Share

Bab 9

Author: Emilia Sebastian
“Nggak bisa!”

“Nggak mungkin!”

Itu hanyalah sebuah sumpah biasa. Awalnya, semua orang mengira Panji akan setuju. Tak disangka, Panji malah menolaknya. Anehnya, masih ada satu orang lagi yang juga ikut membantah.

“Ayu?” Abista menatap Ayu dengan heran.

Ekspresi Ayu langsung membeku. Setelah menyadari dirinya sudah kehilangan kendali atas sikapnya, dia buru-buru menenangkan diri dan memaksakan seulas senyum sambil berkata, “Bukan .... Umm, aku ... aku cuma merasa syarat yang diajukan Kak Syakia kurang baik. Gimana ... gimana kalau Kak Panji berubah pikiran kelak. Jadi, sebaiknya Kak Syakia pertimbangkan hal ini?”

Abista mengernyit karena merasa ucapan Ayu agak aneh. Kahar tidak menunjukkan reaksi apa pun, sedangkan Ranjana melirik Ayu dan Panji dengan ekspresi sulit ditebak. Satu-satunya orang yang sepenuhnya percaya pada kepolosan Ayu hanyalah Kama. Dia sama sekali tidak berpikir kejauhan.

“Sudahlah, Ayu. Aku tahu kamu khawatirkan Syakia. Tapi, aku merasa yang dikatakannya nggak salah.”

Kama mendengus, lalu melirik Panji dengan tatapan merendahkan. “Berhubung kamu merasa putri Keluarga Angkola nggak sepadan sama kamu, sebaiknya kita selesaikan masalah ini sampai tuntas. Bersumpahlah di hadapan ayahku dan semua tamu yang hadir. Kelak, meski Syakia minta nikah sama kamu, keluarga kami juga nggak akan mengizinkannya.”

“Kak Kama ....” Ayu merasa panik, tetapi Panji merasa jauh lebih panik darinya.

“Nggak bisa! Aku nggak akan bersumpah tentang hal seperti itu!” seru Panji sambil memelototi Syakia. Dia merasa Syakia pasti sudah menyadari perasaannya terhadap Ayu. Oleh karena itu, Syakia baru sengaja mengajukan syarat sekejam ini untuk menghalangi hubungannya dengan Ayu.

Cih! Meskipun begitu, Panji juga tidak akan membiarkan keinginan Syakia terwujud. Begitu memikirkan hal ini, keberanian yang kuat pun muncul dalam hatinya.

Panji menangkupkan tangannya lagi dan berkata pada Damar tanpa ragu, “Paman, selain batalkan pernikahan, aku masih punya permintaan lain. Harap Paman bisa mengabulkannya.”

“Permintaanmu banyak juga.”

Pada saat ini, Damar sudah mengetahui sesuatu dari reaksi Panji dan Ayu. Dia memicingkan matanya sambil mengetuk-ngetuk meja dengan jarinya tanpa berbicara.

Ike tahu bahwa kakaknya itu sudah sepenuhnya marah. Dia sangat ingin langsung menarik Panji turun dari panggung. Namun, seluruh hati Panji dipenuhi oleh Ayu. Mana mungkin dia bersedia mendengar nasihat ibunya?

Panji menepis tangan ibunya sekali lagi, lalu melanjutkan kata-katanya, “Aku mohon, Paman. Hanya ada seorang wanita yang ingin kunikahi dalam hidupku. Orang itu Ayu! Aku harap Paman setujui pembatalan pernikahanku dengan Syakia dan restui hubunganku dengan Ayu!”

Begitu mendengar ucapan Panji, ekspresi keempat putra Keluarga Angkola langsung berubah.

“Panji, bernyali sekali kamu!” seru Kama dengan marah.

Abista menegur dengan ekspresi muram, “Panji, kamu nggak bisa seenaknya menghina putri Keluarga Angkola!”

Bahkan Kahar dan Ranjana juga menunjukkan ekspresi tidak bersahabat.

Syakia merasa sikap mereka saat ini sangat menarik. Dia pun tersenyum sinis.

