Share

Bab 73

Penulis: Emilia Sebastian
Syakia sontak merasa gembira. Dia buru-buru mengambil air sungai untuk menyiramnya. Setelah itu, dia melihat rumput peremajaan yang tumbuh di sampingnya. Rumput-rumput itu sudah berbunga dan terlihat sangat indah.

Syakia tersenyum sambil menyentuh putik salah satu bunga. Kemudian, dia mulai memeriksa kebun obat herbalnya yang luas. Setiap melewati satu jenis obat herbal, dia akan membuka buku panduan obat herbal dan mencocokkannya satu per satu.

Namun, ada sejenis obat herbal yang menarik perhatian Syakia. Sebab, buku panduan obat herbal mencatat informasi obat herbal lainnya dengan sangat terperinci. Namun, yang tercatat mengenai obat herbal ini hanyalah bentuk, nama, dan asal-usulnya. Bahkan khasiatnya juga tidak tertera.

[ Safron : Berasal dari negeri seberang.... ]

Syakia berulang kali mencocokkannya sebelum memastikan bahwa obat herbal itu bernama safron. Sayangnya, tidak tertulis apa khasiatnya. Apa dia perlu mencicipinya?

Syakia tiba-tiba merasa penasaran. Namun, dia akhirnya me
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Roroh Siti Rochmah
ya singkirkan lah si ayu ank haram bpkmu karena dia ngadu domba & fitnh
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 418

    Namun, mereka sudah susah payah bertemu. Kenapa Yanto malah hendak pergi dengan begitu terburu-buru? Apa Yanto tidak ingin menemuinya? Kama merasa agak aneh.Kama menatap Yanto lekat-lekat, lalu berkata dengan nada yang agak memaksa, “Paman Yanto, kamu turun dulu. Kita sudah begitu lama nggak ketemu. Sebaiknya kita cari tempat untuk mengobrol dengan baik.”Yanto bertemu pandang dengan Kama, lalu akhirnya menghela napas. “Baiklah.”Tidak lama kemudian, Yanto dan Kama duduk di dalam ruang privat di sebuah restoran terdekat. Sebenarnya, mereka juga tidak duduk bersama. Setelah masuk ke ruang privat, Kama memesan beberapa hidangan, lalu melihat ke arah Yanto yang masih berdiri tidak jauh dari sana.“Paman Yanto, aku sudah bukan putra kedua Keluarga Angkola lagi. Jadi, kamu nggak usah berdiri terus. Ayo kemari dan duduk bersamaku.”“Nggak, aku yang bersalah pada kalian. Selama ini, aku memang merasa malu untuk bertemu kalian. Setelah bertemu dengan Tuan sekarang, aku merasa makin malu. Jadi

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 417

    Pot bunga, tanah, dan bibit bunga itu pun berserakan di samping kaki Ayu. Ketika bibit bunga itu hampir menyentuh Ayu, Ayu secara refleks melangkah mundur dengan tergesa-gesa untuk menghindarinya.Setelah mendengar ucapan Kama, Ayu tidak dapat mengendalikan ekspresinya lagi dan langsung menunjukkan ekspresi yang sangat suram.“Berhubung Kak Kama nggak ingin maafkan Ayu, lupakan saja. Ayu ... akan pergi sekarang juga.”“Ratih!” seru Ayu dengan nada tinggi. Dia menekan amarahnya dengan susah payah dan memberi perintah, “Kenapa masih melamun? Cepat ambil bibit bunganya!”Ratih melangkah maju, lalu memungut bibit bunga itu dengan hati-hati dan bertanya, “Nona, apa pot bunga dan tanahnya juga mau diambil?”“Ngapain barang-barang nggak berguna itu diambil? Cepat pergi!”Ayu memelototi Ratih, lalu langsung pergi tanpa melirik Kama lagi.Meskipun Kama sudah mengetahui sifat asli Ayu dari awal, ini adalah pertama kalinya Ayu benar-benar menunjukkan sifat aslinya di hadapan Kama. Lebih tepatnya,

