Share

Ini Baru Permulaan, Mas!

"Di mana ini?"

Sebuah pertanyaan itu terlontar dari bibir Nara, ketika kendaraan mewah milik Dimas sampai pada suatu tempat yang sangat asing di matanya. Ada beberapa logo stasiun TV yang terpajang pada beberapa mobil di hadapannya, dan juga ada sebuah kerumunan besar yang menimbulkan rasa ingin tahunya.

"Apa kamu sudah membawa seluruh surat-suratnya?" tanya Dimas yang malah melontarkan pertanyaan lain.

Nara mengangguk, hingga membuat rambut hitam indahnya bergerak menutupi sebagian wajahnya. Dimas yang melihatnya pun langsung refleks membenarkan tatanan rambut itu, sampai seketika pandangannya kembali bertemu.

"Cantik," gumam pria itu tanpa sadar, tepat di hadapan Nara. Satu sudut bibirnya terangkat, hingga kembali menampilkan sebuah lesung pipi kecil di pipi kanannya.

Untuk sesaat Dimas terlihat mengagumi kecantikan Nara. Bulu mata lentik alami, bibir merah merona, sungguh membuat fokusnya teralihkan. Dimas memperhatikan lama wajah Nara yang kini telah berbalut polesan makeup tipis, hingga membuat hatinya sedikit bergetar.

"Apa, Mas?"

"Ah, tidak. Aku hanya mengagumi perubahan tampilanmu saja. Sekarang kamu bisa turun dan lihat apa yang telah terjadi di sana," ucap Dimas yang langsung menjauh, dan kembali menyandarkan diri pada sandaran kursi kemudinya.

Nara yang masih belum mengerti pun akhirnya turun dari mobil tersebut. Ia nampak ragu melajukan langkahnya ke arah sana, sampai dirinya melihat sebuah anggukan meyakinkan dari pria yang telah menolong hidupnya itu.

"Mas Evan dan Mbak Bella! Apa tanggapan kalian dengan acara pernikahan kalian berdua yang hampir saja dirusak oleh seorang perempuan? Apa kalian berdua mengenal perempuan itu?" tanya salah satu wartawan berita, yang seketika membuat Nara menghentikan langkahnya.

"Seperti yang sudah kubilang kemarin, dia hanyalah perempuan kampungan yang mengaku-ngaku sebagai istriku," jawab Evan singkat sambil mengecup punggung tangan istri barunya dengan begitu mesra.

Suasana riuh para wartawan pun kini mulai terdengar mengitari indera pendengaran Nara. Di mana hal itu kian membuat hatinya sakit sekaligus panas, karena Evan nampak semakin bahagia di sisi istri barunya. Pria yang sempat dicintainya dengan sepenuh hati itu terlihat tak mempunyai beban hidup apa pun, di mana hal tersebut sangat bertolak belakang dengan kehidupannya kini.

"Jadi perempuan itu memang benar hanya mengaku-ngaku saja? Lalu, apa penyebabnya? Kenapa dia bisa nekat mengakui Mas Evan sebagai suaminya? Apa sebelumnya dia tidak tahu kalau Mbak Bella sudah lama menjalin hubungan pacaran dengan Mas Evan? Apa perempuan itu memang sengaja ingin mencari ketenaran dari nama Mbak Bella sebagai artis baru, agar dirinya bisa disorot oleh berbagai media?"

"Ya, mungkin bisa jadi seperti itu. Saya tidak tahu alasan lebih jelasnya karena apa, yang terpenting semua yang diakuinya itu tidak benar. Suami saya sama sekali belum pernah menikah dengan siapa pun, kecuali dengan saya send—"

"Bohong!" hentak Nara yang tiba-tiba mengambil alih atensi.

Perempuan itu akhirnya maju melangkah, dan berdiri tepat di sisi Bella yang nampak belum mengenali dirinya. Nara sudah terlalu letih terus disakiti, hingga kini ia memutuskan untuk melawan ketidakadilan ini.

"Evan memang pernah menikah sebelumnya!" tekan Nara sekali lagi, dengan membalas tatapan tajam Evan tanpa takut.

Pembawaan Nara terlihat lebih santai dan tak menggebu-gebu, tetapi terasa sangat serius hingga membuat hawa situasi sekitar seketika berubah menjadi lebih tegang. Berbagai sorot kamera pun kini mulai terarah kepadanya, hingga seluruh para wartawan kini mulai kompak terdiam sambil menyimak dan menunggu segala ucapan yang akan keluar dari bibirnya.

