Share

Kenyataan Sebenarnya

“Las, Lastri ….” Dita beteriak memanggil sahabatnya begitu ia sampai dirumah wanita itu. Ia masuk ke rumah mencari sahabatnya. 

“Iya, Ta," sahut Lastri. "Kamu dari mana? Kok basah gini?” tanya Lastri sembari memutar tubuh Dita yang sudah basah setengah dari celana panjang yang dipakai. 

“Kamu tega benget ngerjain, aku, Las.” Dita memberengut dan duduk di bangku yang ada di dapur. Kebetulan Lastri sedang memasak. 

“Ngerjain apa?” Latri mengerutkan kening tidak mengerti dengan ucapan sahabatnya. Lastri kemudian mengangkat ikan goreng yang ada dalam penggorengan dan mematikan kompor. “Kamu sudah ketemu sama Bimo?” tanyanya kemudian. Ia duduk di kursi sebelah Dita. 

“Belum,” jawab Dita sembari menggeleng. “Tapi aku ketemu sama perempuan yang ngaku sebagai istri A Bimo,” sambungnya. 

“Terus?” Jantung Lastri berdetak lebih cepat. 

Kenapa Dita tidak terlihat sedih, dia malah terlihat sedikit kesal saja? Apa yang sebenarnya terjadi di sana? pertanyaan itu memenuhi benak Lastri. 

“Kamu jahat banget, Las. Ngerjain aku sampai aku nangis. Kalau kalian mau ngasih kejutan sama aku yang kira-kira aja, lah,” sungut Dita. Lastri semakin tidak mengerti dengan apa yang Dita katakan. Ngerjain? Kejutan? Apa maksudnya coba?

“Maksud kamu apa, Ta?” 

“Heleh. Kamu udah ketahuan juga masih pura-pura enggak ngerti. Pinter banget ekting kamu.” Dita mencebikkan bibir. “Kamu udah kasih tahu A Bimo, ‘kan? Kalau aku pulang? Makanya kalian sengaja bikin kejuta dengan ngerjain aku. Pakai nyuru perempuan lain buat pura-pura jadi istrinya A Bimo segala lagi,” imbuh Dita. 

“Ta se—”

“Udah. Kalian udah berhasil buat aku nangis, kok. Untung aku cepat sadar,” tukas Dita, memangkas ucapa Lastri sambil terkekeh. Tidak ada lagi wajah sedih dan kecewa yang wanita itu tunjukan seperti beberapa jam lalu. 

“Dita!” panggil Lastri dengan meninggikan satu suaranya. Ia menatap manik mata milik sahabatnya. Lastri bingung harus mengatakan apa pada Dita. Sepertinya rasa kecewa yang dalam yang Dita rasakan membuat wanita itu berpikir lain dan mencoba untuk menampik semua yang sebenarnya sudah diketahuinya. “Dengerin aku, Ta.” Lastri mendekat, menggenggam tangan sahabatnya. 

“Apa? Kamu masih mau bersandiwara lagi? Aku enggak akan tertipu lagi, Lastri.” Dita kembali terkekeh dan memberikan tatapan mengejek pada sahabatnya. 

Lastri menghela napas berat mendengar sanggahan Dita. Genggaman tangannya yang semakin erat, membuat Dita menghentikan kekehannya dan menatap serius ke arah Lastri. Senyum di wajah Dita seketika menghilang dan berganti dengan kecemasan. 

“Aku tahu ini pasti sangat menyakitkan, Dita. Tetapi itulah kenyataan yang sebenarnya. Apa yang kamu lihat dan kamu dengan itu adalah fakta yang sebenarnya. Tidak ada sandiwara ataupun kejutan di sini.” Lastri semakin erat menggenggam tangan Dita.

Wanita itu menggeleng. Netranya menatap lekat manik mata Lastri. Dita mecoba untuk menyelami arti tatapan mata sahabatnya, memilah apakah wanita itu sedang bersandiwara atau tidak. 

