Share

Bab 13.

     "Sstttt, jangan keras-keras." kata Angelica.

     Sarah memutar bola mata karena sifat Nita yang memang seperti itu. Sarah sendiri terkejut mendengar cerita Angelica, tapi ia masih bisa menjaga sikap sesuai keadaan sekitar.

     "Angelica, yang benar kamu, Joey berani menusuk mata preman itu ?" tanya Sarah berbisik.

     Angelica mengangguk-angguk cepat kepalanya. "Beneran, aku gak bohong."

     "Jadi berita pembunuhan 2 minggu lalu di gang dekat minimarket, apa Joey yang membunuhnya?" tebak Nita.

     Angelica menggeleng-gelengkan kepalanya. "Aku gak tau pasti, soalnya waktu itu aku lari ketakutan melihat apa yang dilakukan Joey.

     "Yang jelas, yang kutahu, Joey hanya menusuk bola mata preman itu dengan pulpennya."

     Nita memegang dagunya. "Kayaknya mustahil kalo Joey bisa membunuh. Secara dia kan culun dan penakut."

     Sarah mengangguk-angguk kepalanya, ia setuju dengan perkataan Nita. Sedangkan Angelica, ia masih bingung, ingin menepis pikirannya. Tapi mana sanggup, karena rasa penasarannya sangat tinggi.

     Tiba-tiba terdengar suara riuh. Semua menoleh ke arah sumber suara itu. Ternyata Rifky dan gengnya sedang mengganggu Joey. Yang awalnya Joey sedang enak-enak menikmati makanannya.

     Tiba-tiba dari atas kepala, ada air yang mengalir membasahi kepalanya. Sandi yang melakukan itu, Rifky dan Richard lainnya hanya tertawa didekatnya. Rangga dan Hendrik hanya diam, mereka memastikan apakah ada reaksi tak terduga oleh Joey.

     Namun apa reaksinya? Joey hanya diam, ia menundukan kepalanya. Tak berani bergera seperti biasanya saat dibully oleh Rifky dan gengnya.

     "Wah lihat, anak culun ini, sepertinya hidupnya terlalu tenang selama ini tanpa ada gangguan dari kita." ucap Sandi.

     "Ya, seperti kita lihat tadi, ia memakan makanan dengan muka damainya. Aku yang melihatnya saja muak." ucap Richard.

     Tak ada reaksi apapun dari Joey. Semua orang yang di kantin hanya bisa diam. Tak ada yang berani maju untuk menolong Joey.

     "Ahh gak asik, ayo gaes, kita cabut." ajak Rifky, dan yang lainnya mengiyakan.

     Setelah kepergian Rifky dan gengnya, semua orang yang di kantin kembali ke aktifitas mereka, dan mengabaikan Joey. Angelica, Nita, dan Sarah yang melihat tadi pun hanya bisa diam. Angelica tak percaya kalau Joey memilih diam tak menunjukan dirinya untuk melawan.

     Ia memasang wajah sedihnya, "Kamu lihat, Joey diam saja." ucap Nita.

     Sarah mengangguk kepalanya, "Sepertinya ceritamu hanyalah karangan saja ya, Angelica?"

     Sarah sendiri tertawa kecil. Angelica menghela nafasnya, "Kalau kalian tidak percaya, tidak masalah." sambil cemberut.

     Nita dan Sarah terkekeh melihat tingkah. Lalu Sarah bersuara. "Aku ke toilet dulu ya."

     "Aku ikut, aku mau benerin make up ku." ucap Nita.

     Mereka berdua berpamitan ke Angelica untuk pergi ke toilet. Angelica mengiyakan. Kini ia duduk sendiri sambil menunggu Nita dan Sarah. Angelica kembali memandang ke arah Joey.

     Seketika ia terdiam menegang saat melihat Joey yang sedang tersenyum menyeringai dengan tatapan yang sulit diartikan. Entah kebetulan atau tidak, hanya Angelica sendiri 'lah yang melihat Joey tersenyum.

