"Cinta bukan hanya tentang bahagia, tetapi ada pula duka dan air mata di dalamnya. Bahkan terkadang meninggalkan sayatan luka tak kasat mata." Dita Utami, seorang wanita muda dan cantik. Ia tidak pernah menyangka jika kepulangannya ke Indonesia setelah 4 tahun menjadi TKI di Dubai, justru telah menguak tabir kebohongan yang selama ini ditutupi dengan begitu rapat oleh suaminya. Dita harus merasakan ribuan sembilu yang menyayat hati karena sebuah pengkhianatan yang suaminya lakukan. Dita harus menerima kenyataan jika Bimo telah menikah lagi dengan wanita lain yang sudah berjalan selama satu tahun. Bahkan Bimo memiliki buah hati dari pernikahan keduanya. Akankah Dita mempertahankan pernikahannya dengan Bimo? Ataukah ia membuang semua kenangan tentang sang suami dan mencari kebahagiaan lain?
View MoreSeorang wanita cantik, berkulit putih dengan postur tubuh dan besar ideal tengah berdiri di halaman sebuah rumah. Wanita itu tersenyum menatap bangunan di depannya. Rumah itu tidak mewah, tetapi cukup mencolok dan terlihat paling bagus diantara bangunan lain di sekitarnya.
Wanita cantik itu bernama Dita Utami. Setelah 4 tahun menjadi seorang TKI di Dubai, ia memutuskan untuk pulang ke Indonesia dan berkumpul kembali bersama keluarga kecilnya yang teramat ia rindukan.
Sengaja ia tidak memberitahu perihal kepulangannya kepada suami dan keluarga yang lain. Dita ingin memberikan kejutan untuk mereka.
Dengan perasaan gembira yang membuncah, Dita melangkahkan kaki menuju bangunan di depannya.
Dua kali mengucapkan salam dan mengetuk pintu, seorang wanita cantik yang menggendong seorang bayi berdiri di depan pintu yang sudah dibuka sembari menjawab salam Dita. Mereka beradu pandang, sama-sama termangu di tempatnya.
“Ka-kamu siapa?” tanya Dita yang membuat wanita di depannya mengerutkan kening.
“Kamu yang siapa? ‘Kan kamu yang bertamu ke rumah saya,” balas wanita itu.
“Rumah kamu?”
“Iya. Ini rumah saya dan suami saya, A Bimo.”
Seketika Dita terdiam. Tidak bisa membalas ucapan wanita di depannya. Dunianya terasa runtuh seketika. Sekuat mungkin Dita menahan perasaan yang berkecamuk di hatinya.
*
Dita sudah duduk di sebuah sofa ruang tamu rumah yang ia kunjungi. Sembari menunggu yang empunya rumah untuk membuatkan minum, Dita menatap ke sekeliling ruangan tersebut.
“Silakan di minum, Teh,” tawar wanita yang mengaku sebagai istri Bimo pada Dita dengan senyum yang begitu ramah.
Cantik. Itulah kalimat yang pertama kali Dita ucapkan dalam hati saat melihat wanita yang kini duduk berhadapan dengannya.
“Mungkin A Bimo baru pulang nanti sore, Teh. Soalnya tadi dia bilang mau nganter temannya dulu ke Pelabuhan setelah dari tempat jualan.” Wanita itu memberi tahu Dita.
“Oh, iya, tidak apa-apa. Kita belum kenalan dengan benar. Saya belum tahu siapa nama kamu,” ucap Dita sembari mengulurkan tangannya pada si pemilik rumah.
“Kenalkan saya Nadiya, Teh. Istrinya A Bimo.” Nadiya membalas uluran tangan tamunya tersebut.
Ada sesuatu yang tiba-tiba saja menghujam hati Dita dan membuat tubuhnya menegang beberapa saat ketika mendengar kembali pengakuan wanita bernama Nadiya tersebut. Namun, segera mungkin ia menguasai diri kembali dan mengulas senyum pada Nadiya. Sebelumnya Dita mengaku jika ia adalah teman sekolah Bimo.
“Ternyata Bimo sudah menikah, ya? Maaf saya tidak tahu, karena sudah sangat lama kami tidak bertemu. Sayang sekali saya tidak tahu pernikahan itu. Kalau tahu, saya pasti akan datang dan membawa hadiah pernikahan yang sangat spesial untuk kalian,” balas Dita masih dengan senyum yang terukir.
“Pernikahan kami memang hanya akad saja, Teh. Hanya dihadiri keluarga inti kedua belah pihak. Kami juga menikah baru satu tahun, kok.” Nadiya tampak tersipu saat mengatakannya.
BUMM
Bagai dilempar bom waktu yang meledak dengan tiba-tiba, membuat Dita terpental hingga ke dasar jurang dan semua terasa begitu menyakitkan.
‘Satu tahun?’ Dita berucap dalam hati. Selama itu Bimo menyembunyikan semuanya.
