Share

Bab 12.

     Joey mengerut dahinya, "Kemana?"

     "Pokoknya, kamu ikut aku. Atau kubunuh sekarang juga !!" ancamnya.

     Joey memasang wajah takutnya. Ia pun menuruti perkataan orang itu. Mereka berjalan berdampingan, Joey dirangkul orang itu. Orang itu membawa Joey ke tempat sepi yang letaknya di belakang gedung perhotelan.

     Tempatnya sepi, cukup ada 10 pohon di tempat itu. Mungkin bisa dikatakan tempat itu adalah kebun milik orang yang tak terawat, buktinya banyak sekali semak-semak yang tumbuh. Setelah membawa Joey ke tempat itu. Orang itu mendorong tubuh Joey hingga jatuh ke tanah.

     "Berdiri kamu!"

     Joey berdiri, ia menundukan kepalanya tanpa memandang orang itu. Orang itu melangkah mendekati Joey, kini mereka berdua saling berhadapan.

     "Jangan memandangku dengan tatapan culunmu, apa kamu lupa posisimu? Sekarang serahkan semua uangmu atau kubunuh." kata orang itu sambil menodongkan pisaunya.

     Joey menurutinya membuka tasnya. Saat sedang sibuk mencari-cari isi tasnya, Joey tersenyum simpul. Orang itu tetap terus fokus melihat Joey sambil menodongkan dengan pisaunya.Namun orang itu memandang aneh saat melihat Joey memakai sarung tangan.

     "BUGH!"

     "Arrghh!"

     Terlalu fokus melihat korbannya membuka dan mencari-cari di dalam tasnya. Orang itu malah terkena ulah dari korbannya sendiri. Joey menghantam keras otong milik orang itu dengan lututnya. Jelas sekali sakitnya minta ampun.

     Pisau yang ia pegang orang itu terjatuh, karena kedua tangannya memegang otongnya yang sakit, dan ia jatuh berlutut di tanah. Joey mengambil pisaunya. Tanpa permisi, ia langsung melakukan aksinya. Tangan kirinya menjambak rambut orang itu.

     "JLEB! JLEB! JLEB!" Joey menusuk wajah orang itu berkali-kali, hingga wajah hancur tak terbentuk.

     Selesai sudah dengan aksinya, Joey membuang pisaunya, dan pergi begitu saja. Namun tak lupa ia mengambil semua isi dompet milik orang yang sudah ia bunuh. Joey menjilat bercak darah orang itu yang menempel di bibirnya.

     Namun ia melepehnya, "Cuih! Asam banget darahnya. Gak pernah mandi apa itu orang."

     —

     Keesokan Harinya, pagi-pagi telah tersebar berita yang mengejutkan lagi. Yang dimana di belakang gedung hotel terjadi pembunuhan. Wajah korban sudah hancur karena wajahnya penuh dengan luka tusukan pisau.

     Korban diketahui adalah preman yang biasanya merampas barang orang pendatang. Semua orang yang tinggal di daerah itu bertanya-tanya, siapa yang membunuhnya. Tapi sebagian banyak orang sekitar senang, karena orang yang berlagak sok jagoan dan preman itu, sudah mati.

     Lagi dan lagi, polisi tidak bisa menemukan bukti apapun saat menangani kasusnya. Semua bersih, sidik jari dari pisau yang dilumuri darah tak membuat mereka menemukan pelaku. Sidik jari yang mereka temukan adalah sidik jari dari sang korban saja. Kasus dinyatakan korban bunuh diri.

     Sangat aneh jika korban bunuh diri dengan cara menusukkan pisaunya di wajahnya sendiri. Satu tusukan saja di perut, sudah sangat sakit. Mustahil jika korban menusuk wajahnya sendiri hingga hancur.

     Kasus seperti ini, mengingatkan para polisi senior kejadian puluhan-puluhan tahun yang lalu. Banyak korban pembunuhan, dan tak ada tanda-tanda jejak sang pelaku. Dinyatakan bersih.

     —

     Dua Hari Kemudian.

     Hari ini Joey akan masuk kelas siang. Terlihat Joey telah turun dari angkutan umum. Ia masuk ke ke kampusnya, di parkiran terlihat Rifky dan gengnya tengah memperhatikan Joey. Sudah dua minggu lebih mereka berlima memperhatikan Joey. Terutama Rifky, Sandi, dan Richard.

     Mereka bertiga tak mencium keanehan dari Joey sesuai dengan cerita Rangga dan Hendrik.

     "Aku tak merasakan hal yang aneh dengan laki-laki culun itu." ucap Richard.

     "Ini sudah 2 minggu, aku lihat tak ada hal yang aneh dari anak culun itu." ucap Sandi.

     "Apa kalian terobsesi untuk menyiksa dia, sehingga kalian mengarang cerita ?" kata Rifky kepada Rangga dan Hendrik.

     "Sungguh, aku dan Hendrik tidak mengarang cerita kepada kalian." jawab Rangga.

     "Ya sudahlah, ini juga akan jam masuk. Ayo." ajak Richard.

     Rifky dan Sandi mengiyakan perkataan Sandi. Rangga dan Hendrik hanya bisa menghela nafasnya, lalu mengikuti langkah Rifky dan yang lainnya.

     —

     Waktunya jam istirahat.

     Semua mahasiswa dan mahasiswi keluar dari kelas. Joey memilih pergi ke kantin. Ia duduk di kursi kosong, ia memilih tempat duduk paling ujung. Ia memesan satu mangkok mie ayam dan minumannya. Beberapa saat pesanannya datang, Joey pun memakannya.

     Tanpa disadarinya ada sepasang mata memperhatikannya dari ujung lain. Angelica memperhatikan Joey. Semenjak kejadian waktu itu, ia tak berhenti memikirkan Joey. Ia teringat terus bertapa beraninya Joey menyelamatkannya.

     Tapi disisi lain, ia takut, karena mengenai 2 preman yang diberitakan telah terbunuh dengan kejam. Apakah Joey yang membunuhnya?

     Pasalnya dengan kedua matanya sendiri ia melihat Joey menusuk pulpennya ke arah bola mata salah satu preman waktu itu.

     "Hey, kenapa kamu liatin anak culun itu?" tanya Nita.

     Angelica pun tersadar. "Tidak, aku hanya..."

     "Hanya apa ?" tanya Sarah.

     "Kejadian 2 minggu yang lalu." jawab Angelica dengan pelan.

     "Apa maksudmu, apa anak culun itu macam-macam sama kamu?" tanya Nita geram.

     "Tenang dulu." kata Angelica sambil menenangkan Nita.

     "Lalu apa?" sahut Nita.

     Angelica pun menceritakan semuanya kejadian 2 minggu yang lalu. Dari mengantar Nita pulang, hingga ia ditolong Joey, dan berlari ketakutan. Sarah dan Nita terkejut awalnya saat mengetahui Angelica akan terkena kejahatan.

     Tapi yang membuat mereka berdua terkejut tak main adalah penyelamatan Angelica yang dilakukan oleh Joey.

     "Yang benar saja." ucap Nita dengan nada sedikit tinggi.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status