Saat naik ke panggung, Abista awalnya masih menatap kedua adiknya dengan ragu. Namun, setelah bertemu pandang dengan tatapan Ayu yang penuh harapan, dia hanya tersenyum dengan tidak berdaya.Siapa suruh Syakia sendiri yang pencemburu dan tidak bisa menerima Ayu. Oleh karena itu, Abista tidak lagi ragu dan langsung berjalan melewati Syakia untuk memberikan bunganya kepada Ayu. Setelahnya, Kama, Kahar, Ranjana, dan seluruh anggota Keluarga Angkola juga memberikan bunga mereka kepada Ayu.Seperti di kehidupan sebelumnya, Syakia tidak menerima sekuntum bunga pun, sedangkan Ayu dikelilingi dengan bunga pemberkatan. Namun, Syakia sama sekali tidak merasakan apa-apa. Bagaimanapun juga, dia sudah mengetahui hasil seperti ini dari awal. Jadi, dia sama sekali tidak menaruh harapan.Pada saat giliran Panji, dia bukan hanya menggenggam sekuntum bunga seperti orang lain, melainkan buket besar berisi bunga-bunga yang indah. Dia melirik Syakia sekilas, lalu langsung memberikan buket bunga itu kepada
“Nggak bisa!”“Nggak mungkin!”Itu hanyalah sebuah sumpah biasa. Awalnya, semua orang mengira Panji akan setuju. Tak disangka, Panji malah menolaknya. Anehnya, masih ada satu orang lagi yang juga ikut membantah.“Ayu?” Abista menatap Ayu dengan heran.Ekspresi Ayu langsung membeku. Setelah menyadari dirinya sudah kehilangan kendali atas sikapnya, dia buru-buru menenangkan diri dan memaksakan seulas senyum sambil berkata, “Bukan .... Umm, aku ... aku cuma merasa syarat yang diajukan Kak Syakia kurang baik. Gimana ... gimana kalau Kak Panji berubah pikiran kelak. Jadi, sebaiknya Kak Syakia pertimbangkan hal ini?”Abista mengernyit karena merasa ucapan Ayu agak aneh. Kahar tidak menunjukkan reaksi apa pun, sedangkan Ranjana melirik Ayu dan Panji dengan ekspresi sulit ditebak. Satu-satunya orang yang sepenuhnya percaya pada kepolosan Ayu hanyalah Kama. Dia sama sekali tidak berpikir kejauhan.“Sudahlah, Ayu. Aku tahu kamu khawatirkan Syakia. Tapi, aku merasa yang dikatakannya nggak salah.”
“Yang kalian bilang benar. Aku bukan adikku. Aku nggak sebaik dia. Jadi, aku pasti akan balas dendam pada semua orang yang pernah menindas dan mempermalukanku!” ucap Syakia dengan dingin. Kemudian, dia menatap Panji dan mengucapkan kata-kata yang tidak diucapkannya di depan umum pada kehidupan lalu dan merasa menyesal setelahnya.“Panji, bukannya kamu mau batalkan pernikahan kita? Oke, aku setuju tanpa syarat apa pun. Hanya saja, mulai sekarang, aku nggak punya hubungan apa pun lagi dengan keluarga kalian!”Begitu Syakia selesai berbicara, seluruh lokasi langsung hening. Bahkan Panji juga melongo karena Syakia menyetujui hal ini dengan semudah itu.Awalnya, Panji mengira dirinya tidak akan bisa membatalkan pernikahan ini dengan lancar. Dia mengira Syakia akan menolak, lalu tidak berhenti menangis dan merengek. Sebelum datang, dia sudah memikirkan segala kemungkinan. Satu-satunya hal yang tidak diduganya adalah Syakia menyetujui hal ini dengan semudah itu.Tidak, Syakia tidak termasuk m
