Beranda / Romansa / Pembalasan Istri Kampungan / Kemesraan yang Memuakkan

Share

Kemesraan yang Memuakkan

Penulis: Amarta Bleue
last update Terakhir Diperbarui: 2023-02-24 12:56:28

"Sudah puas kau, Nara!"

Plakk!

Nara seketika terkejut, di saat Bella tiba-tiba hadir di hadapannya. Ia pikir wanita itu sudah pergi meninggalkan tempat ini, tetapi nyatanya tidak. Kini Bella malah menemukan tempat persembunyiannya dari kejaran para wartawan, dan berdiri di hadapannya dengan tatapan yang berapi-api.

"Apa-apaan ini? Kenapa kau menamparku?" tanya Nara sambil memegangi salah satu pipinya yang terasa panas.

"Kau bertanya, Nara? Kau pikir aku akan diam saja setelah kau mempermalukanku di depan para wartawan? Hah?" ujar Bella dengan tatapan yang kian menusuk tajam ke arah Nara. Langkahnya semakin maju, hingga membuat Nara semakin terpojokkan.

"Kau ini aneh, Bella! Seharusnya kau berterima kasih kepadaku, karena aku sudah membongkar semua kebusukan suami barumu di awal seperti ini! Bukan malah berbalik menyerangku, seolah-olah aku penjahatnya di sini!"

Tangan Nara bergerak hendak mendorong bahu wanita itu, tetapi sayangnya Bella malah menarik terlebih dahulu rambutnya. Gerakan wanita itu terlalu cepat dan brutal, hingga membuat tubuhnya terus terhuyung ke belakang dan ke samping dengan rasa sakit di kepala yang tak bisa dielakkannya lagi.

"Kau pikir aku peduli itu, Nara? Tidak! Aku tidak peduli! Yang hanya aku pedulikan adalah karirku! Kau telah merusaknya! Lagi pula Evan seperti itu hanya padamu! Bukan aku! Dia sangat mencintaiku, dan aku yakin dia tidak akan seperti itu padaku!" geram Bella yang semakin menyerang Nara secara membabi-buta.

Nara berusaha sekuat mungkin mengumpulkan tenaganya untuk terlepas dari jeratan Bella, hingga akhirnya setelah sekian lama berusaha ia berhasil mendorong wanita itu menjauh. Dengan cepat Nara membalikkan keadaan, hingga kini Bella berada di posisi terpojok persis seperti posisinya tadi.

"Mata kau ini telah dibutakan oleh cinta, Bella! Mas Evan itu telah membohongimu! Dia menikahimu, dengan uang hasil menggadaikan rumah tempat tinggalku! Dia tidak sekaya yang kau kira!" hantak Nara berusaha menyadarkan.

Namun sayangnya, Bella malah menggeleng dengan ekspresi senyum yang entah berarti apa. Kedua alis Nara sampai menekuk hampir menyatu, hingga akhirnya tiba-tiba saja ia merasa sebuah tarikan yang amat kuat dari belakang tubuhnya yang seketika membuat dirinya terjatuh.

"Kau pikir Bella baru mengetahui hal ini, Nara?" ucap seseorang yang seketika membuat kedua netra Nara terbelalak.

Untuk sesaat Nara tak bisa berkata apa-apa, sampai akhirnya ia menatap ke arah Bella dan Evan secara bergantian. Senyum miring kedua pasangan yang baru menikah itu terlihat begitu penuh arti, hingga kedua tangannya pun seketika terkepal dengan erat seiring dengan napas yang semakin memberat.

"Sial! Jadi selama ini kalian berdua telah bekerja sama untuk menghancurkan hidupku?" tebak Nara dengan begitu terkejut sekaligus kecewa.

"Hmm, mungkin lebih tepatnya bukan untuk menghancurkan hidupmu, Nara. Tetapi kami hanya memanfaatkanmu saja," jawab Bella dengan nada manjanya, sambil merentangkan kedua tangannya hendak memeluk Evan.