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 416

    Mana mungkin Ayu melewatkan kesempatan bagus ini? Dia buru-buru berlari ke arah Kama dan menghalangi Kama yang sama sekali tidak ingin menghiraukannya.“Kak Kama, tunggu dulu. Ada yang mau Ayu bicarakan denganmu.”“Minggir,” ucap Kama yang dihalangi dengan tampang dingin.Ayu menggeleng, lalu menatap Kama sambil menggigit bibir. “Kak Kama, Ayu sudah susah payah menunggumu pulang kali ini. Bisa nggak kamu dengar dulu apa yang mau Ayu katakan? Sebentar saja. Seusai bicara, Ayu akan langsung pergi dan nggak akan ganggu kamu.”“Kamu sudah ganggu aku sekarang.”Sekarang, Kama sudah sepenuhnya mengetahui sifat asli Ayu. Dia tentu saja tidak lagi memanjakan Ayu seperti dulu.Ayu diam-diam mengumpat dalam hati, tetapi malah memasang tampang sedih dan penuh penderitaan. “Tapi Kak Kama, Ayu cuma mau minta maaf. Ayu tahu kenapa sikap Kakak terhadap Ayu menjadi seperti ini. Ayu sudah berbuat salah, tapi Ayu sudah sadari kesalahan Ayu dan juga merenungkan kesalahan itu dalam rumah dengan baik. Jad

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 415

    Baru saja Syakia berpikir seperti itu, pada detik berikutnya, Gael memberikan penjelasan yang memastikan tebakannya.“Selama proses bertumbuh dari bibit sampai berbunga, bunga itu akan melepaskan racun yang nggak berwarna maupun berbau. Racun itu akan perlahan-lahan menggerogoti tubuh manusia. Seiring berjalannya waktu, tubuh seseorang akan melemah secara bertahap.”“Orang biasa mungkin akan tewas setelah terpapar racun dari bunga itu setelah 2 bulan. Selain itu, dari keracunan sampai mati, orang itu nggak akan menyadari bahwa dirinya keracunan, melainkan hanya merasa dirinya sakit. Bahkan saat sekarat, dia juga akan merasa bahwa itu diakibatkan oleh penyakit.” “Ibumu seharusnya sudah terpapar racun ini dari awal. Oleh karena itu, dia baru kesulitan untuk melahirkan Putri Suci. Mungkin saja Citra sebenarnya ingin membuat kalian berdua mati bersama supaya bisa membalaskan dendamnya. Tak disangka, ibumu berhasil melewati rintangan itu.”Syakia mengepalkan kedua tangannya dengan erat. Ek

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 414

    Dengan latar belakang seperti itu, di keluarga yang peraturannya sangat ketat, Ayu yang masih dalam kandungan ibunya seharusnya sudah ikut dipukul sampai mati bersama ibunya. Namun, hubungan Citra dengan Damar tidaklah sederhana. Mereka sudah mengenal dari dulu dan saling mencintai. Namun, karena ambisi Damar waktu itu, dia memilih untuk mencampakkan Citra demi kekuasaan, lalu menikahi Anggreni, putri tunggal Keluarga Kuncoro.Dengan bantuan Keluarga Kuncoro, ambisi Damar juga akhirnya tercapai. Dia dan Keluarga Angkola menjadi orang yang memiliki kekuasaan tertinggi dalam sidang istana.Namun, tepat pada saat itu, Citra yang dicampakkan Damar kembali mencari Damar karena merasa tidak rela dan menjebak Damar untuk menghabiskan semalam dengannya. Setelah itu, Citra pun menghilang lagi. Ketika terdengar kabar mengenainya lagi, dia mengandung dan hampir melahirkan.Berhubung Citra selalu berinteraksi dengan racun, kesehatannya tidaklah bagus. Jika dia bersikeras melahirkan anak itu, diri

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 413

    “Kalian?” Syakia melirik Gael dengan acuh tak acuh. “Maaf, nggak ada barang kalian yang aku inginkan. Lagian, aku juga nggak ingin pelihara budak.”Meskipun Syakia berkata begitu, Gael masih menatapnya dengan kurang percaya.“Sudahlah, Gael. Sebelumnya, kamu lagi pergi mengasingkan diri, makanya kamu kurang jelas sama apa yang terjadi akhir-akhir ini. Biar aku perkenalkan dia padamu.”Kingston buru-buru berkata, “Dia itu Putri Suci pertama Dinasti Minggana yang diangkat oleh Yang Mulia Kaisar secara pribadi 3 bulan lalu, juga merupakan mantan putri sah Adipati Pelindung Kerajaan.”Kingston sengaja menekankan kata “putri sah”.Setelah mendengar ucapan Kingston, Gael tertegun sejenak sebelum tersadar kembali. “Kamu itu putri sah Adipati Pelindung Kerajaan? Kamu putrinya Anggreni Kuncoro?”Syakia mengangguk dengan tenang. “Aku memang putrinya Anggreni Kuncoro, tapi aku sudah bukan lagi putri sah Adipati Pelindung Kerajaan.”Mungkin karena alasan itu, Gael yang berada dalam keadaan yang sa