Abista menunjukkan ekspresi tidak setuju. Cambuk yang digunakan Keluarga Angkola bukanlah cambuk biasa, melainkan cambuk besi. Setelah 50 cambukan, bahkan pria dewasa juga paling tidak harus memulihkan diri setengah bulan, apalagi Syakia?Ayu yang berdiri di samping diam-diam merasa gembira. Dia tidak menyangka Syakia ingin mencari mati sendiri. Dia harus mencari cara agar Damar menyetujui hal ini. Selama Damar ertuju, 50 cambukan ini pasti bisa membuat Syakia sekarat. Namun, hal yang lebih mengejutkan adalah, Syakia sendiri yang berinisiatif untuk mencari mati sebelum dia sempat bertindak.“Kamu serius?” tanya Damar. Dia juga merasa terkejut karena Syakia berinisiatif minta dihukum dan juga meminta dijatuhkan hukuman seberat ini.Damar mengerutkan keningnya. Setelah teringat Syakia biasanya suka menggunakan trik kotor untuk mencari perhatian, dia memicingkan matanya dan memberi peringatan. “Aku paling benci sama orang bermuka dua.”Syakia mendongak, lalu menatap lurus mata Damar yang
Syakia menggunakan tubuhnya yang kurus untuk menahan cambukan di punggungnya. Sementara itu, Abista sama sekali tidak merasa kasihan padanya dan mencambuknya dengan kuat, seolah-olah ingin menghancurkan seluruh tulang di tubuhnya.Syakia tentu saja merasa kesakitan. Sayangnya, rasa sakit pada tubuh tidak akan pernah bisa dibandingkan dengan rasa sakit dalam hati. Jadi, cambukan Abista bukan hanya tidak menghancurkan tulang Syakia, malah membuatnya makin fokus pada amarah dan kebencian dalam hatinya. Meskipun harus mati, dia juga tidak akan mengampuni Ayu dan seluruh anggota Keluarga Angkola!Abista mencambuk Syakia tepat 50 kali, tidak lebih maupun kurang.Saat Abista menyelesaikan cambukan terakhir, punggung Syakia sudah berlumuran darah. Dia melirik darah yang menetes dari cambuk besi, lalu melirik Syakia yang tidak bersuara dari awal sampai akhir dan masih mempertahankan posisinya hingga cambukan terakhir.Entah kenapa, Abista merasa hatinya terasa sesak. Dia yang sudah tidak tahan
Satu jam kemudian, Syakia berdiri di ruang baca kaisar saat ini. Prosedurnya masuk ke istana bisa dikatakan sangat mudah dan santai. Sebab, dia memiliki jimat pelindung lain yang ditinggalkan ibunya kepadanya, yaitu token giok yang diberikan mendiang Kaisar secara pribadi.Di kehidupan sebelumnya, Esti mencuri token giok ini dan memberikannya kepada Ayu. Karena alasan ini, Syakia baru tidak memiliki jalan keluar. Untungnya, setelah terlahir kembali ke kehidupan ini, token giok ini masih belum dicuri. Jadi, dia baru bisa mengandalkan token giok dari mendiang Kaisar untuk berdiri di hadapan kaisar muda saat ini.“Hormat, Yang Mulia. Namaku Syakia Angkola.”“Syakia Angkola? Seingatku, kamu itu putri kelima Adipati Pelindung Kerajaan, ‘kan?”Kaisar yang duduk di belakang meja kekaisaran meletakkan laporan resmi yang dipegangnya, lalu melirik Syakia yang berlutut di hadapannya. Kaisar ini merupakan putra ke-9 mendiang Kaisar. Ketika dinobatkan menjadi kaisar, dia baru berusia 11 tahun. Saa
Namun, Syakia tidak peduli demi siapa Kaisar memberinya kesempatan. Yang terpenting adalah, dia memiliki kesempatan ini.“Harap Yang Mulia beri perintah,” ucap Syakia dengan hormat.Kaisar bangkit dari tempat duduknya dan berjalan ke hadapan Syakia, lalu mengembalikan token giok itu.“Dalam 2 tahun terakhir, bencana alam nggak berhenti terjadi di bagian selatan negara. Rakyat sangat menderita, sedangkan aku juga gelisah. Aku butuh seseorang yang bisa dengan tulus berdoa bagi kerajaan dan rakyat.”“Aku bersedia melakukannya!” jawab Syakia dengan segera.Kaisar malah tersenyum dan menggeleng. “Meski kamu bersedia, itu belum cukup. Kepala biksuni Kuil Bulani yang terletak di Gunung Selatan pinggiran ibu kota sangat dihormati orang-orang. Dia juga berbudi luhur dan sering melakukan kebajikan. Kalau Master setuju, aku juga akan setujui permintaanmu.”“Baik! Terima kasih atas kebaikan Yang Mulia!”“Jangan berterima kasih terlalu cepat. Kalau Master nggak setuju, aku juga nggak akan kabulkan