Bella dan Evan berpelukan tepat di hadapan Nara yang masih belum bisa berdiri dari tempat awalnya terjatuh. Kedua insan itu seolah tak tahu malu, bahkan mereka tidak segan untuk saling menyentuh dan mengecup mesra di hadapan kedua netra hitam Nara.

"Ahh, Bella. Kau ini memang benar-benar memabukkan untukku, Sayang!" desah Evan disela-sela kecupannya.

"Terima kasih, Sayang. Kalau dibandingkan dengan mantan istrimu, mana yang lebih memabukkan, Mas?" tanya Bella dengan melirik sinis ke arah Nara.

Nara berdecak, sambil mengalihkan pandangannya ke arah lain. Ia begitu jijik dengan aktivitas dua manusia yang ada di hadapannya, hingga kini dirinya hanya bisa mengepalkan erat kedua tangannya sambil berusaha mencoba menahan segala rasa pedih dan sesak di hati.

"Mantan istriku? Maksudmu perempuan kampungan ini, Sayang?" tanya Evan, dengan menunjuk lurus ke arah Nara. "Kalau itu jawabannya sih sudah pasti kamu, Sayang. Untuk melihat tubuhnya saja aku sudah jijik, apalagi menyentuhnya? Hanya ada tubuhmu yang menjadi canduku!"

Lagi dan lagi Evan menghujam belati yang amat tajam ke arah mantan istrinya sendiri. Nara tak menyangka, jika ternyata hal itu adalah alasan selama ini Evan tak pernah menyentuh dan menjadi dirinya sebagai seorang istri yang seutuhnya. Dirinya benar-benar sudah dibohongi dari awal dengan begitu mulus, hingga ia merasa tak curiga sedikit pun.

"Kau benar-benar pria yang sangat jahat, Mas!" ucap Nara sambil berusaha untuk berdiri.

Ingin rasanya menangis, tetapi sayangnya Nara tak mau memperlihatkan hal itu di hadapan Evan dan Bella.

"Huh! Tanganmu terlalu nakal, Sayang. Sabarlah sebentar, ini bukanlah waktu dan tempat yang tepat untuk hal yang seperti ini," desah Bella kembali yang membuat Nara semakin merasa muak.

Nara melihat dengan mata kepalanya sendiri, ketika tangan-tangan kekar suaminya itu bergerak dengan begitu lembut di atas permukaan pakaian Bella. Di mana hal itu membuat hatinya semakin nyeri tak tertahankan.

"Aku harap kau dan istrimu bisa segera mendapatkan karma yang setimpal, Mas! Ingat! Sampai kapan pun aku tidak akan pernah rela diperlakukan seperti ini!" ujar Nara yang langsung beranjak pergi.

Nara berlari sekencang mungkin, guna menghindari kejaran Evan dan Bella di belakangnya. Ia terus mencari tempat teraman, sambil mencoba menemukan keberadaan mobil Dimas. Namun sayangnya, sampai detik ini kedua netranya tak kunjung menemui keberadaan mobil tersebut. Nara begitu bingung, hingga akhirnya terpaksa bersembunyi di belakang sebuah gedung kosong yang terdapat tak jauh dari tempatnya dengan napas yang tersengal.

"Nara! Ayo, cepatlah keluar dari tempat persembunyianmu! Aku tahu kau di sini! Pembicaraan kita belum selesai, Nara! Kau harus menarik semua pengakuanmu di hadapan media! Kau harus membersihkan namaku dan juga Bella terlebih dahulu, Nara!"

"Iya benar, Nara! Kau harus tanggung jawab! Karenamu, aku jadi sangat malu! Cepat keluarlah!" timpal Bella tak kalah kesal.

Nara terdiam di tempat persembunyiannya. Ia berusaha membekap mulutnya sendiri, agar tak ada sepatah kata apa pun yang keluar dari mulutnya. Bulir-bulir keringatnya sudah semakin bercucuran dengan deras, seiring dengan terdengarnya langkah dua orang yang semakin mendekat.

"Ayolah, Nara! Jangan semakin mempersulit keadaan, sebelum kesabaranku dan Bella habis! Kau cukup menuruti perintah kami saja, lalu kau bisa kembali hidup tenang di luar sana!" ujar Evan kembali, dengan netra yang memandang tajam ke arah sekelilingnya.

