang yang hadir ikut menampakkan senyum penuh kebahagiaan.Pengasuh Zahra menyuapi dirinya. Namun sebelum makan banyak, Zahra sudah bersikeras ingin turun dari kereta, "Aku mau kasih makan Bubu."Luis mengerutkan kening, "Makan kenyang dulu baru pergi."Dasar ... terus-terusan saja mengingat tikus itu, bahkan seolah lebih penting daripada ayahnya sendiri. Luis bukan cuma harus waspada kalau Anggi berpaling hati, kini malah harus takut kalau Zahra juga tidak sayang pada

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 683

    Memang sudah saatnya menikahinya."Mm, kalau begitu suruh orang cari hari yang baik, lalu aku akan meminta Permaisuri untuk mengaruniakan pernikahan," jawab Mina sambil tersenyum.Sura menyeringai lebar, deretan gigi putihnya terlihat jelas, "Mm." Hari ini sudah dia nantikan selama bertahun-tahun!Setelah berpamitan dengan Mina, Sura langsung menunggang kuda menuju kediaman, lalu segera mengumpulkan para pengawal pribadinya. Dia menyiapkan beberapa barang untuk menahan bau busuk, kemudian langsung menuju kuburan massal.Tiga tahun telah berlalu. Di kuburan massal itu, mayat baru dan lama semakin banyak. Terlebih di musim panas seperti ini, lalat beterbangan di mana-mana. Ditambah hewan buas dan burung pemakan bangkai yang menggerogoti jasad-jasad itu.Sura menutup hidungnya, mengingat kembali lokasi tulang belulang Jelita dan Sunaryo, lalu mengangkat tangan menunjuk, "Di tumpukan itu. Cari sebuah jasad dari tiga tahun lalu, lihat apakah ada sebuah benda yang dibuat dari ruas jari manus

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 682

    "Baik, Permaisuri." Sura menjawab, lalu bersiap untuk pergi ketika Anggi memanggilnya, "Tunggu dulu.""Permaisuri." Dia mengepalkan tangan, lalu berdiri dengan sikap hormat menunggu perintah.Anggi berkata, "Kapan kamu akan datang melamar kepada kami? Aku cuma punya satu adik, jangan sampai dia kamu biarkan jadi perawan tua."Jantung Sura berdetak kencang. Dia menoleh ke arah Mina, lalu segera berlutut menghadap Anggi, "Hamba ... hamba bersedia segera meminta restu Permaisuri untuk meminangnya. Tapi, Mina ...." Dia kembali menatap Mina.Anggi pun ikut menatap Mina, "Kamu masih belum memutuskan?"Wajah Mina memerah, "Hamba sudah terbiasa selama ini, hanya ingin terus melayani Permaisuri, tidak ingin menikah."Sura panik, "Mina, lalu aku ... bagaimana denganku?""Ya, lalu bagaimana dengan Sura?"Mina mengernyit, dia sendiri juga tidak tahu. Dia benar-benar berat hati untuk berpisah dari Permaisuri, juga dari Zahra. Kalau menikah dengan Sura, dia akan menjadi istri seorang jenderal dan te

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 681

    Wulan mengulurkan tangan yang hanya memiliki empat jari untuk mencekik lehernya. Anggi berusaha menghindar sambil terus meronta. Sementara Pratama, Yohan, Dimas, Bayu, juga Ayunda ... mereka semua juga mengulurkan tangan yang hanya punya empat jari itu, mencekiknya dan menariknya ...."Tinggal kalian sekeluarga saja ....""Ah ...."Anggi terbangun dari mimpi buruknya.Luis yang sedang tidur nyenyak pun ikut tersentak bangun, lalu merangkulnya dan bertanya, "Ada apa, mimpi buruk lagi?""Mm." Anggi langsung terjatuh ke dalam pelukan pria itu, "Tiba-tiba aku bermimpi tentang orang-orang Keluarga Suharjo.""Mereka semua sudah mati, mereka nggak akan bisa memberikan pengaruh apa pun padamu."Anggi mengangguk, "Aku tahu, tapi ketika bermimpi tentang mereka, mereka tetap saja begitu menyebalkan ...."Orang-orang itu tidak pernah menyesali apa pun. Seolah-olah semua kesalahan hanya ada padanya.Dalam mimpi itu, semua jari-jari mereka terpotong satu. Benar-benar menyeramkan. Anggi masih ingat,

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 680

    "Mana bisa sama?" Luis tersenyum tipis.Anggi menoleh menatapnya, "Kamu, jangan-jangan kamu ....""Apa salahnya?" Luis mengangkat sedikit alisnya, "Bukannya kamu sendiri bilang ini hanyalah dunia yang ditulis orang lain? Besok akan bagaimana, masa depan jadi apa, siapa yang tahu?"Anggi berkata, "Kak Aska pernah bilang, sekalipun ini hanyalah dunia dari sebuah cerita, tapi dia sudah membentuk aturannya sendiri. Orang-orang di sini juga hidup dengan darah dan daging, semua perasaan pun nyata adanya.""Takhta dan kekuasaan kaisar, mana ada yang lebih penting daripada hidup bebas dan bahagia?"Luis tersenyum, tidak terlihat seperti sedang bercanda, "Apakah kamu bahagia?""Mm, bahagia.""Setelah urusan dengan Raja Negara Darmo itu selesai, aku akan membawamu berkeliling dunia. Ini janji yang dulu pernah aku berikan padamu." Dia masih ingat, dulu Anggi tidak ingin terus terikat di balik tembok istana.Saat itu dia pernah berkata, setelah memiliki putra mahkota, dia akan menyerahkan takhta p

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status