Share

BAB 6 Saling Waspada

Author: Nurmelyaa_
last update Last Updated: 2024-07-25 17:50:48

“Nona, apa aku boleh bertanya sesuatu, maaf jika ini menyangkut pribadi anda.” Daniel memecahkan keheningan. Sejak mereka bertemu dengan Zaheen, keduanya menjadi canggung dan terasa aneh.

Nora yang awalnya menatap luar jendela kini berbalik melihat Daniel. Ia menghela napas karena ia tahu apa yang akan ditanyakan oleh sopirnya tersebut. “Jangan pernah beritahu ayah soal kedekatanku dengan pria itu,” ujarnya.

“Tapi bukankah dia berbahaya, jika saya tadi terlambat beberapa menit, mungkin nona ...” Daniel tidak bisa melanjutkan ucapannya.

Nora mengingat kejadian tadi saat ia dicekik, ia pun masih bertanya-tanya mengapa terkadang ia melihat mata itu penuh dengan kebencian.

“Jangan salah paham nona, tapi dia tak setara dengan anda. Pasti tuan akan sangat marah jika tahu nona menyukai pria itu.”

“Daniel, cukup!”

Daniel tersentak, hanya sebentar ia melirik nonanya lalu kembali fokus mengemudi malam itu. “Aku tahu resiko yang kuambil, aku akan berhati-hati dan semua akan baik-baik saja,” jelas Nora meski dirinya juga sebenarnya tak yakin dengan ucapannya.

“Kalau itu pilihan nona, aku akan ikut saja,” ujar Daniel pasrah.

Nora menyandarkan punggungnya di kursi mobil, ia menghela napas untuk kedua kalinya karena lelah melawan argumen sopirnya sendiri. Nora begitu penasaran dengan Zaheen, aura Zaheen yang gelap seakan terus memanggil nama Nora. Ia ingin mencoba masuk ke dalam hidup Zaheen.

****

Zaheen membereskan barangnya begitu berantakan, sepertinya orang-orang berseragam hitam tersebut menggeledah rumah mereka. Meski tak ada yang rusak, tapi itu cukup menguras energinya dan juga Kian.

“Dari mana mereka bisa tahu kalau kita tinggal di sini?” gumam Kian masih mencoba berpikir keras.

“Mungkin mereka cuma mengira, lagian mereka tak menemukan apapun di sini, jadi kita aman,” ujar Zaheen.

“Ya, tapi belum pasti. Semoga saja mereka tak kemari lagi,” balas Kian sembari berbaring mereggangkan badannya, ia begitu lelah sehabis ke club langsung pulang membersihkan barang, sepertinya sebentar lagi dia akan tertidur pulas.

“Tapi, Zaheen. Bagaimana caramu tak ketahuan dari mereka?” tanya Kian lagi seraya menutup matanya karena sorot lampu yang seperti menusuk matanya.

Zaheen menghentikan aktifitasnya, ia terdiam sebentar. “Aku ...” Pria tersebut berpikir keras, apakah ia harus memberitahu Kian soal dirinya yang bertemu dengan Nora hari ini atau tidak. “Aku?” Kian malah mengikuti nada bicaranya, itu mengartikan bahwa sahabatnya tersebut menunggu jawaban darinya.

“Aku bertemu Eleonora dan terpaksa memanfaatkannya,” jawab Zaheen cepat.

Mata Kian langsung terbuka setelah mendengar nama wanita itu kembali. “Apa!” Pria berkaos hitam itu bangkit dari tidurnya dan melihat Zaheen yang masih mengatur pakaiannya di lemari.

“Bagaimana caranya kau memanfaatkannya, kau menyuruhnya mengusir mereka atau apa?” tanya Kian lagi, ia masih kaget.

Zaheen terduduk di kasur dan ia berbalik melihat Kian. “Kian, aku punya rencana yang entahlah, apakah ini masuk dalam pikiranmu atau tidak.” Kian mengerutkan alisnya, ia tidak bisa mengerti maksud Zaheen sebenarnya.

“Kau tahu Eleonora itu tertarik padaku, aku ingin masuk ke dalam hidupnya sebagai seorang kekasih. Menggali informasi pada manusia yang sedang jatuh cinta itu begitu gampang, bukan?”