Tak hanya Evan, Bella yang di belakangnya juga terus mencari keberadaan Nara. Tak ada satu pun bagian yang mereka berdua lewatkan, hingga membuat detak jantung Nara semakin berbunyi kencang tak karuan. Nara begitu panik, sambil meremas kencang bajunya sendiri. Hingga akhirnya ia pun terpaksa menahan napasnya, sembari merambat perlahan ke arah sebuah anak tangga yang ada di sisinya.

"Awh!"

"Itu dia, Mas!"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pembalasan Istri Kampungan   Berdamai Dengan Kenyataan

    "Nara? Hey? Bangun, Sayang! Tolong bangun!"Sayup-sayup suara terdengar, membuat Nara perlahan membuka kedua netranya. Dengan menahan rasa sakit di sekujur tubuh, Nara langsung melihat sekeliling. Dahinya mengernyit kala menyadari sekitarnya yang terbalik, hingga setelahnya mendapati seutas senyum tulus dari seseorang yang sama sekali tak disangkanya."Mas? Mas, aku ... Awhh!""Sabar, Sayang! Tolong berikan Melody dulu," ucap Dimas pelan, seraya mengulurkan kedua tangannya.Dengan situasi yang masih terhimpit, Nara pun berusaha menyerahkan Melody yang tengah menangis pada sang suami. Dirinya berusaha tenang, meski saat ini ia melihat Evan yang masih belum tersadar dengan beberapa bercak kemerahan di dahinya.Mobil yang ditumpangi Nara memang sempat terpelanting cukup jauh. Mobil itu rusak berat dalam kondisi yang terbalik, setelah Evan sempat dengan cepat memutar setir kendaraan di saat Bella berusaha menabraknya.Ah, iya. Mengingat Bella, bagaimana keadaan wanita itu sekarang? Nara t

  • Pembalasan Istri Kampungan   Berpacu Dengan Waktu

    Keesokan harinya berita tentang pembunuhan Haris pun kian tersebar meluas ke seluruh penjuru setiap kota. Beberapa stasiun televisi dan media cetak pun tak luput menyorotinya, terlebih sebuah nama yang ikut terseret dalam kasus pembunuhan pengusaha kaya raya itu adalah seorang mantan artis papan atas yang telah dinikahi oleh pemilik rumah produksi terkenal yang kini sedang berada di ambang kebangkrutan.Anara Aditya, nama itulah yang kini menjadi puncak pembicaraan seluruh orang. Kini wanita itu telah menjadi buronan polisi, terlebih setelah Bella mengungkapkan berbagai keterangan mengejutkan yang sangat menghebohkan publik.Ada yang yang percaya begitu saja dengan mudah, dan ada juga yang sama sekali tak menyangka. Sama halnya dengan apa yang dirasakan oleh Dimas saat ini. Pria itu semakin memijat pelipisnya yang terasa sangat pusing, seraya terus berusaha melacak keberadaan sang istri dengan secepat mungkin."Bagaimana? Apa kau telah mendapatkan kabar tentang keberadaannya?" tanya D

  • Pembalasan Istri Kampungan   Jadi, Sekarang Aku Harus Apa?

    Suara mobil polisi langsung berbunyi setelahnya. Di mana hal tersebut tentu membuat Nara dan Bu Inah menoleh panik. Rasanya percakapan mereka tak bisa diteruskan lagi, sehingga dengan cepat Evan segera memutar dan menyuruh ketiga perempuan berbeda generasi itu untuk masuk ke dalam mobilnya."Baiklah, kita jalan sekarang!"Tak ada lagi perdebatan, Bu Inah dan Nara pun akhirnya duduk terdiam bersisian. Saat ini yang terpenting memang hanyalah kabur sejauh mungkin. Nara tentu tak mungkin menyerah begitu saja, karena pasti Bella akan membuatnya terlihat bersalah di hadapan seluruh orang dengan seluruh upaya yang dilakukannya."Maaf karena telah membuat kalian berdua seperti ini," lirih Nara pelan, tepat setelah menidurkan Melody di dekapannya.Dengan mencoba menahan tangisnya, Nara mengeratkan pelukannya pada sang buah hati. Bibirnya bergetar, menahan semua rasa pening dan sakit. Sehingga membuat Bu Inah yang melihatnya pun tak tega, dan segera langsung memeluk dan menenangkannya."Tidak

