Berhubung tidak ingin Syakia diganggu oleh orang lain, Adika langsung memberi perintah pada bawahannya untuk mencegat siapa pun yang hendak mencari Syakia. Syakia yang duduk di dalam kereta kuda akan mendengar suara dari luar sesekali.Sepertinya, Abdi sempat datang. Panji yang aneh itu juga. Namun, Syakia tidak tahu bahwa masih ada seseorang yang datang untuk mengantar kepergiannya. Orang itu tidak lain adalah Laras.Melihat kereta kuda dan pasukan yang berjalan makin menjauh, Laras yang membawa dayang pribadinya berdiri di belakang pohon dan menatap kosong ke depan.“Syakia, kamu seharusnya sudah melupakanku, ‘kan? Tapi, mana boleh kamu melupakanku?” Laras menertawakan dirinya sendiri. “Kamu pernah bilang kita akan jadi teman yang paling baik. Sayangnya, dalam hatimu, aku nggak akan bisa dibandingkan dengan Cempaka selamanya,” gumam Laras. Dia bahkan tidak peduli pada jarinya yang sudah berdarah karena tidak berhenti mengorek kulit pohon.Laras hanya memandang ke arah kereta kuda Sy
Syakia mengangguk dengan patuh. Setelah Adika keluar dan berbelok ke sebelah kanan untuk masuk ke kamarnya sendiri, Syakia baru menutup pintu kamarnya dan mulai beres-beres. Tidak lama kemudian, Pangeran Pemangku Kaisar itu pun datang dan mengetuk pintunya.“Sahana, sudah selesai beres-beres?”Sangat jelas bahwa Adika ingin mendesaknya untuk turun dan makan. Syakia yang baru selesai merapikan tempat tidur pun tidak bisa berkata-kata.Baiklah, dibandingkan dengan Pangeran Pemangku Kaisar yang sering bepergian untuk berperang, Syakia mengakui gerakannya memang lebih lambat. Dia pun berpikir untuk lanjut beres-beres nanti.“Tunggu sebentar.” Syakia membuka pintu kamar, lalu berjalan keluar. “Ayo jalan. Aku bisa cium aroma wangi dari lantai bawah. Sepertinya, makanannya sudah dihidangkan.”Kebetulan, Syakia memang juga sudah lapar.Adika pun tertawa. “Aku lupa kasih tahu kamu ada camilan di kotak kayu dalam kereta kuda. Kalau lapar, kamu boleh memakannya.”Syakia yang sudah duduk seharian
“Kenapa kamu nggak makan daging sedikit pun dan cuma makan sayur?”Adika juga makan sangat cepat. Seusai makan, dia pun tidak berhenti menatap Syakia makan. Namun, dia segera menyadari ada yang aneh. Gadis ini hanya mengambil sayur tanpa makan sepotong daging pun.Adika pun bertanya dengan kening berkerut, “Kamu nggak suka masakan daging yang dimasak tempat ini?”Syakia menggeleng, lalu menjawab sambil tersenyum, “Pangeran sudah lupa? Aku ini seorang biksuni. Biksuni nggak boleh makan daging.”Berhubung yang dikenakan Syakia saat ini adalah pakaian orang biasa dan bukan jubah biksuni, Adika benar-benar lupa. Setelah mendengar jawaban Syakia, dia baru tertegun, tetapi kerutan di dahinya malah menjadi makin dalam.Syakia pada dasarnya memang kurus, juga kecil. Jika tidak makan daging, bagaimana tubuhnya bisa bertumbuh dengan baik?“Nggak boleh makan sedikit pun?”Syakia menggeleng. “Nggak boleh.”Adika membujuknya, “Ini kan bukan di Kuil Bulani, curi makan dikit juga boleh.”Syakia tetap