     Sedangkan yang lainnya, tidak ada yang melihatnya, karena mereka terlalu mengabaikan keberadaan sosok laki-laki culun itu. Joey kembali memasang wajah sedihnya, ia bangkit dari duduknya dan pergi dari kantin setelah membayar makanannya.

     Angelica menatap kepergian Joey, "Apa aku gak salah lihat?"

     —

     Pada malam hari, jam sudah menunjukan jam 10 malam. Di rumah besarnya, Sandi sedang memasak mie di dapur. Ia hanya sendiri, kedua orang tuanya sedang di luar Negeri. Para pelayan sudah tidur, mereka tidur di rumah belakang yang terletak di belakang rumah besar orang tua Sandi.

     Mie goreng buatannya telah selesai, Sandi mengangkat wajannya dan memindahkan mie goreng buatannya ke piring, lalu ia letakan di meja makan. Selesai sudah, ia berjalan mendekati kulkas, ia untuk mengambil minuman dingin. Saat ia kembali ke meja makan, seketika ia terkejut bukan main.

     "Baaa… Hmm… Mie goreng buatanmu enak juga." ucapnya sambil tersenyum disela-sela ia mengunyah makanannya.

     Sosok laki-laki yang sangat dikenal oleh Sandi. Ternyata Joey sudah duduk sambil memakan mie goreng buatannya. Entah ingin terkejut karena melihat Joey yang tiba-tiba ada di rumahnya.

     Sandi marah karena mie goreng spesial buatannya telah dimakan oleh orang lain tanpa izin darinya. Itulah saat ini yang Sandi rasakan, ingin sekali berjalan mendekati Joey. Karena ia terlihat tidak merasakan rasa bersalah sama sekali karena sudah berani masuk ke dalam rumah orang tanpa permisi.

     Tapi, entah kenapa Sandi hanya diam, kakinya tak mau bergerak. Seakan aura yang dikeluarkan oleh Joey sangat berbeda, tidak seperti biasanya yang Sandi rasakan.

     Dengan lahap, Joey memakan mie goreng buatan Sandi. Tidak ada satu menit, Joey menghabiskan mie itu. Selesai sudah menghabiskan makanannya, ia kembali menatap Sandi.

     "Kemarilah, bukankah kau sedang membawa minuman dingin? Berikan padaku!" Ucap Joey.

     Sambil melihat tangan Sandi yang menggenggam gelas kaca yang berisikan air dingin. Sandi yang masih diam berdiri, ia terbelalak. Ia dibuat terkejut lagi karena dengan sikap Joey seperti seakan-akan menjadi tuannya.

     Masih tak ada respon dari Sandi. Joey tahu, kalau laki-laki yang ada di hadapannya tengah merasakan terkejut, marah, ketakutan atas kehadirannya yang tak biasa. Joey melepaskan kacamatanya, dan ia letakan di saku kemejanya. Lalu ia berdiri dari duduknya.

     Ia berjalan mendekati Sandi. Dengan kalem, Joey berkata, "Hey, kenapa kamu diam saja? Aku haus, berikan minumannya."

     Joey langsung merebut gelas kaca yang digenggam oleh Sandi, dan ia langsung meminumnya, "Ahh… segarnya."

     Joey meletakkan gelasnya di meja makan. Lalu ia menatap Sandi dengan tatapan bersahabat yang dibuat-buatnya.

     "Kenapa kamu terlihat terkejut melihatku? Aku bukan hantu, kawan." Joey terkekeh, lalu merangkul tangannya di leher Sandi, tentu saja yang dirangkul terkejut, dan langsung ia tepis.

      Entah apa yang merasuki Sandi yang sudah sadar dan berani.

     Joey terkekeh, "Nah gitu dong, jangan diam saja."

     "Apa maksudmu datang kemari?" tanya Sandi dingin.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status