Kahar menyerukan nama lengkap Syakia dengan marah, lalu bertanya dengan dingin, “Kamu begitu nggak bisa terima Ayu?”“Benar. Di tempat yang ada dia, nggak akan ada aku,” jawab Syakia dengan dingin.Bahkan Ayu juga tidak menyangka Syakia akan mengucapkan kata sejujur ini.Sebelum pergi, Syakia berkata, “Aku sudah sebutkan syaratku dengan jelas. Kalau kalian bisa terima, bawa semua maha Ibu kemari besok.”Jika Keluarga Angkola tidak bisa menerima syarat ini, biarkan saja Kama lanjut dikurung di penjara.Pada akhirnya, Kahar dan Ayu pun pulang dengan ekspresi suram.Di Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan.“Syakia benar-benar berkata begitu?” tanya Abista dengan terkejut pada Kahar dan Ayu.Kahar mengangguk dan menjawab dengan tidak senang, “Aku yang mendengarnya sendiri. Apa mungkin aku bohongi Kakak?”“Nggak, bukan begitu maksudku ....” Abista hanya merasa dirinya makin tidak memahami Syakia.“Kenapa dia begitu membenci Ayu? Dia bahkan bisa mengucapkan kata-kata seperti itu?” Abista meng
Ayu pun tertegun. Dia tidak menyangka Kahar akan mengusulkannya untuk mengabaikan ucapan Abista. Namun, Ayu juga tidak langsung setuju. Dia berpura-pura ragu sejenak. “Tapi, aku sudah janji sama Kak Abista. Lagian, yang dibilang Kak Abista benar. Kali ini, Ayah sudah benar-benar marah. Dia pasti serius.”“Paling bagus kalau Ayah memang serius.” Kahar menjawab dengan ekspresi dingin, “Meski Ayah nggak serius, aku juga akan buat hal ini jadi serius.”“Apa maksud Kak Kahar?” tanya Ayu dengan berlagak bodoh.Kahar pun tertawa. “Ayu, kamu terlalu polos. Kamu nggak tahu ada orang yang memang terlahir keras kepala dan suka bertindak semena-mena. Kalau nggak kasih dia rasakan akibatnya, dia nggak akan ubah sikap buruknya. Jadi, aku setuju sama keputusan Ayah kali ini.”“Setelah Syakia putus hubungan dengan Keluarga Angkola, dia akan sepenuhnya kehilangan semua yang didapatkannya dengan andalkan status putri sah Adipati Pelindung Kerajaan. Nanti, dia akan tahu dia itu bukan siapa-siapa tanpa s
“Emm, aku ngerti. Ingat bawa orangnya datang besok. Kalau nggak, meski aku sudah terima mahar Ibu, aku juga nggak akan setuju untuk maafkan Kama.” Seusai berbicara, Syakia juga bersikap sama seperti Kahar dan menambahkan, “Mengerti?”Ekspresi Kahar langsung menjadi dingin. “Oke. Syakia, kamu benar-benar hebat.”Syakia mengabaikan Kahar. Dia memindahkan peti-peti berisi mahar ibunya ke dalam kuil bersama biksuni-biksuni lain. Sampai Syakia selesai memindahkan peti terakhir, dia juga tidak melirik Kahar.Ayu hanya menyaksikan semuanya dalam diam. Lagi pula, dia hanya berperan sebagai adik yang penurut. Dia akan melakukan apa yang diperintahkan Kahar. Setelah masalahnya berakhir, dia baru sepenuhnya merasa lega, terutama setelah pulang dan melaporkan hal ini kepada Damar. Keesokan harinya, Damar benar-benar menghapus nama Syakia dari daftar silsilah keluarga. Abista ingin mencegahnya, tetapi gagal. Suasana hati Ayu sangat bagus. Dia bahkan sengaja mengikuti Kahar pergi menjemput Kama. D