Sebelumnya, meskipun hanya berlutut sesaat di ruang baca Kaisar, Syakia yang kehilangan terlalu banyak darah sontak merasa pusing begitu berdiri dan hendak pergi. Namun, dia berusaha untuk bertahan supaya tidak pingsan di hadapan Kaisar. Awalnya, Syakia berencana untuk beristirahat di kereta kuda. Tak disangka, begitu keluar dari ruang baca, pandangannya langsung gelap. Ketika mendengar Danu menyapa “Pangeran Adika”, dia pun menabrak seseorang.Pangeran Adika?Setelah dipapah seseorang, Syakia menggigit ujung lidahnya dengan kuat. Rasa sakit itu pun membuatnya jauh lebih sadar. Saat mendongak untuk melihat siapa yang memapahnya, tidak peduli seberapa tampan pun wajah dingin itu, jantungnya langsung berdebar cepat karena ketakutan.Dengan rambut perak yang khas, tidak ada seorang pun di Dinasti Minggara yang tidak mengenali pria ini. Dia adalah dewa perang Dinasti Minggana yang sudah membunuh banyak orang, juga pangeran pemangku raja saat ini, Adika Wiranto.“Pangeran Adika, maafkan ke
Keadaan di dalam hutan menjadi hening untuk sejenak. Kemudian, baru terdengar tawa mengejek yang rendah.“Yang kamu bilang benar. Aku memang nggak layak.” Adika memasang tampang dingin dan melanjutkan, “Tapi, kamu lebih nggak layak lagi. Kamu mau pakai informasi orang itu untuk paksa aku? Sayangnya, aku nggak akan masuk jebakanmu.”Seusai berbicara, Adika langsung mengangkat tangannya. Beberapa prajurit Pasukan Bendera Hitam pun segera muncul dan mengepung Laras.Laras sontak merasa terkejut. Firasat buruk juga mulai menyelimuti hatinya. “Mau apa kamu?”Adika menjawab dengan dingin, “Kamu seharusnya berterima kasih dengan baik pada Sahana. Kalau bukan demi dia, aku sudah penggal kepalamu dari awal.”Seusai berbicara, Adika berbalik dan memberi perintah, “Bawa dia pergi, lalu ikat dia dengan baik sebelum serahkan dia pada Bupati Nugraha. Suruh Bupati Nugraha awasi dia dengan baik. Selama dia nggak mati, terserah bagaimana Bupati Nugraha mau menghukumnya. Tapi, kalau orangnya sampai kabu
Orang yang muncul di luar kereta kuda tidak lain adalah Laras.“Pangeran Adika, aku nggak melakukan apa-apa terhadapmu. Buat apa kamu begitu mewaspadaiku?” tanya Laras sambil tersenyum tipis.Adika mengernyit dan berkata dengan tidak senang, “Kalau ada yang mau kamu katakan, cepat katakan. Kalau nggak, pergi sana.”Sikap Adika yang dingin ini benar-benar berbeda dari senyum yang ditunjukkannya secara refleks tadi.Laras pun mendengus dalam hati, ‘Ngapain kamu sok hebat? Sekarang, kamu memang perlakukan Kia dengan sangat berbeda dari wanita lain. Tapi, nggak ada yang bisa jamin keistimewaan seperti ini nggak akan kamu berikan kepada wanita lain. Gimanapun, semua pria di dunia ini sama saja.’Laras menekan kebencian dalam hatinya, lalu tersenyum lembut dan berkata, “Iya, aku tahu Pangeran nggak suka sama aku. Tapi, ada sebuah kesepakatan yang mau kubuat dengan Pangeran.”Meskipun Laras berkata seperti itu, Adika tetap tidak meliriknya. Adika hanya menjawab dengan nada yang sangat dingin