Kebetulan, Kama melihat Syakia yang tersenyum. Dia tidak menyangka Syakia masih bisa tersenyum di saat-saat seperti ini.

“Apa yang kamu tertawakan? Syakia, kamu itu putri Keluarga Angkola atau bukan sih? Lihat sikap tunanganmu itu. Dia sudah menindasmu sampai begini di depan umum, tapi kamu bukannya mengendalikannya!”

“Aku mana berani mengendalikannya? Kak Kama nggak dengar omongannya? Satu-satunya wanita yang mau dinikahi tunanganku itu cuma adikku yang baik. Sebenarnya, dia setia juga. Benar nggak, Ayu?” ujar Syakia sambil tersenyum. Dia sepertinya sama sekali tidak peduli dan malah terlihat terkesan.

Namun, ucapan Syakia malah membuat semua orang di lokasi berpikir ulang. Tamu-tamu yang hadir hari ini sudah sering menyaksikan intrik dalam keluarga pejabat. Hal seperti adik yang merayu kakak iparnya juga sering terjadi di ibu kota.

Jika benar-benar polos, seorang adik seharusnya menjaga jarak dengan calon kakak iparnya. Namun, semua orang dengan jelas melihat Ayu yang tidak berhenti mengobrol dengan gembira bersama Panji sebelum kedatangan Syakia.

Awalnya, orang-orang hanya menganggap Ayu dan Panji adalah saudara sepupu yang memiliki hubungan dekat. Setelah mendengar ucapan Panji dan Syakia sekarang, orang-orang mulai menatap Ayu dengan tatapan berbeda.

Ayu yang merasakan perubahan situasi pun menggertakkan gigi dengan kuat. Sialan! Kenapa wanita jalang ini menjadi begitu pintar? Dulu, Syakia sangat bodoh dan bisa dipermainkannya dengan mudah. Hari ini, wanita jalang itu jelas menjadi lebih sulit dihadapi. Apa ada orang pintar yang diam-diam memberi petunjuk pada Syakia?

Ayu menggigit bibirnya. Meskipun begitu, orang bodoh tetaplah bodoh. Selama ayah dan kakak-kakaknya membelanya, Syakia tidak akan pernah memiliki kesempatan untuk membalikkan situasi.

‘Di kehidupan sebelumnya, aku benar-benar bodoh!’ maki Syakia dalam hati setelah merasakan perubahan situasi.

Di kehidupan sebelumnya, Syakia tidak dapat menerima pukulan atas Panji yang membatalkan pernikahan di depan umum. Demi memenangkan kembali hati Panji, dia pun memohon pada Panji di hadapan semua tamu. Namun, yang didapatkannya hanyalah tatapan merendahkan dari Panji.

Panji berkata, “Aku ini orang yang adil dan jujur. Aku paling nggak suka sama orang yang selalu pakai trik kotor. Kamu sudah melanggar prinsipku dan nggak layak jadi istriku!”

Setelah itu, ucapan Panji langsung membuat Syakia menjadi lelucon di ibu kota dalam waktu semalam. Sekarang, dia sudah terlahir kembali dan membuat keputusan berbeda. Setelah berhenti memaksa untuk mendapatkan barang-barang yang bukan miliknya, dia baru menyadari bahwa semuanya ternyata sesederhana ini.

Panji berseru dengan ekspresi kelam, “Syakia, cukup! Hal ini nggak ada hubungannya sama Ayu! Aku yang mau batalkan pernikahan kita. Kalau nggak senang, langsung ngomong ke aku! Tapi, kalau kamu berharap aku berubah pikiran, aku bisa kasih tahu kamu ....”

Setelah berhenti sejenak, Panji menekankan kata-katanya dengan nada yang sangat merendahkan, “Jangan mimpi!”

“Plak!” Suara tamparan yang nyaring menggema di seluruh lokasi.

Semua orang memandang Syakia yang ada di atas panggung dengan terkejut. Bahkan kakak-kakaknya juga menyaksikan semua ini dengan ekspresi tidak percaya. Semua orang tahu betapa Syakia menyukai Panji.