“Baik.”Setelah memberi perintah, Adika pun naik ke lantai atas. Ketika tiba di depan tangga, dia memanggil pelayan pos pemberhentian ini dan berkata, “Bawakan 2 ember air ke kamarku.”“Ba ... baik. Aku akan segera naik! Tunggu sebentar!”Pelayan yang sudah ketakutan dari tadi buru-buru berlari kembali ke dapur.Adika pun naik ke tangga. Dia awalnya berencana untuk terlebih dahulu mandi dan berganti pakaian sebelum mencari Syakia supaya tidak menakuti gadis itu. Tak disangka, baru saja dia tiba di lantai 3, dia sudah melihat Syakia yang duduk menunggu di luar pintu.Adika sontak terkejut. “Kenapa kamu tunggu di luar? Bukannya aku suruh kamu kembali ke kamar dulu?”“Aku tentu saja menunggumu! Kenapa tubuhmu berlumuran darah? Kamu terluka?” tanya Syakia dengan khawatir. Dia buru-buru berdiri dan menghampiri Adika begitu melihat tampangnya.“Aku nggak apa-apa. Ini bukan darahku.” Adika tersenyum tipis. Melihat Syakia yang begitu mengkhawatirkannya, dia pun berkata dengan bangga, “Dengan a
Syakia sudah menyadari dari dulu betapa tampannya Pangeran Pemangku Kaisar ini. Namun, dia tidak menyangka ketampanan Adika juga dipenuhi dengan pesona yang sangat memikat.Syakia merasa hatinya mungkin akan tergerak apabila lanjut menatap Adika. Dia pun buru-buru memalingkan wajah, lalu berkata dengan terbata-bata, “Pa ... Pangeran, rambutmu sepertinya agak berantakan. Kamu mau mengikatnya dulu biar nggak kena ke lukamu nanti?”Adika pada dasarnya memang sengaja berpenampilan begini. Jadi, dia tentu saja tidak melewatkan mata Syakia yang dipenuhi dengan ketakjuban. Dulu, Adika tidak pernah peduli pada penampilannya. Saat ini, dia malah terlihat bagaikan burung merak Jantan yang tidak berhenti menonjolkan diri pada musim kawin.“Hmm? Bisa mengganggu? Aku juga nggak tahu. Gimana kalau kamu bantu aku periksa dulu?” tanya Adika sambil berjalan ke depan Syakia.Kemudian, Adika membelakangi Syakia dan menurunkan pakaiannya untuk menunjukkan lengannya yang berotot dan punggungnya yang kekar
Setelah mengoleskan obat ke luka Adika, Syakia berkata dengan tampang cemberut, “Bukannya bawahanmu begitu banyak? Aku nggak percaya mereka berani menolak untuk bantu kamu oles obat.”Adika merentangkan tangannya dengan tidak berdaya. “Mereka memang nggak berani menolak, tapi aku nggak mau suruh mereka bantu aku.”Mana ada pria yang menyuruh pria lain untuk mengoleskan obat ke lukanya? Menyuruh orang yang disukainya untuk membantunya mengoleskan obat barulah hal yang paling manis.Adika menghibur Syakia. “Lihat, kalau bukan karena perhatianmu tadi, aku mana mungkin teringat diriku sudah terluka? Bawahanku itu lebih nggak peka lagi dariku. Mereka mana mungkin perhatian padaku.”Adika pada dasarnya tidak terluka. Namun, Syakia sudah menunggunya dengan memegang botol obat. Meskipun tidak terluka, dia juga tetap harus terluka.“Nggak usah ngomong soal urusan lain kali dulu. Sekarang, kalau kamu masih berani godain aku, aku nggak akan bantu kamu oles obat lagi untuk beberapa hari selanjutny
Dari kehidupan sebelumnya, Syakia sudah tahu bahwa Ayu tidaklah sendiri. Dia juga mendapat bantuan dari sekelompok orang yang ditinggalkan ibunya. Dari sekelompok orang ini, ada orang yang ahli menggunakan racun, ada juga orang yang merupakan pembunuh.Dulu, Syakia benar-benar dicelakai dengan tragis oleh orang-orang itu. Di kehidupan ini, Ayu malah mengutus mereka untuk bertindak secepat ini. Ayu jelas sudah putus asa. Namun, ini masih belum cukup. Dalam kesempatan kali ini, Syakia ingin memaksa semua orang di belakang Ayu untuk keluar. Hanya saja, dia perlu mengandalkan bantuan Adika untuk menyingkirkan orang-orang tersebut. Jadi, dia perlu memberikan penjelasan kepada Adika.Syakia menoleh ke arah Adika yang berdiri di luar pintu. “Pangeran Adika ....”Setelah tahu orang yang berada di dalam kamar adalah Hala, Adika yang awalnya ingin masuk untuk memeriksa kamar Syakia pun berhenti di depan pintu. Dia bersandar di kusen pintu dengan tampang malas dan memainkan botol obat itu sambil