Kian menggaruk kepalanya yang tak gatal. “Itu benar, tapi apa kau bisa melakukannya?” Kian menatap Zaheen lalu ia kembali berucap. “Aku tidak meragukanmu, cuma saja pasti akan ada masalah lain seperti kau juga akan jatuh cinta padanya. Kalau sampai itu terjadi, rencana kita akan gagal.”

Zaheen menatap Kian sembari memegang bahu Kian dengan yakin. “Kian, aku tidak akan pernah jatuh cinta pada gadis itu. Meski itu akan terjadi, aku tetap akan melanjutkan rencana kita, tak peduli padanya.

“Kau yakin. Zaheen, kau harus paham bagaimana seorang pria jatuh cinta. Mereka tidak akan terbesit sama sekali untuk melukai wanitanya, jika mereka melihat satu tetes saja air mata yang keluar dari wanitanya, mereka akan menyalahkan diri sendiri. Begitu pun denganmu, jika kau ternyata jatuh cinta padanya,” jelas Kian.

Zaheen menunduk, memang selama hidupnya belum pernah berhubungan dengan wanita, ia tahu jika resiko itu akan ada. Zaheen untuk pertama kalinya harus berhadapan dengan seorang perempuan yang tak lain adalah anak dari musuhnya. Apakah ia dapat melakukannya?

Tapi nasi sudah menjadi bubur. Ia sudah terlanjur menyetujui permintaan Nora untuk menjadi milik seutuhnya wanita tersebut. Ia tahu, jika wanita tersebut akan lebih berani untuk mendekatinya atau melakukan apapun yang ia mau padanya, yang terpenting bahwa wanita itu belum tahu siapa sebenarnya dirinya.

“Kian, aku sudah berjanji padanya untuk menjadi kekasihnya, sepertinya ayahnya tak tahu hubungan anaknya denganku, jadi kita lanjutkan saja dulu,” ujar Zaheen.

Kian mengangguk paham. “Sudah ada perjanjian seperti itu, ya? Baiklah, karena kau yang menjalaninya maka lakukan sesukamu. Tapi ...” Kian memukul dada Zaheen pelan. “Jaga hatimu, kalau sampai kau jatuh cinta, kau yang akan terpengaruh olehnya, ingat itu.”

****

Di sudut studio balet yang remang-remang, Nora tengah mengalirkan gerakan indahnya. Cahaya temaram dari jendela tinggi menyapu ruangan, menciptakan siluet anggun yang terpancar dari gerakannya yang halus dan harmonis.

Dengan rambut cokelatnya yang terikat erat dalam kuncir kuda, ia menari dengan penuh dedikasi dan ekspresi yang dalam. Setiap langkahnya menampilkan keanggunan dan kekuatan dalam setiap gerakan, memancarkan ketenangan meskipun lingkungan sekitarnya gelap.

Pakaian baletnya yang lembut bergerak melengkung dengan setiap gerakan tubuhnya yang lentur, menciptakan serangkaian bentuk-bentuk yang menakjubkan di udara. Di ruangan yang hening, suara langkah kaki ringannya melengking, menciptakan irama yang mengisi keheningan malam.

Wajahnya yang penuh fokus memancarkan semangat dan ketekunan, menunjukkan komitmennya pada seni tari ini. Dalam keheningan studio, gerakannya menjadi bahasa yang mengungkapkan emosi yang dalam dan cerita yang tak terucapkan kepada siapa pun yang menyaksikannya.

Di tengah gelapnya studio balet, wanita ini tidak hanya menari untuk dirinya sendiri, tetapi untuk menghidupkan dan menggambarkan keindahan serta kekuatan dalam setiap gerakan tariannya.

Nora memang sekilas terlihat begitu profesional, namun ketika ia mulai berputar, kakinya tak sanggup untuk berputar terlalu lama. Ia pun terjatuh hingga betisnya mengenai lantai licin tersebut menimbulkan bunyi kecil di sana.

“Auh... “

Wanita itu begitu kesal dengan dirinya sendiri, mengapa tariannya tidak pernah sempurna seperti kebayangkan wanita yang selalu berlatih di studio yang sama dengannya. Ia mengelap keringatnya dengan kasar.

“Eleonora, kau tak apa-apa?”

Suara itu menyadarkan Nora, sejak kapan pria tersebut ada di sana bersamanya. Sentuhan tangan Zaheen langsung terasa di pundaknya dengan lembut. “Ada apa denganmu?” tanya pria itu lagi.