  • Pembalasan Istri Kampungan   Pamit

    Bella tersenyum sekilas sebelum akhirnya berlari dan berteriak seolah mencari pertolongan. Sementara Nara, wanita itu masih terdiam dengan ekspresi syok yang tak dapat ditahannya lagi. Seluruh tubuhnya benar-benar membeku, melihat Haris tergeletak tak berdaya di hadapannya dengan cairan kental kemerahan yang mengalir dengan deras dari belakang tengkuknya."Tidak! Apa yang harus aku lakukan?!"Nara berteriak dengan sekujur tubuh yang bergetar ketakutan. Sungguh, sebenarnya ia ingin segera pergi dari tempat ini. Namun di sisi lain, dirinya juga tak tega meninggalkan Haris begitu saja sebelum benar-benar memastikan pria itu telah ditangani oleh tangan yang tepat."Stop! Jangan sentuh dia! Sebaiknya kau sekarang segera pergi dari tempat ini, Nara!"Nara terperanjat, kala mendengar suara Evan yang tergesa-gesa dan mendapatkan tarikan dari pria itu. Entah sejak kapan mantan suaminya tersebut ada di tempat ini, dirinya tak tahu. Yang jelas saat ini Evan sama sekali tak memberikannya jeda wak

  • Pembalasan Istri Kampungan   Dia Ingin Membunuhku!

    Dengan langkah tergesa-gesa, Nara langsung mengecek satu persatu semua nomor pintu kamar hotel yang telah dilewatinya. Ia sungguh tak sabar ingin segera bertemu dengan sang suami, apalagi tadi di telepon Bella sempat menangis sesenggukan tanpa menjelaskan sebab."Kamar 207! Tidak salah lagi ini pasti tempatnya!" Nara bergumam pelan, sambil melihat ke arah celah pintu yang tak tertutup rapat tersebut. Dirinya merasa sangat penasaran, tetapi ragu ingin masuk begitu saja atau tidak. Biar bagaimanapun Nara bukanlah wanita yang polos, ia tahu hal apa saja yang biasa dilakukan jika seorang wanita dan pria berada di dalam kamar hotel yang sama. Terlebih tadi, Bella sempat mengabarkan bahwa suaminya itu dalam keadaan yang mabuk berat."Tidak! Aku harus percaya dengan Mas Dimas!" gumam wanita itu berusaha membuyarkan pikiran buruknya.Dengan menarik napas terlebih dahulu, Nara pun akhirnya mengetuk pintu. Ia berusaha mempersiapkan mental sebelum mengetahui apa pun yang tengah terjadi di dalam

  • Pembalasan Istri Kampungan   Di Mana Kamu, Mas?

    Sementara itu di sebuah hotel di pusat kota, terdapat seorang pria yang tengah tertidur dengan pulas di atas sebuah ranjang besar dengan pakaiannya yang terlihat sedikit acak-acakan. Seorang wanita yang baru saja membawanya ke tempat ini terlihat tersenyum penuh kemenangan, hingga akhirnya tatapannya pada pria itu teralihkan berkat panggilan masuk dari seseorang."Bagaimana?" tanya seseorang dari sambungan telepon."Semuanya berjalan sesuai rencana! Tapi, aku masih kesal denganmu! Kenapa sangat mendadak seperti ini sih? Karenamu aku jadi tidak mempunyai persiapan yang lebih, sehingga aku hanya memasukkan obat tidur saja dalam minumannya!"Wanita itu berdecak kesal, karena perintah mendadak yang ditujukan padanya. Andai saja lawan bicara teleponnya ini mengutarakan rencananya dari jauh-jauh hari, sudah pasti dirinya memasukkan obat lain yang akan membuat malamnya detik ini menjadi lebih panas dan menyenangkan."Hahaha! Itu semua salahmu yang tidak cekatan!" ejek sosok lelaki itu dari