Dita mencoba mengalihkan tatapannya ke arah sebuah figura yang menempel di dinding ruangan tersebut. Itu adalah foto pernikahan Nadiya dan Bimo yang dipajang dengan frame berukuran sedang.
“Teteh ini teman sekolahnya A Bimo waktu SMP atau SMA?” Pertanyaan Nadiya berhasil membuta Dita kembali mengalihkan tatapannya pada wanita yang tengah memperhatikan dirinya tersebut.
“SMP,” jawabnya singkat. Tenggorokan Dita seperti tercekat. Ia mencoba untuk meneguk teh yang disuguhkan oleh si pemilik rumah setelah meminta izin untuk meminumnya.
Kedua wanita itu pun mengobrol ringan. Dita memperkenalkan namanya sebagai Ami, mengambil dari nama belakangnya.
Dita mengatakan jika ia baru saja pulang bekerja dari luar negeri. Kebetulan ia mempunyai teman yang tinggal satu kampung dengan Bimo dan sengaja mampir sebelum kembali ke kampung halamannya di Malang.
Dengan hati yang ia kuatkan, Dita mendengarkan cerita Nadiya tentang Bimo. Bagaimana mereka bertemu sampai akhirnya menikah. Dari cerita tersebut, ia juga tahu kalau ternyata mereka memiliki bayi yang baru berusia 6 bulan.
Dita bisa melihat kebahagiaan yang terpancar dari wajah Nadiya yang begitu ceria. Semua sangat berbanding terbalik dengan hati Dita yang tengah dipenuhi oleh goresan luka tak kasat mata yang semakin menganga dan terasa begitu perih.
“Kalau begitu saya pamit dulu. Mungkin saya akan kembali lagi lain waktu dan semoga saya bisa bertemu dengan Bimo, karena ada sesuatu yang sangat penting yang ingin saya sampaikan.” Dita berdiri. Ia kembali mengulas senyum pada Nadiya dengan tatapan yang begitu tajam.
Setelah satu jam berada di sana, Dita pun memilih untuk undur diri karena semakin lama hatinya semakin sesak.
"Iya, Teh. Nanti akan saya sampaikan sama A Bimo," balas Nadiya dengan senyum ramahnya.
Nadiya mengantarkan tamunya hingga depan rumah. Tiba-tiba saja Dita menghentikan langkahnya saat melihat seorang anak perempuan berusia 5 tahun berlari ke arahnya.
“Mama!"
Otot-otot di kaki Dita seperti mati rasa dan ia tidak mampu untuk menggerakkan kakinya lagi. Dita mematung di tempatnya.
Tidak selamanya manusia akan berkubang terus dalam kesedihan. Pasti akan ada masanya Tuhan memberikan tawa setelah tangis. Memang tidak berbalas seketika itu juga, tetapi pasti akan ada masanya untuk bahagia. Semua hal pahit sudah Dita lalui dan sekarang ia sedang memanen buah dari kesabaran dan keikhlasannya selama ini. Bukan berarti kesedihan dan masalah tidak akan menghampiri lagi, tetapi untuk saat ini, Dita ingin menikmati hadiah terindah tersebut.Mempunyai suami yang begitu mencintainya, mertua yang sangat menyayanginya dan dua buah hati dari cintanya bersama Daffin. Devina pun telah tumbuh menjadi gadis remaja yang pintar dan berprestasi di sekolahnya saat ini. Dia berhasil membuktikan janjinya pada papa sambungnya tersebut jika dia memang layak masuk dalam keluarga Daffin. Walaupun, Daffin tidak pernah menuntut putri sambungnya tersebut, tetapi Devina ingin membanggakan sang mama dan membuat dirinya berarti untuk orang-orang di sekitarnya. Neira juga tumbuh menjadi gadis y
Terkadang sebagai orang tua, kita tidak bisa memaksakan kehendak kita pada anak kita. Terkadang menuntut mereka untuk mendengarkan kita, tetapi kita tidak berkaca, apakah kita juga bisa mendengarkan mereka? Menerima pemikiran mereka dan meluruskan kesalahan tanpa ego sebagai kepalanya. Devina sedang melakukan protes atas sikap Nadiya yang mulai berbeda padanya. Dan juga Bimo yang semakin sibuk bekerja dan tidak memberikan perhatian seperti dulu. Nadiya yang ikut bekerja, terkadang pulang dengan keadaan lelah dan lebih sering marah-marah. Devina merasa apa yang dia lakukan selalu salah di mata ibu sambungnya itu. Dia sudah berusaha sebisa mungkin membantu, tetapi tidak dianggap sama sekali. "Vina mau tinggal sana nenek aja, Yah." Devina pernah meminta izin ayahnya untuk kembali tinggal dengan sang nenek di desa ayahnya, tetapi dengan cepat Nadiya menolak. "Kamu mau bikin nama mama semakin jelek di mata nenekmu? Dia akan semakin berpikir kalau mama ini gak becus ngurus kamu!" sentak
Nadiya bisa menangkap sorot ketakutan di mata Dita. Wajah Dita terlihat pucat. "Ini hanya bagian dari masa lalu istriku dan tidak ada hubungannya dengan saat ini. Istriku juga tidak bertanggung jawab atas perasaanmu saat ini, Bimo!" tegas Daffin. Dita hanya diam menatap wajah suaminya. Meskipun pria itu mengulas senyum, tak lantas membuat Dita tenang. "Mas …." Dita tidak bisa melanjutkan kalimatnya. Foto itu kembali mengingatkan dirinya akan sebuah kenangan buruk di masa lalu. "Itu hanya sebuah foto, Sayang. Bisa saja itu editan," imbuh Daffin. Ia menggenggam erat tangan sang istri. "Itu adalah foto asli, Daffin. Kami mendapatkan foto itu dari sumber yang akurat." Bimo menanggapi ucapan Daffin. "Lalu? Kalau foto itu asli, apa yang akan kamu lakukan pada istriku? Menuntut tanggung jawab atas sebuah pengkhianatan?" sahut Daffin. Ia memicing, menatap tegas pria yang duduk di depannya itu. "Bimo, Bimo. Bukankah ini sangat lucu? Kalian mempersalahkan kejadian di masa lalu istriku.