Nora segera berbalik dan menatap Zaheen dengan mata yang berkaca-kaca. “Boleh bawa aku ke tepian sana?” tunjuk Nora pada kursi kecil. Zaheen tanpa berpikir panjang langsung mengangkat tubuh Nora.

Wanita itu membulatkan matanya dengan aksi Zaheen, rasa sakit di kakinya segera menghilang karena ulah pria tersebut. Dia sungguh pria yang pemberani, benar-benar tipe ideal Nora yang dari dulu ia impikan. “Ternyata memang benar, ada orang sepertimu di dunia ini.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pembalasan Dendam Sang Pewaris    BAB 34 Menyampaikan Sesuatu

    Akhirnya, proyek hotel yang telah menjadi pusat perhatian Nora selama hampir setahun terakhir kini berdiri megah di depan matanya. Selesai dibangun dengan segala kerumitan dan dedikasi, hotel ini tampak seperti sebuah mahakarya yang memadukan kemewahan dan kenyamanan. Dengan langkah yang perlahan tapi pasti, Nora berjalan menyusuri koridor, menikmati setiap detail dari interior yang telah dirancang dengan penuh cinta dan ketelitian.Ketika memasuki lobi utama, Nora terpesona oleh luasnya ruangan yang dipenuhi dengan cahaya alami. Langit-langit tinggi dihiasi dengan lampu gantung kristal besar yang berkilau, memancarkan cahaya lembut ke seluruh penjuru ruangan. Lantai marmer yang berwarna krem bersih berkilauan di bawah kaki Nora, menciptakan kesan elegan dan megah. Di tengah lobi, sebuah meja resepsionis yang terbuat dari kayu mahoni mengkilap berdiri kokoh, dengan ukiran-ukiran halus yang menunjukkan sentuhan seni tradisional.Di sepanjang dinding, karya seni kontemporer tergantung d

  • Pembalasan Dendam Sang Pewaris    BAB 33 Siapa Dia

    Bus itu berhenti dengan suara rem yang berdecit, membangunkan Zaheen dari lamunannya sejenak. Dengan langkah pelan, ia naik ke dalam bus, memilih kursi paling pinggir di dekat jendela. Zaheen duduk, menempelkan kepala pada kaca yang dingin, dan memandangi kota malam yang berselimut kabut tipis. Lampu-lampu jalan bersinar redup, menciptakan bayangan panjang di trotoar basah.Di luar sana, kehidupan terus berjalan, kendaraan berlalu-lalang, dan orang-orang yang terburu-buru pulang. Namun, di dalam bus yang hampir kosong ini, waktu seolah melambat. Zaheen terdiam, pikirannya melayang-layang antara kenyataan dan ingatan yang menyakitkan. Masa depan tampak begitu jauh, seperti bayangan samar di ujung jalan yang gelap.Ia memikirkan mimpi-mimpinya, harapannya, dan semua ketakutan yang mengiringi setiap langkah. Ada trauma yang masih melekat di dalam hatinya, seperti bekas luka yang belum sepenuhnya sembuh. Kenangan-kenangan lama itu muncul tanpa diundang, menyesakkan dadanya. Zaheen menarik

  • Pembalasan Dendam Sang Pewaris    BAB 32 Makam Keluarga Dan Pertemuan

    Zaheen berdiri di depan gerbang pemakaman dengan hati yang berdebar-debar. Selama bertahun-tahun, ia menghindari tempat ini, tempat yang penuh dengan kenangan pahit dan rasa sakit yang tak terucapkan. Angin sore menghembus lembut, membawa aroma bunga kamboja yang gugur dari pepohonan tua di sekitar makam.Langkahnya terasa berat saat ia mulai berjalan menyusuri jalan setapak berbatu menuju area pemakaman keluarga. Hatinya berkecamuk dengan berbagai perasaan; rasa bersalah, kehilangan, dan kerinduan yang mendalam. Sejak kecelakaan tragis itu terjadi, Zaheen selalu merasa terjebak dalam lingkaran penyesalan, bertanya-tanya apakah ia bisa melakukan sesuatu untuk mengubah nasib keluarganya.Zaheen berhenti di depan dua nisan yang berdiri berdampingan dan satu batu nisan kecil yang menandakan batu nisan adik perempuan tersayangnya, tertutup rumput liar yang sudah mulai tumbuh lebat. Ia berlutut, tangannya gemetar saat meraih rumput-rumput itu dan mencabutnya perlahan. Di hadapannya, terpah