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 412

    Syakia menyuruh Kingston untuk membawa masuk orang itu ke dapurnya. Setelah itu, di bawah cahaya lilin, Syakia baru melihat jelas tampang orang yang dibawa datang Kingston.Wajah pria yang kekar itu ditutupi jenggot lebat. Saat ini, seluruh tubuhnya gemetar, sedangkan wajahnya terlihat pucat pasi. Dia menggigit sudut bibirnya dengan kuat hingga hampir berdarah.“Racun dalam tubuhnya bereaksi lagi!”Dapur ini tidaklah luas. Selain tungku kompor, tidak ada meja lain lagi. Jadi, Kingston langsung menaruh orangnya di lantai.Setelah mendengar ucapan Kingston, Syakia segera memahami situasinya. Sekujur tubuh orang itu gemetar karena kesakitan, sedangkan wajahnya yang pucat diakibatkan oleh racun.Syakia pun mencuci tangan, lalu memeriksa mata, hidung, mulut, dan telinga pria itu sebelum memeriksa nadinya.“Energi dan darah dalam tubuhnya mengamuk nggak terkendali. Pantas saja dia begitu kesakitan. Kalau begini terus, dia seharusnya nggak akan bisa bertahan melalui malam ini.”“Putri Suci pu

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 411

    Setelah mendengar hal itu, Damar pun mengernyit. “Ada apa ini?”Orang itu menjawab, “Sebulan lalu, Tuan Abista mengusir semua bawahan yang bekerja di tempat tinggalnya dan hanya menyisakan seorang pelayan kepercayaannya.”Pelayan itu adalah orang yang tumbuh besar bersama Abista. Jadi, kesetiaannya terhadap Abista tidak perlu diragukan lagi.Setelah mendengar penjelasan bawahannya, Damar terdiam lagi. Akhir-akhir ini, dia benar-benar terlalu sibuk sehingga tidak terlalu memperhatikan keadaan putra sulungnya. Jadi, dia baru mengetahui hal ini sekarang.“Ya sudahlah. Berhubung dia nggak suka ada orang di dekatnya, kalian nggak usah pergi lagi. Pokoknya, kalian lebih perhatikan saja waktu Abista keluar masuk dari tempat tinggalnya. Kalau ada yang aneh, segera laporkan padaku.”“Baik!”Di Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan, ada intrik yang sedang diam-diam berjalan. Sementara itu, keadaan di Kuil Bulani juga tidak tenang.Malam ini, ketika langit baru mulai gelap. Syakia yang baru kembal

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 410

    Ucapan Abista itu langsung menimbulkan niat membunuh dalam hati Ayu. Dia mengepalkan tangannya dengan erat hingga kuku-kukunya hampir menembus kulitnya. Dia berusaha mengendalikan ekspresinya dengan sekuat tenaga, lalu mengubah amarahnya menjadi kesedihan sebelum dirinya kehilangan kendali.“Kak Abista ....” Ayu berkata dengan suara tercekat, “A ... aku mengerti. Aku tahu bahwa Kak Syakia sebenarnya sangat baik. Dia nggak sejahat yang kakak-kakak lainnya katakan. Makanya, aku nggak berhenti menasihati mereka dari dulu.”“Hanya saja, latar belakangku malah terungkap. Aku juga punya harga diri, Kak. Aku selalu mengingat statusku. Jadi, aku benar-benar nggak melakukan semua itu dengan sengaja. Kak Abista, apa yang harus aku lakukan baru kamu bersedia percaya padaku?”“Sejak bawahanmu menyentuh jasad ibu kami, nggak ada lagi yang perlu dibicarakan di antara aku dan kamu. Kamu mungkin mau bilang orang-orang itu yang bertindak sendiri. Tapi, semua itu nggak ada bedanya lagi bagiku.”Abista m

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status