  • Pembalasan Istri Kampungan   Rumit

    "Tunggu!"Nara berteriak, mencegah kepergian Bi Inah. Dengan tergesa-gesa, ia langsung menahan salah satu tangan perempuan paruh baya tersebut seraya menatapnya dengan penuh harap."Tidak bisakah semua ini dibicarakan secara baik-baik terlebih dahulu, Mas? Biar bagaimanapun kita harus selesai masalah ini dengan kepala dingin, bukan seperti di saat situasi tegang dan kacau seperti ini!" pintanya dengan pandangan yang mulai berkaca-kaca.Masih dengan adanya Melody di dekapannya, Nara melangkah menghampiri sang suami. Ia berharap agar Dimas bisa merubah keputusannya, atau setidaknya pria itu mau memberikan kelonggaran waktu sebelum benar-benar mengusir Bi Inah dari tempat ini.Walau sebenarnya Nara tahu bahwa sekarang suaminya sedang sangat hancur dan terkejut dengan semua kenyataan ini, akan tetapi tetap saja dirinya tidak mau membiarkan semua masalah ini semakin memburuk. Menurutnya semua itu masih bisa dibicarakan dengan baik-baik, meskipun pastinya sangat sulit sekali mengalahkan ego

  • Pembalasan Istri Kampungan   Anda Bukan Ibu Saya!

    "Apa maksudmu? Kenapa Bi Inah bisa akan tahu itu? Jangan sembarang asal tuduh Darren!"Dimas tiba-tiba muncul dari balik pintu dengan tatapan tajamnya yang penuh menyelidik. Langkahnya yang perlahan pasti mendekat, kian membuat nyali perempuan paruh baya yang sudah lama mengabdikan dirinya pada keluarga besar itu pun semakin menciut. Bi Inah sekarang hanya bisa menunduk dalam, tanpa bisa berkata-kata atau pun membela dirinya sendiri."Aku? Asal tuduh?" ucap Darren tak terima."Ya! Kau jelas mengada-ngada! Mana mungkin orang seperti Bi Inah tahu tentang perusahaan ayahku yang telah direbut oleh orang tuamu!"Darren tersenyum miring setelahnya. Ia mengamati sesaat wajah Bi Inah yang semakin terlihat ketar-ketir, dan kembali memusatkan perhatiannya pada sang saudara sepupu."Lebih baik kau sekarang pulang, Darren! Kedatanganmu sangat mengganggu rumah ini! Apalagi sekarang sudah ada Melody yang sangat sensitif dengan suara keributan!" tegas Dimas tepat di hadapan wajah Darren yang bergemi

  • Pembalasan Istri Kampungan   Jangan Mengancamku, Anak Muda!

    "Ada apa, Sayang? Apa yang telah mengganggu pikiranmu?" Dimas akhirnya bertanya seraya mendekap pelan tubuh sang istri dari belakang. Selama di perjalanan pulang tadi, ia memang sempat memperhatikan istrinya yang terus terdiam dan seperti tengah memikirkan sesuatu. Namun sayang yang didapatkannya saat ini hanyalah sebuah gelengan singkat, dan usapan lembut di lengannya.Dalam kepala cantiknya, Nara memang masih terbayang-bayang dengan ucapan Evan dan Bella. Dirinya berpikir, apakah benar ia hanya memanfaatkan suaminya saja? Apakah dirinya memang sejahat itu? Lalu, bagaimana jika suatu saat nanti suaminya yang sangat baik padanya ini akan berpaling pada wanita lain yang jauh lebih baik darinya? Entah kenapa Nara semakin merasa tak percaya diri, seiiring dengan bayang-bayang ucapan Bella dan Evan yang terus menggema di telinganya."Sayang? Apa yang telah aku tidak ketahui?" tanya Dimas sekali lagi, seraya mencuri sebuah kecupan singkat di bibir merah menggo

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status