Adika bersandar di sisi Syakia dengan santai. Dia memejamkan matanya dan terlihat sangat menikmati pijatan Syakia. Dia pun menjawab semua pertanyaan itu dengan lugas, “Cukup, nggak terlalu kuat, nggak kejambak, masih sedikit sakit. Tapi, kepalaku nggak begitu sakit lagi karena dipijat Kia.”Syakia pun menghela napas lega setelah mendengarnya. Untungnya, dia masih ingat pengetahuan mengenai titik akupunktur di puncak kepala yang diajarkan Shanti kepadanya. Setelah menggabungkannya dengan beberapa teknik, pijatannya sepertinya benar-benar bermanfaat.Syakia yang mengira pijatannya benar-benar bermanfaat pun menatap puncak kepala Adika dengan serius dan fokus mempelajari tekniknya dan titik-titik akupunktur itu.Setelah sesaat, suasana di dalam kereta kuda sepertinya sudah sepenuhnya hening. Keheningannya mencapai titik di mana meskipun terdapat suara roda berputar di luar, napas lembut di dalam kereta kuda juga dapat terdengar.Syakia melirik Adika, lalu menyadari Adika sudah memejamkan
“Sakit kepala? Ada apa ini? Sakitnya datang dan pergi atau terus-menerus sangat sakit?”Setelah mendengar Adika berkata kepalanya sakit, Syakia tidak lagi peduli pada panggilan Adika yang terlalu mesra itu dan buru-buru menanyakan keadaannya.“Datang dan pergi, seperti ada banyak orang yang berbicara di dalam kepalaku. Ribut dan sakit sekali.”Adika menatap Syakia lekat-lekat. Saat ini, pria yang biasanya sangat gagah dan dapat diandalkan itu terlihat sangat rapuh. Dia bagaikan seekor serigala besar yang terluka dan hanya bisa melolong kepada manusia di depannya untuk menunjukkan betapa sakit dirinya.Syakia tidak pernah melihat sisi Adika yang selemah ini. Bahkan pada saat dia melihat penyakit Adika kambuh untuk yang pertama kalinya di tepi sungai, Adika juga masih tetap bisa mempertahankan sedikit kesadarannya. Sekarang, Adika sepertinya sepenuhnya menunjukkan sisi lemahnya setelah sakit kepadanya.Syakia pun mengelus kepalanya dengan khawatir, lalu memeriksa denyut nadinya. “Sakitny
Laras melirik Syakia dengan penuh keengganan untuk berpisah. Setelah itu, dia melirik Adika dan gadis di samping meja itu dengan agak dingin.‘Tambah satu lagi. Tapi, nggak masalah. Semuanya masih belum berakhir,’ gumam Laras dalam hati.Tidak lama setelah Jiwan pulang ke rumahnya, ada orang yang mengantarkan surat perjanjian penjualan diri Laras ke penginapan. Selain itu, ada juga selembar surat pemutusan hubungan selir yang terlihat cukup resmi.Setelah menerima kedua surat tersebut, Laras pun meninggalkan penginapan ini. Syakia menyuruh Hala untuk mengikutinya beberapa saat. Alasannya tidak lain adalah untuk mengawasinya.“Gimana?” tanya Syakia setelah Hala kembali.“Sepertinya, dia masih menyimpan sedikit uang. Dia beli sedikit makanan, lalu membungkusnya dan berjalan keluar dari tembok kota. Sepertinya, dia berencana untuk kembali ke ibu kota.”Kembali ke ibu kota ....Kalika berjarak sangat jauh dari ibu kota, apa Laras berencana untuk berjalan kaki pulang ke ibu kota? Selain itu
Kali ini, kata-kata yang sama itu diucapkan oleh Syakia. Dia menghentikan ayah dan anak Keluarga Pianda, lalu hendak bertanya, “Jadi, Laras dan putramu ....”“Habis pulang, aku akan langsung suruh orang antar kemari surat perjanjian penjualan diri Nona Laras. Aku juga akan suruh putraku untuk tulis surat pemutusan hubungan selir sebagai bukti!”Sejak dulu, hanya ada surat pemutusan hubungan istri, tetapi tidak ada surat pemutusan hubungan selir. Meskipun begitu, surat seperti itu juga harus ada hari inI!Jiwan juga sudah sepenuhnya ketakutan. Dia takut menyinggung kedua tokoh menakutkan ini lagi. Jika tidak, bukan hanya nyawa putranya yang akan melayang, tetapi seluruh Keluarga Pianda juga akan lenyap!Syakia mengangkat alisnya. Berhubung Jiwan sudah berkata seperti itu, tidak ada lagi yang perlu dikatakannya. “Antarkan secepat mungkin, jangan ulur waktu kami.”Setelah mendengar ucapan itu, Jiwan tahu bahwa bencana kali ini sudah benar-benar berakhir. Dia pun menghela napas lega dan be
Setelah menilai situasi saat ini, Wisnu pun bersyukur pilihannya tidak salah. ‘Ternyata Putri Suci memang suka bercocok tanam. Dengar-dengar, Putri Suci juga sedang belajar ilmu pengobatan. Semua ini adalah bentuk dari menolong sesama manusia. Putri Suci memang cantik dan baik hati sesuai reputasinya!’ puji Wisnu dalam hati. Dia tahu bahwa Syakia belajar ilmu pengobatan, tetapi tidak tahu bahwa Syakia juga belajar ilmu racun.Setelah memberikan hadiah, Wisnu langsung berpamitan dan langsung pergi. Dia sama sekali tidak melirik para pejabat yang berlutut di depan pintu dan tidak berhenti memberi isyarat mata padanya.Para pejabat itu hanya bisa saling memandang, lalu lanjut berlutut hingga kaki mereka terasa nyaris patah. Namun, tidak ada seorang pun yang berani berdiri.Ada orang yang hanya bergerak sedikit. Namun, ketika mendongak, mereka langsung bertemu pandang dengan tatapan Adika. Tatapan itu sangat mengintimidasi dan sama sekali tidak ada orang yang dapat menahannya. Oleh karena
Begitu mendengar ucapan itu, Jiwan Pianda buru-buru bangkit dan menerima setumpuk laporan keuangan itu. Kemudian, dia segera menyuruh orang untuk mempersiapkan segala sesuatu. Meskipun dia telah pergi, orang lainnya yang masih berlutut di depan pintu tetap tidak berani bergerak.“Kenapa mereka masih belum pergi?” tanya Syakia dengan bingung.Adika menjawab, “Karena mereka terlalu ribut, aku suruh mereka untuk berlutut di depan pintu. Habis aku selesaikan masalah ini, aku baru akan hadapi mereka.”Adika ingin memberi pelajaran kepada sekelompok orang ini supaya mereka mengerjakan tugas mereka dengan baik, bukan ikut campur dalam hal tidak penting seperti ini.Suara Adika tidak terlalu kuat atau kecil, tetapi terdengar oleh semua orang yang berada di depan pintu. Dalam sekejap, beberapa pejabat itu sontak gemetar ketakutan dan tidak berhenti berkeringat dingin. Jika tahu masalahnya akan menjadi seperti ini, mereka tidak akan tergiur oleh uang yang ditawarkan Jiwan dan setuju untuk datan
Setelah mendengar tidak perlu membuat surat perjanjian, Eira merasa agak sedih. Jika dia bisa membuat surat perjanjian menjual diri kepada Syakia, dia akan benar-benar menjadi orang milik Syakia. Kelak, ke mana pun Syakia pergi, dia juga boleh mengikutinya secara terang-terangan.Sayangnya, Syakia tidak membuat surat perjanjian. Eira mau tak mau menekan perasaan kecewanya. Namun, meskipun tidak ada surat perjanjian menjual diri, dia juga akan bekerja dengan baik. Suatu hari nanti, dia pasti bisa menjadi orang milik Syakia.Setelah berpikir begitu, Eira pun menyemangati diri, lalu mulai mengerjakan segala sesuatu yang bisa dikerjakannya di kamar Syakia. Dia adalah satu-satunya dayang Syakia. Dia yang harus bertanggung jawab atas semua pekerjaan di sekitar Syakia.Seusai beres-beres, Syakia pun turun dengan diekori seseorang.Pada saat ini, Adika sedang duduk di aula penginapan. Di meja di hadapannya, terdapat setumpuk laporan keuangan, sedangkan di depan pintu aula, berlutut sekelompok