Sejak kecil, Syakia selalu mengikuti Panji ke mana pun Panji pergi. Impiannya adalah ingin tumbuh besar dengan cepat, lalu menikahi Panji. Sekarang, Syakia malah tega menampar Panji?

“Syakia, apa kamu sudah gila! Atas dasar apa kamu menampar putraku!” seru Ike. Dia terlebih dahulu bereaksi dan hendak menampar Syakia.

Namun, Syakia malah menahan pergelangan tangannya.
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Chaira Nadiva
sangat bagus bikin penasaran
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 450

    “Emm, selain para petani, pekerjakan juga beberapa pengawal di setiap tempat. Setelahnya, kalau masih ada yang berani datang untuk menghancurkan ladang obat seperti sebelumnya, nggak peduli siapa pun itu, langsung tangkap mereka dan kirim mereka ke pengadilan.”“Baik. Nona tenang saja. Aku sudah pilih kelompok orang pertama. Mereka semua akan segera ditugaskan.”Efisiensi kerja Yanto sangat baik.Setelah mendengar semua laporan dari Yanto, Syakia berpura-pura masuk ke dapurnya, lalu menjinjing keluar sebuah ember.“Ember ini berisi cairan obat yang kuracik. Setelah diencerkan, siramlah ke semua ladang obat. Obat ini bisa meningkatkan peluang hidup dan khasiat obat herbal.”Setengah dari isi ember kayu itu adalah air spiritual dari sungai dalam ruang giok. Demi menyembunyikan jejaknya, Syakia sengaja meracik cairan obat yang dapat menjaga kesegaran tanaman. Setelah mencampurkannya dengan air spiritual, warnanya pun berubah menjadi hijau tua dan sama sekali tidak terlihat mencurigakan.“

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 449

    “Ucapanmu benar-benar nggak masuk akal!” Abista menatap Ranjana dengan tidak percaya. “Apanya yang memperlakukanmu layaknya orang normal? Siapa di antara kami yang nggak memperlakukanmu layaknya orang normal?”“Lagian, kalau Syakia memang merasa risih padamu, mana mungkin dia menjagamu selama itu? Meski dia nggak berjasa, dia juga sudah banyak berkorban! Tapi, semua itu tetap nggak bisa menukar sedikit pun perasaan darimu?”“Sudah kubilang, aku nggak membencinya. Tapi, cuma sebatas itu. Itu juga karena aku menghargai usahanya merawatku selama ini,” ujar Ranjana dengan acuh tak acuh. Nadanya terdengar bagaikan sedang memberi belas kasihan.Abista tidak dapat mendengarnya lagi. “Kamu benar-benar ... benar-benar nggak tertolong lagi!”Berhubung sangat marah, Abista langsung mengibaskan lengan pakaiannya dan langsung pergi.“Kak, obatmu ...,” seru Ranjana.Sayangnya, Abista sudah berjalan keluar dengan cepat dan meninggalkan area tempat tinggal Ranjana tanpa menoleh lagi.Ranjana memegang

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 448

    Ranjana menjawab dengan acuh tak acuh, “Aku cuma nggak taruh perasaan apa pun padanya. Memangnya ada peraturan di keluarga ini yang mengharuskan bahwa sesama saudara harus punya perasaan yang mendalam?”Tentu saja tidak ada peraturan seperti itu. Namun, sikap Ranjana terhadap Syakia dulu tidak begini. Abista yang merasa ada kesalahpahaman di antara mereka pun hendak mengorek masalahnya.Abista lanjut bertanya, “Apa ada yang dilakukan Syakia? Atau ada rumor apa yang kamu dengar?”Ranjana yang merasa agak kesal menghentikan gerakan tangannya lagi.“Baiklah, berhubung Kakak bersikeras mau tahu, aku akan memberitahumu. Tapi, aku cuma akan mengatakannya sekali. Kelak, jangan pernah ungkit hal ini lagi di depanku.”“Oke, katakanlah,” jawab Abista sambil mengangguk.Ranjana berujar dengan tenang, “Dulu, sikapku terhadap Syakia memang nggak begini. Gimanapun, waktu itu, aku sering sakit dan dia yang selalu menjagaku. Secara logika, hubungan di antara kami seharusnya lumayan bagus. Sayangnya, a