“Kak Kama, kamu sudah gila?” tanya Kahar sambil menatap Kama dengan terkejut. Meskipun mereka memang berniat untuk membawa Kama pergi minta maaf, Kama yang bersedia melakukannya dengan sukarela benar-benar terlalu di luar dugaan.“Kamu jadi bodoh karena dipukul 80 kali atau karena terlalu lama dikurung di penjara?” tanya Kahar dengan nada agak mengejek.Ayu juga bertanya dengan curiga, “Kak Kama, kamu benar-benar baik-baik saja?”Kama tidak menyangka Kahar dan Ayu akan bereaksi begitu berlebihan setelah mendengar ucapannya. Dia pun tertegun sejenak. Setelahnya, dia mengungkapkan apa yang dipikirkannya selama dikurung di penjara akhir-akhir ini.“Sebenarnya, aku langsung menyesal setelah memukul Syakia hari itu.”Selama beberapa hari terakhir, Kama tidak berhenti memikirkan tatapan Syakia pada hari itu. Tatapannya itu benar-benar sangat menusuk hati. Kenapa Syakia bisa menunjukkan tatapan penuh kebencian seperti itu padahal mereka baru tidak bertemu beberapa saat?Kama teringat tujuan a
“Bruk!” Sebelum Kahar menyelesaikan ucapannya, Kama tiba-tiba meninju wajah Kahar sehingga Kahar tidak sempat menghindar.“Kak Kama!” Ayu juga tidak menyangka Kama akan tiba-tiba main tangan. Apalagi, Kama memukul Kahar demi Syakia!“Dasar anak nggak punya hati nurani! Kamu sudah lupa apa yang dikatakan Ibu pada kita sebelum meninggal? Dia suruh kita jaga Syakia dengan baik-baik. Ini caramu menjaganya? Kamu juga berani mengatakan dia keras kepala dan nggak tahu diri?”Kahar berbalik dan langsung membalas pukulan Kama tanpa ragu. Dibandingkan dengan Kama yang terluka dan sudah dikurung di penjara cukup lama, pukulan Kahar itu jauh lebih kuat dan hampir membuat Kama melayang keluar dari kereta.Dalam menghadapi amarah Kama, Kahar hanya meludahkan sedikit darah, lalu menatap Kama dengan dingin dan menjawab, “Kak Kama, sebaiknya jangan lampiaskan amarahmu padaku. Aku bukan Syakia. Dulu, kamu juga sering ngomong begini tentangnya, bahkan memukulnya berkali-kali. Apa hakmu memukulku sekarang
Tebakan Kahar benar. Setelah menemukan kuda baru, mereka segera melaju ke Kuil Bulani. Ketika tiba di sana, mereka melihat Kama sedang dikelilingi para biksuni yang menodongkan tongkat ke arahnya. Para biksuni itu juga memelototi Kama dengan marah.“Syakia! Syakia, keluar! Ini Kak Kama! Aku datang untuk minta maaf padamu! Syakia! Aku mohon, keluar dan temuilah aku!” seru Kama dengan histeris di luar Kuil Bulani.Shanti yang berdiri di depan gerbang kuil berkata dengan dingin, “Kalau kamu mau minta maaf, minta maaflah di sini. Aku akan sampaikan permintaan maafmu kepada Sahana.”“Nggak bisa!” Kama menggeleng dan menjawab, “Aku mau Syakia keluar untuk temui aku. Sudah seharusnya aku minta maaf secara langsung padanya.”“Nggak usah,” tolak Shanti tanpa ragu. Kemudian, dia melanjutkan, “Temperamenmu sangat nggak bisa ditebak. Untuk mencegah kejadian yang sama terulang, kamu nggak perlu ketemu sama Sahana lagi.”Begitu mendengar ucapan Shanti, Kama pun melongo di tempat. “Apa maksudmu aku n
“Maaf Syakia. Kakak benar-benar minta maaf. Kakak benar-benar pantas mati! Huhuhu ....”Kama tidak berhenti minta maaf. Pada akhirnya, dia tidak dapat mengendalikan emosinya dan langsung menangis tersedu-sedu.Para biksuni yang mengelilingi Kama pun saling memandang. Mereka tidak menyangka Kama akan tiba-tiba menangis seperti ini. Apa yang harus dilakukan mereka sekarang? Mereka pun menoleh ke arah Shanti yang berdiri di depan gerbang.Shanti memberi isyarat mata kepada para biksuni. Mereka pun menyimpan tongkat mereka, lalu berjalan kembali ke belakang Shanti.“Aku sudah dengar permintaan maafmu dan akan menyampaikannya pada Sahana.” Meskipun tampang Kama sekarang sangat menyedihkan dan dia juga menangis dengan sedih, hati Shanti sama sekali tidak tergerak. Seusai berbicara dengan dingin, dia pun memerintahkan orang untuk menutup gerbang kuil dan membiarkan Kama lanjut menangis di luar.Kahar merasa kakaknya itu sangat memalukan. Dia langsung melangkah maju dan menendang Kama. “Kak