Waktu terus berputar tanpa ada satu manusia pun yang bisa menghentikannya. Semua sudah berjalan sesuai dengan apa yang sudah digariskan oleh sang pencipta kehidupan. Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi kedepannya dengan kehidupan kita. Kedekatan Dita dan Nadiya, istri mantan suaminya, kini jadi merenggang karena perdebatan lewat chat antara keduanya. Semua bermula saat Nadiya mulai mengeluhkan kelakuan Devina yang terkesan susah di atur. Semenjak masuk SMA, Devina sudah ikut menetap tinggal bersama Bimo dan Nadiya di Bandung. Perdebatan itu mulai memanas manakala Nadiya mulai mengatakan kalimat yang tidak pantas yang terkesan menyalahkan Dita dan menyamakan jika sifat Devina itu menurun dari sifat sang mama."Dia udah keterlaluan, Mas. Kayaknya kita harus susul Devina, deh, Mas." Dita sedang mengadukan perihal konflik dirinya dengan Nadiya. "Minggu ini kita ke sana, ya, Sayang. Kita bicara baik-baik sama Bimo dan Nadiya. Biar Devina tinggal sama kita saja. Nanti aku minta D
Dokter segera melakukan penanganan untuk membuat bayi yang baru dilahirkan itu menangis. “Mas, anak kita ….”“Dokter sedang melakukan penanganan, Sayang. Anak kita pasti akan baik-baik saja.” Daffin menenangkan istrinya walaupun ia sendiri sedang takut. Setelah beberapa menit, suara tangis bayi memenuhi ruang bersalin Dita. Daffin dan Dita segera mengucap syukur. Ia mengecup lama kening sang istri sambil berbisik. "Alhamdulillah. Terima kasih, Sayang." Dita tak kuasa menahan rasa haru atas kelahiran putra mereka. Rasa sakit yang dirasa seakan menguar begitu saja. Sementara itu, di luar ruangan bersalin. Beberapa orang sedang menunggu dengan cemas salah satu keluarga mereka yang sedang berjuang di dalam sana. Alfin Bagaskara, adalah nama yang diberikan Daffin untuk bayi mungil berkulit merah dengan hidung mancung dan rambut tebal tersebut. Dita dan bayinya sudah dipindahkan ke ruang rawat inap. Alhamdulillah, tidak ada hal yang mengkhawatirkan pada bayi mereka. "Pa, kenapa dede
Pertemuan Nadiya dan Dita beberapa hari lalu membuat Alya datang ke rumah wanita itu pula. Beberapa hari lalu, Nadiya datang karena ingin meminta bantuan Dita untuk membujuk agar Devina mau tinggal bersamanya. Nadia meminta bantuan agar Dita mau membujuk ibu mertuanya supaya mengizinkan Devina tinggal di Bandung bersamanya dan Bimo. “Aku nggak tahu kenapa ibunya A Bimo kekeuh nggak kasih izin Devina buat tinggal sama kami, Dita. Aku capek kalau harus dibilang ibu sambung yang nggak bertanggung jawab, sama orang-orang desa. Setiap kali aku datang nengokin ibu dan Devina ke desa, mereka seolah menatapku dengan kebencian. Aku nggak tahu omongan apa yang udah mereka dengar. Ibu juga masih selalu banding-bandingin aku sama kamu. Katanya semenjak A Bimo nikah sama aku, A Bimo jarang banget kasih uang bulanan buat ibu. Hanya kirim untuk Devina saja. Aku harus gimana, Dita? Aku mau bawa Devina ikut kami, tapi Ibu nggak izinin. Devina ikut dengan Ibu pun, malah jadi omongan.”Dita tidak membe
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments