Share

Pembalasan Istri Sah  Ditinggal Kawin  Saat Jadi TKI
Pembalasan Istri Sah Ditinggal Kawin Saat Jadi TKI
Author: Banyu Biru

Bab 1. Kejutan

Seorang wanita cantik, berkulit putih dengan postur tubuh dan besar ideal tengah berdiri di halaman sebuah rumah. Wanita itu tersenyum menatap bangunan di depannya. Rumah itu tidak mewah, tetapi cukup mencolok dan terlihat paling bagus diantara bangunan lain di sekitarnya.  

Wanita cantik itu bernama Dita Utami. Setelah 4 tahun menjadi seorang TKI di Dubai, ia memutuskan untuk pulang ke Indonesia dan berkumpul kembali bersama keluarga kecilnya yang teramat ia rindukan. 

Sengaja ia tidak memberitahu perihal kepulangannya kepada suami dan keluarga yang lain. Dita ingin memberikan kejutan untuk mereka.

Dengan perasaan gembira yang membuncah, Dita melangkahkan kaki menuju bangunan di depannya. 

Dua kali mengucapkan salam dan mengetuk pintu, seorang wanita cantik yang menggendong seorang bayi berdiri di depan pintu yang sudah dibuka sembari menjawab salam Dita. Mereka beradu pandang, sama-sama termangu di tempatnya. 

“Ka-kamu siapa?” tanya Dita yang membuat wanita di depannya mengerutkan kening. 

“Kamu yang siapa? ‘Kan kamu yang bertamu ke rumah saya,” balas wanita itu. 

“Rumah kamu?” 

“Iya. Ini rumah saya dan suami saya, A Bimo.”

Seketika Dita terdiam. Tidak bisa membalas ucapan wanita di depannya. Dunianya terasa runtuh seketika. Sekuat mungkin Dita menahan perasaan yang berkecamuk di hatinya.

*

Dita sudah duduk di sebuah sofa ruang tamu rumah yang ia kunjungi. Sembari menunggu yang empunya rumah untuk membuatkan minum, Dita menatap ke sekeliling ruangan tersebut.

“Silakan di minum, Teh,” tawar wanita yang mengaku sebagai istri Bimo pada Dita dengan senyum yang begitu ramah. 

Cantik. Itulah kalimat yang pertama kali Dita ucapkan dalam hati saat melihat wanita yang kini duduk berhadapan dengannya.

“Mungkin A Bimo baru pulang nanti sore, Teh. Soalnya tadi dia bilang mau nganter temannya dulu ke Pelabuhan setelah dari tempat jualan.” Wanita itu memberi tahu Dita. 

“Oh, iya, tidak apa-apa. Kita belum kenalan dengan benar. Saya belum tahu siapa nama kamu,” ucap Dita sembari mengulurkan tangannya pada si pemilik rumah. 

“Kenalkan saya Nadiya, Teh. Istrinya A Bimo.” Nadiya membalas uluran tangan tamunya tersebut.

Ada sesuatu yang tiba-tiba saja menghujam hati Dita dan membuat tubuhnya menegang beberapa saat ketika mendengar kembali pengakuan wanita bernama Nadiya tersebut. Namun, segera mungkin ia menguasai diri kembali dan mengulas senyum pada Nadiya. Sebelumnya Dita mengaku jika ia adalah teman sekolah Bimo.

“Ternyata Bimo sudah menikah, ya? Maaf saya tidak tahu, karena sudah sangat lama kami tidak bertemu. Sayang sekali saya tidak tahu pernikahan itu. Kalau tahu, saya pasti akan datang dan membawa hadiah pernikahan yang sangat spesial untuk kalian,” balas Dita masih dengan senyum yang terukir. 

“Pernikahan kami memang hanya akad saja, Teh. Hanya dihadiri keluarga inti kedua belah pihak. Kami juga menikah baru satu tahun, kok.” Nadiya tampak tersipu saat mengatakannya. 

BUMM

Bagai dilempar bom waktu yang meledak dengan tiba-tiba, membuat Dita terpental hingga ke dasar jurang dan semua terasa begitu menyakitkan. 

‘Satu tahun?’ Dita berucap dalam hati. Selama itu Bimo menyembunyikan semuanya.

Dita mencoba mengalihkan tatapannya ke arah sebuah figura yang menempel di dinding ruangan tersebut. Itu adalah foto pernikahan Nadiya dan Bimo yang dipajang dengan frame berukuran sedang. 

“Teteh ini teman sekolahnya A Bimo waktu SMP atau SMA?” Pertanyaan Nadiya berhasil membuta Dita kembali mengalihkan tatapannya pada wanita yang tengah memperhatikan dirinya tersebut.

“SMP,” jawabnya singkat. Tenggorokan Dita seperti tercekat. Ia mencoba untuk meneguk teh yang disuguhkan oleh si pemilik rumah setelah meminta izin untuk meminumnya.

Kedua wanita itu pun mengobrol ringan. Dita memperkenalkan namanya sebagai Ami, mengambil dari nama belakangnya.

Dita mengatakan jika ia baru saja pulang bekerja dari luar negeri. Kebetulan ia mempunyai teman yang tinggal satu kampung dengan Bimo dan  sengaja mampir sebelum kembali ke kampung halamannya di Malang.

Dengan hati yang ia kuatkan, Dita mendengarkan cerita Nadiya tentang Bimo. Bagaimana mereka bertemu sampai akhirnya menikah. Dari cerita tersebut, ia juga tahu kalau ternyata mereka memiliki bayi yang baru berusia 6 bulan.

 Dita bisa melihat kebahagiaan yang terpancar dari wajah Nadiya yang begitu ceria. Semua sangat berbanding terbalik dengan hati Dita yang tengah dipenuhi oleh goresan luka tak kasat mata yang semakin menganga dan terasa begitu perih.

 “Kalau begitu saya pamit dulu. Mungkin saya akan kembali lagi lain waktu dan semoga saya bisa bertemu dengan Bimo, karena ada sesuatu yang sangat penting yang ingin saya sampaikan.” Dita berdiri. Ia kembali mengulas senyum pada Nadiya dengan tatapan yang begitu tajam.

Setelah satu jam berada di sana, Dita pun memilih untuk undur diri karena semakin lama hatinya semakin sesak. 

"Iya, Teh. Nanti akan saya sampaikan sama A Bimo," balas Nadiya dengan senyum ramahnya.

Nadiya mengantarkan tamunya hingga depan rumah. Tiba-tiba saja Dita menghentikan langkahnya saat melihat seorang anak perempuan berusia 5 tahun berlari ke arahnya. 

“Mama!"

Otot-otot di kaki Dita seperti mati rasa dan ia tidak mampu untuk menggerakkan kakinya lagi. Dita mematung di tempatnya.

Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Mael Julius
nikah setahun,bayinya 6 bln..
Tignan lahat ng Komento

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status