  • Pembalasan Dendam Sang Pewaris    BAB 31 Pernyataan Cinta

    “Jadi kau tahu, aku telah mengundurkan diri?”Nora menunduk lalu bertanya. “Apa yang mengganggumu?”Zaheen terdiam dengan pertanyaan itu. “Tak ada Nora, hanya… aku tak ingin di ketahui oleh orang-orang jika aku kekasihmu. Aku juga takut, ayahmu tahu tentang kita.”Deg.“Belum lagi, reputasimu sebagai anak dari seorang CEO terkenal, penari balet dan pewaris akan hancur berantakan hanya karena mencintai seorang pekerja proyek. Aku tentunya memikirkan itu semua, Nora.”Gadis itu mendongakkan kepalanya, ia menatap Zaheen dengan mata yang berkaca-kaca.“Maafkan aku karena tak memberitahumu terlebih dahulu.” Tangan Zaheen perlahan menyentuh tangan Nora, ia menyentuhnya dengan lembut seakan mencoba meminta maaf dan semoga Nora bisa mengerti dengan alasannya, semua itu demi kebaikan bersama. Tak perlu ada yang mengetahui mereka punya hubungan karena semua akan rusak.Ya. Hubungan itu tidak akan bertahan selamanya, seiring berjalannya waktu mereka tetap akan berpisah karena memang suatu saat b

  • Pembalasan Dendam Sang Pewaris    BAB 30 Wanita Ular

    “Jadi kau tak bisa mengelak lagi padaku, kau adalah Zaheen Magani. Ya, kan. Zaheen?”Emilia berjalan selangkah mendekat, ia berdiri tepat di depan tubuh Zaheen lalu mendekatkan wajahnya perlahan namun pasti, ia menatap dalam pria itu seolah tipu dayanya dan godaannya pada lelaki itu akan berhasil.“Iya, aku memang Zaheen.” Suara itu terdengar jelas di telinganya membuat Emilia makin mendekatkan wajahnya seolah akan mencium pria itu namun Zaheen berdiri dan malah melangkah mendekati jendela guna menghirup udara segar pagi ini. Bersama Emilia begitu panas dan sesak menurutnya.Gadis itu berkacak pinggang, ia mencoba memendam rasa kesalnya karena sudah berkali-kali di tolak. “Jadi Nora termasuk dalam rencanamu menghancurkan paman Isaac, itu artinya kau tak sungguh-sungguh menyukainya, bukan?”Zaheen terdiam mendengar pertanyaan Emilia yang terus-terus saja berulang, seperti sulit sekali menjawab kebohongan yang Zaheen ciptakan sendiri, bahkan dirinya sendiri pun tidak tahu akan jawaban s

  • Pembalasan Dendam Sang Pewaris    BAB 29 Ahli Waris Sebenarnya

    “Aku Aiden, pria yang kau lihat bersama Eleonora. Aku sudah lama menguntitmu, ternyata kau ini kekasihnya.”“Aiden? Pria yang mengemis cinta pada kekasihku beberapa bulan lalu yaa?”Zaheen dan Aiden saling bertatapan dengan tajam. Mata mereka beradu, seolah ada ketegangan yang menggantung di antara mereka. Orang-orang di sekitar mereka berlalu lalang, tak menyadari pertemuan yang penuh emosi ini. Hiruk pikuk ramainya kota pun tak mampu meredakan emosi kedua pria itu.“Sebenarnya apa sih maumu?” tanya Zaheen menyelidik. “Pasti, kau tidak serius dengannya kan? Apa yang sedang kau rencanakan?” lanjutnya.“Siapa yang tidak mau dengan gadis seperti dia. Eleonora begitu cantik, anggun, cerdas dan yang paling penting pewaris Magani Company,”jelas Aiden dengan percaya diri.Zaheen mengerutkan alisnya lalu ia tersenyum miring. “Cih... kau sungguh tak tahu apapun ya,” gumamnya.“Kau yang tak tahu apapun, brengsek. Pria miskin sepertimu yang tak punya pendidikan memangnya tahu apa, hah!” suara A

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status