Share

Bab 718

Author: Lilia
Aska berjalan ke hadapan Luis dan Anggi, lalu memberi hormat dengan tenang. Katanya, "Salam hormat, Kaisar dan Permaisuri. Semoga Kaisar dan Permaisuri panjang umur."

Luis sedikit membungkuk untuk membantu Aska berdiri. Dia berujar, "Kamu nggak perlu terlalu formal. Cepat berdiri."

Anggi juga berucap dengan suara tercekat, "Ayo, cepat berdiri."

"Terima kasih banyak, Kaisar dan Permaisuri," balas Aska. Ketika berdiri, tangannya secara refleks menekan lutut. Setelah berusaha sekuat tenaga, dia baru bisa berdiri tegak.

Kulit Aska yang tadinya pucat, kini tampak sangat merah. Kenapa warnanya bisa jadi seperti ini? Kemudian, Anggi melihat bahan pakaian Aska yang tipis. Jelas sekali, Aska terlihat sangat kepanasan.

Meskipun ada jarak dengan Aska, Anggi tetap bisa merasakan hawa panas dari tubuh Aska. Terlihat jelas, betapa berat penderitaan Aska beberapa tahun ini karena serangan balik panas dan dingin yang silih berganti. Seharusnya Anggi yang menanggung panas itu.

Mata dan hidung Anggi sek
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 721

    Aska tersenyum seraya menenangkan, "Permaisuri nggak perlu cemas. Aku tahu akibatnya. Aku juga yakin bisa melindungi mereka dengan baik. Nggak akan mati semudah itu."Anggi mengatupkan bibirnya. Aska justru terlihat jauh lebih tenang.Anggi benar-benar mencemaskan Aska. Setelah mengangguk, Anggi berjalan ke arah Aska. Dia mengulurkan tangan dan meminta toples racun kutukan itu.Aska mengingatkan, "Permaisuri, toples ini sebagian sangat panas dan sebagian sangat dingin. Kulitmu begitu lembut. Takutnya nggak sanggup menahannya."Anggi berhenti sejenak. Dia memperhatikan toples itu cukup lama."Permaisuri penasaran?" tanya Aska. Dia membuka toplesnya dan membiarkan Anggi melihatnya.Anggi mengernyit sambil menegur, "Nyawamu bergantung pada ini. Kenapa kamu bisa sembarangan memperlihatkannya?""Kalau orang lain, mungkin aku nggak berani. Tapi kalau orang itu Permaisuri, aku nggak takut," balas Aska.Anggi hanya akan mengkhawatirkan Aska. Bagaimana mungkin Anggi mencelakai racun kutukan itu

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 720

    Gilang lanjut berkata, "Dukun Miftah bilang, vitalitas racun kutukan ini sangat kuat. Kalau nggak diberi makan selama 10 sampai 15 hari, mereka akan berada dalam keadaan tertidur, nggak lagi memproduksi energi untuk menekan panas dan dingin Tuan Aska."Gilang meneruskan, "Dukun Miftah juga bilang, biarpun berada dalam keadaan tertidur selama 20 tahun, racun kutukan itu juga nggak akan mati, kecuali sengaja dipencet, diinjak, atau dibakar."Gilang berujar, "Kalau Tuan Aska menyesal dan nggak bersedia menjalin ikatan dengan racun kutukan, melepaskan mereka dalam waktu 30 hari nggak akan membahayakan nyawa Tuan Aska.""Ini ...," ucap Anggi menggigit bibirnya. Keuntungan memang selalu beriringan dengan kerugian.Jika ada orang yang mengendalikan racun kutukan, bukankah itu berarti juga bisa mengendalikan nyawa Aska?Semua orang mengerti. Hal ini memang sangat menguntungkan Aska. Namun, hidup saling bergantung dengan racun kutukan juga berisiko.Anggi menatap Aska sembari bertanya, "Tuan As

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 719

    "Soal racun kutukan ... aku pernah dengar harus dimasukkan ke dalam tubuh manusia. Apa itu benar?" tanya Aska.Gilang menjawab, "Nggak perlu begitu. Tapi, ada harga yang harus dibayar."Di perjalanan kembali ke ibu kota, Gilang sudah membahasnya dengan Miftah. Itu sebabnya, dia tahu beberapa hal."Apa itu? Aku akan melakukan apa pun demi menyelamatkan Tuan Aska," tanya Luis lebih dulu.Gilang menimpali, "Dukun Miftah bilang, harus selalu membawa racun kutukan ini, lalu memberinya makan dengan darah sendiri setiap pagi dan malam."Memberi makan dengan darah? Semua orang memandang Aska. Aska tersenyum getir sejenak sebelum bertutur, "Aku bersedia mencobanya."Selama beberapa tahun ini, Aska menjalani hidup di Biro Falak. Sehari rasanya seperti setahun, seolah-olah dibakar di dalam tungku api dan dibekukan di gudang es.Melihat Aska mengangguk, Miftah langsung mengeluarkan sebuah kantong kain dari jubah bulunya. Dia memilih-milih di dalam kantong itu, lalu mengeluarkan toples yang dia tun