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 447

    Ranjana mendongak dan meliriknya sejenak sebelum menjawab, “Iya, Ayu memberikannya padaku 2 hari lalu.”Kemudian, Ranjana menyadari sesuatu dan bertanya sambil menatap Abista, “Ayu juga memberikannya pada Kakak?”Abista mengangguk dan tidak mengatakan apa-apa lagi.Setelah menyadari sikap dingin Abista terhadap Ayu, Ranjana pun bertanya, “Kak, Ayu memang sudah melakukan kesalahan. Tapi, dia sudah menyadari kesalahannya.”Abista memandang pot bunga itu sambil menjawab dengan acuh tak acuh, “Mungkin saja.”“Bukan mungkin, tapi benar.”Ranjana menghentikan gerakannya dan lanjut berkata, “Kak, Ayu pada dasarnya sangat polos. Apalagi, dia juga tumbuh besar di luar. Wajar saja dia berbuat salah. Bukankah yang penting dia menyesal dan mengoreksi diri? Buat apa Kakak permasalahkan hal itu dengannya?”“Polos?” Setelah mendengar ucapan itu, Abista menoleh dan bertemu pandang dengan Ranjana. “Ranjana, kamu benar-benar merasa Ayu polos?” tanya Abista sambil menatap mata Ranjana lekat-lekat.Ranja

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 446

    Setelah melihat pemikiran Ayu akhirnya terbuka juga, Damar baru mengangguk pelan. “Emm. Lakukanlah sesuai perintahku. Untuk sementara, jangan cari masalah dengan Syakia lagi. Ketika waktunya sudah tepat, apa kamu masih perlu takut nggak bisa balaskan dendammu?”“Emm! Ayah, terima kasih atas bimbinganmu!”“Ranjana, bantulah adikmu dengan baik. Kuserahkan hal ini pada kalian. Ini kesempatan terakhir kalian. Kalau kalian membuat masalah lagi, jangan salahkan aku bertindak kejam.”“Baik, Ayah!”...Setelah meninggalkan tempat tinggal Ayu, Ranjana berjalan kembali ke tempat tinggalnya sambil berpikir. Tepat pada saat ini ....“Duk!”“Hk!”“Sakit sekali!”Ranjana menabrak seseorang, lalu tubuhnya yang lemah langsung jatuh ke belakang. Untungnya, jatuhnya ini tidak serius. Begitu mendongak, dia melihat orang yang ditabraknya ternyata adalah Abista.“Kak Abista? Kamu nggak apa-apa, ‘kan? Tadi, aku lagi mikirin sesuatu, jadinya nggak perhatikan jalan.”Ranjana bangkit dari lantai, lalu mengulur

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 445

    “Mana mungkin!” Ranjana masih tidak percaya.Damar langsung berkata dengan kesal, “Kalau nggak percaya, pergi sendiri ke Paviliun Awana. Sekarang, ladang-ladang obat itu sudah ditanam lagi dengan berbagai macam obat herbal.”Ekspresi Ranjana langsung menjadi sangat suram. Dia awalnya mengira dirinya sudah berhasil membalikkan sedikit situasinya dalam perihal ladang obat. Tak disangka, dia masih tetap kalah. Apa Syakia juga memiliki kitab racun Raja Racun Tabib Hantu?Ekspresi Ayu juga sama jeleknya dan mengumpat dalam hati, ‘Kenapa si penyakitan ini tetap begitu nggak berguna?’Sebelumnya, demi membuat Ayu gembira, Kahar sudah menceritakan apa yang dikatakan Ranjana padanya kepada Ayu. Namun, apa gunanya Ranjana begitu percaya diri dan mengatakan bahwa selain Raja Racun Tabib Hantu sendiri yang menawarkan racun itu, tidak akan ada orang yang bisa menyelamatkan ladang obat Syakia? Bukankah Syakia berhasil menyelesaikan masalah ini dengan mudah? Apa mungkin benar-benar ada Raja Racun Ta

