Share

Bab 11.

     Angelica pergi berlari dalam keadaan shock setelah melihat Joey menusuk bola mata salah satu preman dengan pulpen. Hingga saat ini pikiran Angelica masih terbayang-bayang aksi penyelamatannya oleh Joey yang tak biasa.

     Angelica pun menepis pikirannya, ia lebih baik fokus dengan pelajarannya.

     —

     Berita pembunuhan misterius mulai menyebar. Dari berbagai media membahas dua laki-laki yang disangka preman telah mati di jalan gang kecil dekat mini market.

     Kematian dua laki-laki itu sangat mengenaskan. Dalam berita di TV, segala media sosial membahas pembunuhan itu. Kasus dalam selidikan, tak ada sisa-sisa jejak sang pelaku pembunuhan itu.

     Angelica yang mendengarnya pun terkejut tak main, di dalam jalan gang kecil dekat minimarket. Bukankah tadi malam ia ada disana. Dan itu tentu saja membuat pikiran Angelica tertuju kepada Joey. Sedangkan Joey sendiri, ia terlihat santai saja tanpa merasa bersalah sama sekali.

     Hari demi hari. Semua orang melakukan aktivitas mereka seperti pada umumnya. Terlihat Joey yang baru pulang kuliahnya dan kini sedang menaiki angkutan umum.

     Joey menaiki angkutan umum, karena motor bebek yang ia dapat hasil rampasannya dulu, telah dijual secara apa adanya.

     Yang penting cair, sekarang adalah waktunya seperti biasa. Joey setelah pulang kuliahnya, ia akan berangkat ke tempat caffe untuk bekerja, sudah 2 minggu ia bekerja. Setelah sampai di lokasi, ia pun masuk ke dalam. Banyak karyawan caffe lainnya menyapa, Joey hanya tersenyum.

     Setelah di ruang ganti, ia mengganti pakaiannya dengan seragam pelayan. Mulai lah iaa bekerja sebagai pelayan. Joey melayani semua pelanggan dengan senyuman ramah miliknya. Lalu ia menerima pesanan dari salah satu meja.

     Joey dipanggil oleh salah satu teman caffe yang perempuan yang merupakan seorang koki. "Jo... bersiaplah, antarkan pesanan ini."

     "Baik." sahut Joey, sambil melepas kacamata, dan membersihkannya.

     Jujur ia, akui dengan tubuhnya yang sekarang ia. Ia tak suka kedua matanya yang rabun jauh. Meski ukuran minus kecil tapi tetap saja, pada dasarnya dari dulu ia tak suka memakai kacamata.

     Tapi mau tak mau, ia harus memakai kacamatanya untuk membantunya memperjelas penglihatannya. Dan sekaligus menjaga image-nya agar tak mudah dicurangi oleh siapapun. Saat sedang mengelap kacamatanya, tanap disadari Joey, para karyawan memperhatikannya.

     Tatapan mereka bukan tatapan risih, melainkan tak percaya melihat ketampanan milik Joey dibalik kacamatanya. Joey kembali memakai kacamatanya, makanan telah siap di nampannya ia antar. Ia mengambilnya dan mengantarnya ke arah meja seusai pesanannya.

     —

     Hari telah malam, jam juga telah menunjukan jam 9 malam, dan waktunya caffe tutup. Semua karyawan membersihkan caffenya sebelum pulang. Semua sudah selesai. Joey dan karyawan lainya saling berpamitan untuk pulang.

     Ia memakai jaket, dan tak lupa memakai sarung tangannya. Kadang teman karyawan lainnya heran kenapa Joey selalu memakai sarung tangan, padahal tidak punya kendaraan.

     Joey hanya menjawab, alergi udara dingin, karena ia bisa bersin-bersin jika terkena udara dingin, apalagi kalau hujan malam hari. Dan semua teman karyawannya percaya begitu saja. Joey berjalan kaki menuju halte.

     Setelah sampai, ia duduk di kursi, dan menunggu angkutan umum datang.

     Joey berbicara dalam hatinya, "Inilah kehidupan yang selama ini aku impikan, hidup dengan normal dan damai."

     Joey kembali mengingat kehidupannya kehidupan sebelumnya. Sebagai Jason yang kehidupannya penuh dengan misi dan segala pembunuhan. Di kehidupan sebelumnya, ia selalu bekerja kerasnya saat menjalankan misinya sebagai anggota mafia.

     Misi yang Jason kerjakan, selalu berhasil. Berkat itu, ia menjadi salah satu anggota yang termuda yang hebat. Dan Jason diakui oleh ketua mafianya yang pertama. Bahkan dianggap sebagai anggota emas. Sebenarnya Jason tidak berniat mencari perhatian kepada ketuanya.

     Karena ia hanya menjalankan kewajibannya sebagai anggota dalam menjalani tugasnya. Tapi, semenjak ketua kelompok mafianya digantikan oleh anaknya yang bernama Bram. Kelompoknya menjadi tak terkendali. Dikelompok mafianya memang menjual obat-obatan terlarang.

     Namun ia tak pernah mengkonsumsinya. Tapi semenjak Bram yang memimpin kelompok mafianya. Jason menjadi menjadi mengkonsumsinya.

     Bram ternyata melakukan itu kepada Bram karena iri kepada Jason yang selalu dijadikan anak emas oleh ayahnya. Bram tak terima, itu sama saja menganggap ia sebagai ketua baru yang tak dianggap.

     Segala cara paksa Bram memerintah Jason untuk meminum segala macam obat-obatan terlarang Hingga pada akhirnya. Itu membuat jiwa Jason menjadi tak normal, yang awalnya ingin menghancurkan hidup Jason dengan segala macam obat-obatan terlarang.

     Tapi yang ada itu bukan membuat Jason menjadi hancur, melainkan menjadi manusia yang penuh nafsu membunuh. Melihat itu Bram memanfaatkan keadaan Jason seperti dan membuatnya menjadi senjatanya.

     Jason yang terus kecanduan segala macam obat-obatan, dan pada akhirnya ia menjadi Psychopath. Jason yang sudah benar-benar Psychopath membawa nama kelompok mafia menjadi ditakuti.

     Sampai-sampai polisi yang ingin menangkapnya harus membuat rencana berkali-kali. Bukannya bangga, tapi Bram tak terima, ayahnya malah membanggakan Jason meski sudah dikenal sebagai Psychopath.

     Bram mulai merasa posisinya sebagai ketua, akan di geserkan. Hingga akhirnya, setelah kematian ayahnya, Bram memulai rencana untuk menjatuhkan Jason masuk ke jebakannya. Bram sengaja membuat misi menjadi gagal. Dan itu membuat Jason jadi disalahkan oleh anggota lainnya.

     Pada akhirnya Jason pun mati dibakar hidup-hidup.

     Joey menghela nafasnya setelah mengingat-ngingat masa lalunya di kehidupan sebelumnya. Meski sudah hidup lagi di dalam tubuh sosok laki-laki yang culun. Tapi tetap saja, sisa-sisa jiwa Psychopathnya masih terbawa.

     Setidaknya tak ada keinginan untuk mengkonsumsi obat-obatan terlarang. Tak ada misi, hidup normal dengan damai adalah impiannya.

     Saat di tengah-tengah duduk di kursi halte, dan melamun, tiba-tiba ada seorang yang berdiri di hadapannya sambil menodongkan pisau. Joey mendongak wajahnya dan melihat siapa yang sudah berani mengganggu ketenangannya.

     Ternyata hanya seorang laki-laki memakai pakaian biasa saja dan di wajahnya ditutup oleh kain hitam.

     "Ikutlah denganku." ajaknya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status