“Mengenai namanya ....” Syakia menoleh ke arah Ayu yang sedang memelototinya dengan terkejut dan tidak percaya.Kemudian, Syakia melanjutkan dengan pelan, “Seingatku, namanya sepertinya ... Kingston.”Seiring dengan keluarnya nama itu dari mulut Syakia, Ayu langsung berseru marah, “Umph! Umph, umph!”Sayangnya, mulut Ayu sudah disumbat kembali dan dia sama sekali tidak bisa berbicara. Jika tidak, dia pasti akan menginterogasi Syakia.Kenapa Syakia bisa tahu tentang orang itu? Kenapa Syakia mengetahui tampang dan bahkan namanya?Ayu jelas-jelas ingat bahwa Kingston tidak pernah muncul di ibu kota, apalagi bertemu dengan Syakia. Kenapa Syakia bisa mengetahui tentang Kingston? Dinilai dari deskripsi Syakia, dia seperti pernah bertemu Kingston secara langsung. Namun, itu tidak mungkin!Kingston merupakan pembunuh suku asing yang ditinggalkan ibu Ayu untuk Ayu, juga merupakan kartu truf terhebat Ayu. Demi menyembunyikan kartu truf ini, dia tidak pernah menghubungi Kingston sejak pulang ke K
Eira menggeleng. “Bukan, Bupati Nugraha memang sudah mengaturkan segala sesuatu untukku dengan baik, juga memberiku kompensasi. Tapi, mereka selalu melihatku dengan tatapan penuh iba. Bupati Nugraha juga sama.”Eira sudah tahu mengenai kejadian kakaknya. Setelah menerima pukulan yang datang bertubi-tubi, perasaannya sekarang sangat sensitif. Dia dapat merasakan dengan jelas apa yang tersembunyi dalam tatapan orang-orang itu.Ada yang mengasihaninya, ada yang menghinanya, dan ada yang membencinya. Eira mengetahui semuanya. Dia membenci tatapan-tatapan seperti itu. Jadi, dia pun melarikan diri.Hanya saja, Eira tidak memiliki tujuan. Satu-satunya orang yang teringatnya hanyalah Putri Suci yang menyelamatkannya hari itu. Ketika mendengar namanya, tatapan Putri Suci tidak dipenuhi rasa kasihan, hinaan, ataupun kebencian, melainkan empati. Putri Suci berempati padanya.Begitu teringat hal ini, Eira yang tidak memiliki tujuan pun tidak bisa mengendalikan diri dan berusaha menyusul Syakia. Se
Siapa yang datang untuk mencari mati?Setelah menyadari ada orang yang masuk ke kamarnya, Syakia tidak langsung keluar, melainkan terlebih dahulu mendengar pergerakan di luar dari dalam ruang giok. Hala juga berada di luar. Jika orang yang datang berniat jahat, Hala pasti akan langsung menjatuhkannya.Di luar dugaan, Syakia tidak mendengar suara apa-apa lagi setelah beberapa saat. Dia juga tidak mendengar ada orang yang bertarung. Apa orang yang datang adalah orang yang dikenalnya?Syakia pun tertegun sejenak. Setelah memastikan orang itu belum mendekati tempat tidurnya, Syakia diam-diam keluar dari ruang giok dan langsung berbaring kembali ke tempat tidur.Seperti sudah menyadari kemunculannya, pada detik berikutnya, sebuah lilin dalam kamar pun menyala. Dalam sekejap, seluruh ruangan menjadi terang, juga menyinari orang yang masuk ke kamarnya di tengah malam itu.“Eira?” Saat melihat jelas sosok di sudut ruangan itu, Syakia seketika bertanya dengan terkejut, “Kenapa kamu ada di sini?