Sementara Evan, raut wajah pria itu seketika terlihat panik tak terkontrol. Batinnya gelisah, dengan kedua matanya tak lepas memandang gerak-gerik Nara. Kedua tanganya telah terkepal erat di sisinya, tetapi sayangnya ia juga tak bisa langsung begitu saja menyerang perempuan yang sempat terpaksa dinikahinya itu.

"Aku adalah Nara! Mantan istrinya Evan! Kalau kalian tidak percaya, aku bisa menunjukkan beberapa bukti yang lainnya!"

Nara langsung mengambil beberapa berkas yang ada di dalam tas barunya. Deru napasnya terdengar sedikit lebih tenang, seiring dengan tatapan tajam Evan yang semakin menikam ke arahnya. Hingga akhirnya ia menunjukkan beberapa bukti pernikahan, dan juga surat cerai pada banyak kamera yang ada di hadapannya.

"Pria ini menikahiku dua bulan yang lalu, dan pergi menceraikanku begitu saja setelah menggadaikan rumahku demi mendapatkan sejumlah uang pinjaman yang cukup besar dari pihak bank!" lanjut Nara yang semakin membuat orang-orang di sekelilingnya tercengang.

Mereka semua nampak sangat terkejut dengan pengakuan itu, begitu pula dengan Bella yang juga tak bisa berkata apa-apa. Bukti-bukti yang ditunjukkan oleh Nara terlihat sangat kuat, sehingga semua orang bisa dengan begitu cepat mempercayai segala kata-katanya yang tadi sempat dianggap bohong.

"Stop! Sudahi segala kebohonganmu, Nara!" ucap Evan berusaha menghentikan.

Pria itu nampak tak mau semua kebusukannya terungkap dengan begitu cepat. Namun sayangnya, hal tersebut malah semakin membuat senyum manis di bibir Nara berkembang dengan lebar.

"Aku tidak berbohong! Dia adalah penipu yang sebenarnya di sini!" hentak Nara sekali lagi, tanpa mengindahkan kekesalan Evan yang telah meluap-luap.

Satu jari telunjuknya mengacung tegas ke arah wajah sang mantan suami, hingga hadir sedikit perasaan puas yang menjalar di hatinya ketika ia telah sedikit banyak mengimbangi keadaan. Wajah Evan terlihat merah padam tanpa bisa melawan, persis seperti yang telah Nara rasakan kemarin.

"Aku rasa penjelasanku sudah cukup. Aku ke sini hanya untuk menjelaskan itu saja, agar pria ini bisa dengan segera menyadari kesalahannya dan mengembalikan hartaku yang telah dirampasnya," tutup Nara mengakhiri sesi pengakuannya.

Perempuan yang tak lagi berpenampilan kampungan itu langsung pergi begitu saja, setelah berhasil membangun suasana menegang. Hingga membuat sebagian para wartawan berita berlari meninggalkan Bella dan Evan yang masih nampak sangat syok, dan berbalik mengejar dirinya.

Plakkk!

"Kau telah membuatku malu, Mas!" ujar Bella kecewa yang juga langsung berlalu pergi dengan cepat meninggalkan suami yang baru menikahinya kemarin.

Evan berlari berusaha mengejar kepergian istrinya itu, tetapi sayangnya Bella bisa dengan begitu cepat menghilang dari hadapannya. Pria itu mendengus kesal, hingga mengusap wajahnya dengan gusar dan berputar ke arah yang tak menentu.

"Ah! Sial! Perempuan kampungan itu memang benar-benar telah merusak semua rencanaku! Awas saja kau Nara!" geram Evan dengan emosi yang tak lagi terkontrol.

Segala gerak-gerik Evan, tak lepas dari pengawasan seseorang yang kini tengah tersenyum dengan puas melihat penderitaannya. Ia begitu senang dengan awal yang sebagus ini, hingga akhirnya kembali melihat ke arah sebuah cincin yang tak lagi terpasang di jari manisnya.

"Ini baru permulaan, Mas! Mulai detik ini, aku tidak akan lagi membiarkanmu bahagia di atas penderitaanku! Kau harus membayar kehancuran hidupku dengan hal yang setimpal! Agar kau tidak lagi bisa meremehkan diriku!"

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status