“Ya sudah. Kalau kamu nggak suka, Guru nggak akan ungkit lagi soal mereka.” Shanti mengelus kepala Syakia, lalu memeriksa tugas Syakia sambil berkata, “Oh iya, nanti, kamu ikut Guru turun gunung ya.”“Hmm? Aku boleh ikut Guru turun gunung?” Syakia awalnya kurang bersemangat. Begitu mendengar ucapan Shanti, matanya langsung berbinar.“Tentu saja boleh.” Shanti tertawa, lalu melanjutkan, “Aku punya seorang pasien dan harus turun gunung untuk mengobatinya.”Setelah berhenti sejenak, Shanti berkata dengan agak ragu, “Tapi, kamu mungkin akan agak canggung kalau ketemu sama dia.”“Siapa dia?” tanya Syakia dengan penasaran.“Nyonya Juwita dari Kediaman Pangeran Darsuki.”Begitu mendengar jawaban Shanti, Syakia langsung mengerti apa yang dikhawatirkannya. Nyonya Juwita dari Kediaman Pangeran Darsuki merupakan nenek Panji, mantan tunangannya itu.Syakia tersenyum dan menjawab, “Ternyata Nyonya Juwita. Nggak apa-apa, Guru. Pertunanganku dengan keluarga mereka sudah dibatalkan. Berhubung kita buk
Laras tahu bahwa Syakia sedang marah. Mungkin saja karena ucapannya tadi, mungkin juga karena Syakia teringat masa lalu. Laras pun tidak lagi berbicara. Dia menatap Syakia mengoleskan obat dan membungkus lukanya dalam diam.“Di mana dayangmu itu? Kenapa dia nggak kelihatan?” tanya Syakia setelah mengobati Laras, seolah-olah baru mengingat hal ini.Laras terdiam sejenak, lalu menjawab dengan jujur, “Dia sudah mati.”“Mati?” Syakia merasa sangat terkejut.“Di hari aku dibawa ke kediaman Keluarga Pianda, Bayu hendak langsung melecehkanku. Aku nggak menurut dan dia pun memukulku. Dayangku dipukul sampai mati demi melindungiku.”Saat berbicara, ekspresi Laras terlihat sangat tenang. Dia seolah-olah sama sekali tidak peduli pada kematian dayang itu.Syakia melirik Laras dan tidak berbicara lagi.Tepat pada saat ini, tiba-tiba terdengar suara dari luar. Langkah kaki itu terdengar makin dekat dengan gang ini dan para pengawal itu juga berjalan masuk.Syakia sontak terkejut dan menoleh untuk me
“Cepat tangkap mereka! Meski harus cari ke seluruh Kalika, mereka harus tertangkap!”Dalam semalam, seluruh Kalika dilanda kekacauan. Semua orang mengatakan bahwa selirnya Bayu Pianda, putra keluarga terkaya di Kalika itu telah melarikan diri padahal baru tiba beberapa hari. Jadi, semua orang dapat melihat pengawal Keluarga Pianda yang tidak berhenti mencari orang pada tengah malam.Meskipun sudah mengerahkan seluruh tenaga untuk berlari secepatnya, mereka tetap tidak dapat berlari cepat. Melihat ada makin banyak orang yang mengejar dari belakang, Syakia pun menarik Laras dan berbelok ke sebuah gang kecil untuk bersembunyi.“Gimana? Sudah kelihatan orangnya?”“Di depan nggak ada, di belakang juga nggak ada.”“Geledah semua tempat! Tuan Bayu sudah kasih perintah orangnya harus tertangkap. Kalau mereka berani melawan, langsung pukul saja sampai mati!”“Baik!”Pengawal-pengawal itu segera menyebar untuk mulai menggeledah.Syakia yang bersembunyi di sudut melirik ke luar. Untuk sementara,
Melihat sekelompok orang itu tidak akan lanjut memukul Laras, Syakia baru mengalihkan perhatiannya dan berbisik pada Hala, “Ayo jalan. Sudah saatnya kita pulang.”Syakia adalah seorang biksuni, juga telah mempelajari ilmu pengobatan dari Shanti. Dia datang ke tempat ini hanya tidak ingin melihat Laras dipukul sampai mati. Berhubung orangnya tidak akan mati, masalah ini sudah sama sekali tidak berhubungan dengannya.Ketika Syakia hendak berbalik untuk pergi, tiba-tiba terdengar suara lagi dari arah sekelompok orang itu.“Aku bisa ampuni nyawamu, tapi kamu ....”Bayu menyentuh wajah Laras, lalu lanjut berkata sambil tersenyum mesum, “Berhubung kamu nggak bersedia turuti kemauanku, aku akan hadiahkan kamu kepada beberapa pelayanku ini. Apalagi, mereka sudah habiskan banyak tenaga untuk menangkapmu kembali malam ini. Jadi, kamu layani saja mereka dengan baik.”“Hahaha! Terima kasih atas hadiahnya, Tuan!”Wajah Laras seketika memucat. “Coba saja kalau kamu berani! Aku ini putri menteri sekr