Kama langsung menghabiskan sup obat yang pahitnya seolah-olah bisa membuat orang berubah bentuk itu.Setelah melihat Kama menghabiskan obat itu, Syakia mulai meracik obat lagi sambil bertanya, “Kamu masih mau kembali?”Kama langsung menggeleng tanpa ragu dan menjawab, “Kakak sudah bilang, di mana kamu berada, di situ pula aku akan berada.”“Nggak usah buat keputusan seburu-buru itu. Kamu seharusnya tahu, kalau kamu masih ingin kembali ke Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan, ini adalah kesempatanmu.”“Selama kamu pura-pura bodoh, lalu bersandiwara seperti racunnya belum ditawarkan dan kamu masih kehilangan semua ingatan seperti sebelumnya, gerbang rumah itu akan selalu terbuka untukmu dan kamu bisa kembali lagi.”“Brak!” Kama tiba-tiba meninju sebuah papan dalam sangkar besi. Dia memandang Syakia sambil menggertakkan gigi. “Aku nggak dapat melakukannya, juga nggak mau kembali ke sana. Aku cuma mau bersamamu.”Syakia tersenyum mengejek. “Apa gunanya kamu ikuti biksuni sepertiku?”“Yang p
Satu jam kemudian, kelompok Syakia baru berangkat untuk meninggalkan Kabupaten Nirila lagi. Kali ini, perjalanan mereka sangat lancar.Dua hari kemudian, rombongan ini tiba di Kalika. Mereka masih tinggal di tempat peristirahatan sebelumnya.Setelah makan malam bersama Adika, Syakia pun kembali ke kamarnya. Baru saja dia berbaring di tempat tidur dan hendak tidur, dia tiba-tiba melompat turun lagi.“Ya Tuhan! Aku sudah melupakannya!”Syakia buru-buru masuk ke ruang giok. Setelah sekian hari, dia akhirnya teringat pada Kama yang sudah diberi obat dan ditinggalkannya di dalam ruang giok.Saat masuk ke menara, Syakia melihat Kama yang sedang dikurung di sangkar besi dan memainkan jarinya saking merasa bosan.Benar, berhubung tidak dapat keluar, juga tidak menemukan orang untuk diajak berbicara, Kama merasa sangat bosan hingga mencapai tahap hanya bisa bermain dengan jarinya. Untungnya, entah apa yang sudah diberikan kepadanya sebelumnya, Kama masih merasa sangat kenyang sampai sekarang.
Begitu mendengar ucapan itu, Syakia pun terdiam. Dia menatap Eira di hadapannya dengan perasaan campur aduk. Tidak ada seorang pun yang menyangka bahwa Eira adalah adiknya Ardi.Namun, ini juga sangat wajar. Dalam insiden Kabupaten Nirila, Eira diculik, orang tuanya dibunuh, sedangkan kakaknya langsung bunuh diri setelah membalaskan dendamnya. Semua orang tanpa sadar mengira bahwa Eira juga telah meninggal. Tak disangka, dia masih hidup, meskipun memang sudah nyaris tewas.“Kamu ... selalu bersembunyi selama beberapa hari terakhir?”Dinilai dari tampang Eira, dia sepertinya masih belum tahu bahwa kakaknya sudah pulang.Sesuai dugaan, Eira mengangguk. “Iya. Tebakan Putri Suci benar lagi.”Saat melihat ekspresi khawatir Syakia, mungkin saja karena Syakia baru saja menolongnya, Eira sama sekali tidak mewaspadai Syakia. Dia pun tidak tahan dan hendak menceritakan semua hal. Setelah tersenyum, wajahnya yang terlihat sangat kurus itu menunjukkan ekspresi menderita.“Sebelumnya, aku diculik o
Pada saat yang sama, di Lukati.Syakia masih tidak mengetahui intrik yang terjadi di Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan. Setelah menyelesaikan upacara doa terakhir, Syakia dan Adika tidak langsung meninggalkan Lukati seperti rencana awal, melainkan menetap beberapa saat untuk membantu Nugraha dalam menangani urusan di Kabupaten Nirila.Sampai semua penduduk Kabupaten Nirila terlepas dari bahaya dan wabah di seluruh Lukati sudah terkendali, mereka baru akhirnya menempuh perjalanan pulang ke ibu kota.“Putri Suci, jangan lupa sama 2 pesanan obat herbalku!”Kali ini, ketika Syakia dan Adika hendak pulang, Nugraha yang masih menetap di Kabupaten Nirila akhirnya memiliki waktu untuk mengantar kepergian mereka.“Bupati tenang saja, aku nggak akan melupakannya.”Kereta kuda perlahan-lahan melaju meninggalkan Kabupaten Nirila.Syakia yang sudah sibuk selama beberapa hari mengalihkan pandangannya dan berencana untuk menutup tirai, lalu beristirahat dengan baik di kereta kuda. Namun, ketika pan