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 718

    Aska berjalan ke hadapan Luis dan Anggi, lalu memberi hormat dengan tenang. Katanya, "Salam hormat, Kaisar dan Permaisuri. Semoga Kaisar dan Permaisuri panjang umur."Luis sedikit membungkuk untuk membantu Aska berdiri. Dia berujar, "Kamu nggak perlu terlalu formal. Cepat berdiri."Anggi juga berucap dengan suara tercekat, "Ayo, cepat berdiri.""Terima kasih banyak, Kaisar dan Permaisuri," balas Aska. Ketika berdiri, tangannya secara refleks menekan lutut. Setelah berusaha sekuat tenaga, dia baru bisa berdiri tegak.Kulit Aska yang tadinya pucat, kini tampak sangat merah. Kenapa warnanya bisa jadi seperti ini? Kemudian, Anggi melihat bahan pakaian Aska yang tipis. Jelas sekali, Aska terlihat sangat kepanasan.Meskipun ada jarak dengan Aska, Anggi tetap bisa merasakan hawa panas dari tubuh Aska. Terlihat jelas, betapa berat penderitaan Aska beberapa tahun ini karena serangan balik panas dan dingin yang silih berganti. Seharusnya Anggi yang menanggung panas itu.Mata dan hidung Anggi sek

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 717

    Anggi mengangkat tangan meminta Gilang menerjemahkannya. Gilang mengangguk dan siap menjadi penerjemah.Dukun itu berbicara sambil menggerakkan tangan cukup lama pada Gilang. Gilang mengangguk dan menanggapi, "Oh."Setelah beberapa saat, Gilang menjelaskan, "Dukun bilang, racun kutukan ini memang diciptakan untuk mencelakai, bukan untuk menyelamatkan. Tapi, dia dengar bahwa sifat tubuh Tuan Aska sangat istimewa. Jadi, justru bisa menyeimbangkan. Seharusnya nggak akan ada masalah."Mendengar kalimat terakhir Gilang, Anggi berkeringat dingin. Dia menatap Luis seraya bertanya, "Kaisar, bagaimana menurutmu?"Luis menimpali, "Sepertinya, lebih baik Aska saja yang memutuskan hal ini.""Baik. Kalau begitu, mohon Kaisar memerintahkan orang untuk memanggilnya," sahut Anggi.Luis memanggil Torus dengan lantang sebelum memerintah, "Perintahkan Aska untuk segera datang ke Istana Abadi. Kalau dia nggak mau, katakan bahwa aku nggak keberatan untuk menerobos Biro Falak sekali lagi."Torus seketika te

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 716

    "Aduh, Zahra. Kenapa? Ada apa denganmu?" tanya Anggi.Mendengar tangisan Zahra, hati Anggi terasa hancur. Dia berujar, "Ibunda ada urusan di luar istana. Nanti Ibunda akan sering pulang melihatmu ya?""Nggak mau. Bukan itu," sahut Zahra.Jika bukan itu, lalu apa alasannya? Rasa bersalah Anggi sedikit berkurang. Kemudian, dia menenangkan Zahra sambil bertanya, "Terus, kenapa Zahra menangis?""Ayahanda setiap hari suruh Guru Ilham untuk ajari aku menulis. Aku masih sekecil ini, nggak mau mengenal huruf," jawab Zahra."Tapi kalau nggak mengenal huruf, kamu akan melewatkan banyak cerita dan pengetahuan yang menakjubkan lho," balas Anggi."Biarkan saja. Aku mau cari Kak Ishaq. Aku mau jalan-jalan menikmati pemandangan sama Kak Ishaq," ucap Zahra.Anggi memeluk Zahra. Dia juga ingin pergi mencari Ishaq."Ibunda…," panggil Zahra.Anggi merangkul Zahra sembari berujar, "Kalau begitu, hari ini nggak usah belajar. Besok saja, bagaimana?""Zahra maunya besok, besok, besok …," sahut Zahra. Dia ter

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status