“Plak!”Di dalam halaman rumah yang gelap, beberapa pelayan mengangkat obor dan mengepung Laras yang baru ditangkap kembali karena melarikan diri sebelumnya. Mereka membiarkan majikan mereka memukul Laras sesuka hatinya.“Dasar wanita jalang! Kamu sudah jadi selirku, tapi masih berani berani bersikap layaknya wanita bangsawan di hadapanku? Kamu kira kamu itu siapa? Kamu itu cuma putri selir yang rendahan! Beraninya kamu melawanku! Kamu tahu berapa harga ayahmu menjualmu?”Pria bertubuh gemuk itu mencolek dahi Laras dengan jarinya yang gemuk. Dia lanjut berujar dengan tampang seolah dirinya sangat rugi, “Putri selir sepertimu dijual dengan harga 10.000 tael! Kalau bukan karena reputasi ayahmu, kamu kira kamu bernilai 10.000 tael? Cih! Pelacur papan atas di rumah bordil jauh lebih cantik dari kamu!”Laras menopang bagian atas tubuhnya sambil menahan rasa sakit. Dia menatap pria gemuk di hadapannya dan ada kilatan sinis yang melintasi matanya. Namun, setelahnya, dia segera menunjukkan tam
Eira menggeleng. “Bukan, Bupati Nugraha memang sudah mengaturkan segala sesuatu untukku dengan baik, juga memberiku kompensasi. Tapi, mereka selalu melihatku dengan tatapan penuh iba. Bupati Nugraha juga sama.”Eira sudah tahu mengenai kejadian kakaknya. Setelah menerima pukulan yang datang bertubi-tubi, perasaannya sekarang sangat sensitif. Dia dapat merasakan dengan jelas apa yang tersembunyi dalam tatapan orang-orang itu.Ada yang mengasihaninya, ada yang menghinanya, dan ada yang membencinya. Eira mengetahui semuanya. Dia membenci tatapan-tatapan seperti itu. Jadi, dia pun melarikan diri.Hanya saja, Eira tidak memiliki tujuan. Satu-satunya orang yang teringatnya hanyalah Putri Suci yang menyelamatkannya hari itu. Ketika mendengar namanya, tatapan Putri Suci tidak dipenuhi rasa kasihan, hinaan, ataupun kebencian, melainkan empati. Putri Suci berempati padanya.Begitu teringat hal ini, Eira yang tidak memiliki tujuan pun tidak bisa mengendalikan diri dan berusaha menyusul Syakia. Se
Siapa yang datang untuk mencari mati?Setelah menyadari ada orang yang masuk ke kamarnya, Syakia tidak langsung keluar, melainkan terlebih dahulu mendengar pergerakan di luar dari dalam ruang giok. Hala juga berada di luar. Jika orang yang datang berniat jahat, Hala pasti akan langsung menjatuhkannya.Di luar dugaan, Syakia tidak mendengar suara apa-apa lagi setelah beberapa saat. Dia juga tidak mendengar ada orang yang bertarung. Apa orang yang datang adalah orang yang dikenalnya?Syakia pun tertegun sejenak. Setelah memastikan orang itu belum mendekati tempat tidurnya, Syakia diam-diam keluar dari ruang giok dan langsung berbaring kembali ke tempat tidur.Seperti sudah menyadari kemunculannya, pada detik berikutnya, sebuah lilin dalam kamar pun menyala. Dalam sekejap, seluruh ruangan menjadi terang, juga menyinari orang yang masuk ke kamarnya di tengah malam itu.“Eira?” Saat melihat jelas sosok di sudut ruangan itu, Syakia seketika bertanya dengan terkejut, “Kenapa kamu ada di sini?