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 444

    Selain itu, Syakia juga membeli beberapa ladang.Setelah membacanya, Ranjana menatap Damar dengan bingung. “Ayah, buat apa Syakia beli begitu banyak benih dan bibit obat herbal? Bukankah dia sudah menanami seluruh lahan di Paviliun Awana dengan obat herbal? Kenapa dia masih lanjut menanam?”Damar mencibir, “Kalian masih belum mengerti? Otak kalian memang nggak seencer otak Syakia. Pantas saja kalian selalu kalah darinya.”Kemudian, Damar lanjut menjelaskan dengan acuh tak acuh, “Dengan status dan reputasi Syakia sekarang, posisinya sebagai putri suci mungkin bisa dipertahankan dan berkembang pesat dengan mengandalkan sedikit keberuntungan dan kebetulan.”“Namun, itu nggak akan bisa bertahan lama. Bagaimanapun, dia bukan benar-benar punya kemampuan luar biasa. Jadi, dia harus cari cara untuk pertahankan reputasinya sebagai putri suci.”“Dinilai dari beberapa tindakannya sebelumnya, Syakia jelas memilih jalur pengobatan dan ingin dikenal sebagai putri suci yang menyelamatkan dunia dengan

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 443

    Dalam sekejap, Ranjana langsung berkeringat dingin. Namun, dia juga merasa lega. Setidaknya, Ayu tidak kenapa-napa.Ranjana menoleh ke arah Damar, lalu memaksakan seulas senyum dan berkata, “Ayah, maaf. Tadi, aku mencium bau darah dan langsung panik, makanya aku salah bicara.”“Kamu bukan salah bicara, melainkan mengucapkan kata dari hati,” dengus Damar.Jangan kira Damar tidak tahu bahwa di antara keempat putranya, putranya yang sakit-sakitan ini adalah orang yang paling tidak berperasaan. Ranjana tidak menaruh banyak perasaan pada saudara-saudaranya, bahkan ayahnya sendiri. Hanya saja, setelah Damar membawa pulang putri bungsunya itu, Ranjana malah sangat perhatian padanya.Namun, Damar juga tidak peduli. Baginya, putranya yang lemah itu sama sekali tidak berguna. Di matanya, hanya ada satu orang yang layak menjadi penerusnya. Dia sudah cukup puas apabila ketiga putranya yang lain bisa menjaga sikap mereka.Damar berjalan melewati Ranjana, lalu duduk di kursi. Kemudian, dia menyuruh

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 442

    Berhubung masalah ini sudah melibatkan Ayu, Damar yang awalnya tidak berencana untuk peduli akhirnya membawa sejumlah uang ke kantor pemerintahan gubernur. Siapa sangka, setelah tiba di sana dan hasil perhitungannya keluar, total harga barang curian Wandi mencapai lebih dari 10 ribu tael.“Apa saja sebenarnya barang yang dicuri bajingan itu? Kenapa hasil perhitungannya begitu banyak?”Sigra melirik Damar dengan ekspresi campur aduk. Tatapan itu langsung membuat hati Damar diliputi firasat buruk.Sesuai dugaan, Sigra menjawab, “Orang ini namanya Wandi Wijaya. Sebelumnya, putri bungsumu mengaturnya untuk jadi pengelola Menara Phoenix. Belakangan ini, pemilik Menara Phoenix sudah berubah. Pemilik baru menemukan bahwa orang ini punya karakter buruk, juga bertangan panjang. Makanya, dia langsung dipecat.”“Siapa sangka, Wandi memanfaatkan ketidakhadiran pemiliknya dan bersikeras tinggal di Menara Phoenix dengan mengandalkan statusnya sebagai kerabat jauh keluarga kalian. Dia bahkan mencuri

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status