Setelah mendengar Kahar yang menghiburnya, Ayu pun menunjukkan ekspresi yang sangat terharu. Dia melebarkan matanya yang terlihat memelas, tetapi juga bersikap bagaikan seekor kucing kecil yang takut dicampakkan.Ayu menarik pakaian Kahar dan tidak berhenti bertanya, “Benarkah? Kakak benar-benar nggak akan campakkan Ayu? Tapi, Ayu takut banget. Sekarang, Ayah sepertinya sangat kecewa pada Ayu, Kak Kama nggak menginginkan Ayu. Kak Abista ... Kak Abista sepertinya juga nggak begitu menyukai Ayu lagi.”“Sementara itu, kesehatan Kak Ranjana kurang baik. Ayu takut kalau Ayu terlalu bergantung padanya, dia juga akan merasa Ayu menyebalkan suatu hari nanti. Kalau Kak Kahar juga mau campakkan Ayu, Ayu benar-benar nggak punya apa-apa lagi.”Ayu tidak berhenti melontarkan ketakutannya, seolah-olah satu-satunya orang yang bisa diandalkannya di Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan hanyalah Kahar. Hal ini pun membuat Kahar merasa iba.“Jangan takut. Kakak janji sama kamu!” Kahar mengangkat ketiga ja
Damar hanya mengobrol sebentar dengan Ayu. Berhubung masih ada urusan yang harus ditanganinya, dia pun segera pergi.Tidak lama kemudian, yang tersisa dalam kamar hanyalah Kahar, Ranjana, dan Ayu yang berbaring di atas tempat tidur. Kahar dan Ranjana awalnya hanya berencana untuk menghibur Ayu sebentar lagi. Setelah Ayu tidak menangis, mereka juga akan kembali ke kamar masing-masing.Namun, ketika Kahar dan Ranjana hendak pergi, Ayu tiba-tiba menarik ujung pakaian Kahar. Dia yang bersembunyi di balik selimut hanya menunjukkan sepasang matanya. Kemudian, dia berkata dengan tampang takut, “Kak Kahar, ada yang mau kubicarakan denganmu. Bisa nggak kamu temani aku sebentar lagi?”Kahar tentu saja tidak akan menolak.“Kalau begitu, aku pergi istirahat dulu.”Ranjana hanya melirik Ayu, lalu langsung berbalik dan berjalan keluar tanpa mengatakan apa-apa lagi.Setelah hanya tertinggal Ayu dan Kahar, Kahar baru bertanya, “Ada apa, Ayu? Apa yang mau kamu bicarakan sama Kakak?”“Kak Kahar, maaf. S
Kahar memandang Ayu dengan penuh rasa iba. “Ayu, nggak apa-apa. Sekarang, kamu sudah pulang. Nggak akan ada orang yang bisa menyiksamu lagi.”Ayu masih menunjukkan tampang linglung karena kebanyakan menangis. Dia mencengkeram lengan Ranjana kuat-kuat sembari mengeluh pada Kahar, “Benarkah? Kak Kahar, Ayu. Benar-benar sudah pulang ke rumah? Kelak, Ayu nggak perlu masuk istana lagi?”“Iya. Ayu tenang saja. Yang Mulia Kaisar bilang, dia nggak akan menjadikanmu sebagai selirnya,” hibur Kahar dengan terburu-buru.Namun, Kahar tidak berani memberi tahu Ayu apa sebenarnya yang diucapkan Kaisar.Putri bungsu Adipati Pelindung Kerajaan tidak tahu tata krama dan tidak berpendidikan. Meskipun sudah masuk istana begitu lama, dia masih belum memenuhi syarat. Berhubung terlalu bodoh, dia tidak layak diangkat menjadi selir. Begitu ucapan itu keluar dari mulut Kaisar, rumor itu langsung tersebar dan Ayu terkenal sekali lagi, terutama bagian mengenai “terlalu bodoh dan tidak layak diangkat menjadi sel