Kama langsung menghabiskan sup obat yang pahitnya seolah-olah bisa membuat orang berubah bentuk itu.Setelah melihat Kama menghabiskan obat itu, Syakia mulai meracik obat lagi sambil bertanya, “Kamu masih mau kembali?”Kama langsung menggeleng tanpa ragu dan menjawab, “Kakak sudah bilang, di mana kamu berada, di situ pula aku akan berada.”“Nggak usah buat keputusan seburu-buru itu. Kamu seharusnya tahu, kalau kamu masih ingin kembali ke Kediaman Adipati Pelindung Kerajaan, ini adalah kesempatanmu.”“Selama kamu pura-pura bodoh, lalu bersandiwara seperti racunnya belum ditawarkan dan kamu masih kehilangan semua ingatan seperti sebelumnya, gerbang rumah itu akan selalu terbuka untukmu dan kamu bisa kembali lagi.”“Brak!” Kama tiba-tiba meninju sebuah papan dalam sangkar besi. Dia memandang Syakia sambil menggertakkan gigi. “Aku nggak dapat melakukannya, juga nggak mau kembali ke sana. Aku cuma mau bersamamu.”Syakia tersenyum mengejek. “Apa gunanya kamu ikuti biksuni sepertiku?”“Yang p
Satu jam kemudian, kelompok Syakia baru berangkat untuk meninggalkan Kabupaten Nirila lagi. Kali ini, perjalanan mereka sangat lancar.Dua hari kemudian, rombongan ini tiba di Kalika. Mereka masih tinggal di tempat peristirahatan sebelumnya.Setelah makan malam bersama Adika, Syakia pun kembali ke kamarnya. Baru saja dia berbaring di tempat tidur dan hendak tidur, dia tiba-tiba melompat turun lagi.“Ya Tuhan! Aku sudah melupakannya!”Syakia buru-buru masuk ke ruang giok. Setelah sekian hari, dia akhirnya teringat pada Kama yang sudah diberi obat dan ditinggalkannya di dalam ruang giok.Saat masuk ke menara, Syakia melihat Kama yang sedang dikurung di sangkar besi dan memainkan jarinya saking merasa bosan.Benar, berhubung tidak dapat keluar, juga tidak menemukan orang untuk diajak berbicara, Kama merasa sangat bosan hingga mencapai tahap hanya bisa bermain dengan jarinya. Untungnya, entah apa yang sudah diberikan kepadanya sebelumnya, Kama masih merasa sangat kenyang sampai sekarang.
Begitu mendengar ucapan itu, Syakia pun terdiam. Dia menatap Eira di hadapannya dengan perasaan campur aduk. Tidak ada seorang pun yang menyangka bahwa Eira adalah adiknya Ardi.Namun, ini juga sangat wajar. Dalam insiden Kabupaten Nirila, Eira diculik, orang tuanya dibunuh, sedangkan kakaknya langsung bunuh diri setelah membalaskan dendamnya. Semua orang tanpa sadar mengira bahwa Eira juga telah meninggal. Tak disangka, dia masih hidup, meskipun memang sudah nyaris tewas.“Kamu ... selalu bersembunyi selama beberapa hari terakhir?”Dinilai dari tampang Eira, dia sepertinya masih belum tahu bahwa kakaknya sudah pulang.Sesuai dugaan, Eira mengangguk. “Iya. Tebakan Putri Suci benar lagi.”Saat melihat ekspresi khawatir Syakia, mungkin saja karena Syakia baru saja menolongnya, Eira sama sekali tidak mewaspadai Syakia. Dia pun tidak tahan dan hendak menceritakan semua hal. Setelah tersenyum, wajahnya yang terlihat sangat kurus itu menunjukkan ekspresi menderita.“Sebelumnya, aku diculik o