Setetes air mata kemudian menetes dari sudut mata Dita saat ia tidak menemukan sebuah dusta di mata Lastri. Dita menggeleng keras. Kristal bening itu semakin deras mana kala ia melihat Lastri yang juga meneteskan air mata. 

“Enggak! A Bimo enggak mungkin mengkhianati aku!” teriak Dita.

“Maafkan aku, Ta. Aku seharusnya kasih tahu kamu sejak awal. Tetapi aku terlalu takut dan aku harus ikut menutupi kebohongan suami kamu.” Lastri memeluk Dita, tetapi wanita itu mendorongnya.

Dita menatap Lastri dan mencengkeram pundak sahabatnya. “Katakan kalau ini enggak benar. Lastri!” 

“Maafkan aku, Ta.” Lastri menunduk. Ia tidak bisa menatap wajah sahabatnya. Rasa bersalah itu semakin besar saat melihat Dita yang mulai terisak dan tenggelam dalam tangisnya. 

Tubuh Dita lemas seketika. Kenyataan yang ia coba tampik ternyata memang benar adanya. Fakta itu bukanlah sebuah sandiwara atau kejutan untuk menyambut kedatangannya. Bimo benar-benar tidak tahu jika ia sudah kembali. 

Dan tentang wanita yang mengaku sebagai istri Bimo? Itu memang benar adanya. 

“Dita ... kamu mau ke mana?”  teriak Lastri saat melihat Dita yang sudah pergi tanpa bisa ia cegah.

*

Bimo memarkirkan motornya di halaman rumah sore itu. Sedangkan Nadiya sudah menyambut kedatangan suaminya di ambang pintu sambil menggendong bayi mereka yang baru berusia 6 bulan. 

"Aku udah buatkan kopi untuk kamu, A. Kamu bersih-bersih aja dulu, ya." Nadiya mencium punggung tangan suaminya dan mengikuti pria itu melangkah memasuki rumah. 

"Nanti saja mandinya, aku masih capek." Bimo menghempaskan tubuhnya di atas sofa ruang tengah. 

"Ya sudah, aku pindahin Nada ke kamar dulu, ya." Nadiya melangkah menuju kamar untuk memindahkan putri mereka yang sudah tertidur dalam gendongannya.

Tidak lama, wanita itu kembali dengan membawa segelas kopi instan cappucino kesukaan suaminya. 

"A, tadi ada yang nyariin kamu. Katanya teman SMP kamu," ucap Nadiya sembari meletakkan gelas berisi kopi tersebut di atas meja. 

"Siapa?" tanya Bimo yang masih menyandarkan tubuhnya dengan mata yang ia pejamkan. 

Bimo merasa cukup lelah hari ini. Selain karena lapak yang cukup ramai, ia ikut membantu menurunkan buah-buahan yang datang dan juga mengantar temannya pergi ke satu tempat yang cukup jauh. Bimo yang memang tidak memiliki pekerjaan tetap, biasa membantu temannya berjualan buah di sebuah lapak yang ada di pasar.  

"Namanya Ami," jawab Nadiya. 

"Ami?" Bimo mengulang pertanyaan istrinya. Pria itu kemudian membuka mata dan menegakkan tubuhnya. Ia menatap sang istri yang tengah mengangguk, kemudian mengernyit. 

"Perasaan aku enggak punya teman SMP yang namanya Ami," gumam Bimo tetapi masih bisa didengar oleh Nadiya. 

"Coba kamu ingat-ingat, A. Mungkin saja kamu lupa. Dia bilang kalian memang sudah lama tidak bertemu. Dia juga baru pulang dari luar negeri setelah beberapa tahun menjadi TKI," tutur Nadiya menjelaskan.

'TKI? Ami?' Bimo terlihat masih berpikir, terus mencari-cari nama itu dalam benaknya. Siapa tahu terselit dalam ingatan. 

Tiba-tiba saja ia teringat dengan satu nama. 

Deg

Jantung Bimo tiba-tiba saja berdegup lebih cepat ketika mengingat nama tersebut. Apa mungkin Ami yang di maksud oleh Nadiya adalah Dita Utami? Wanita yang masih sah menjadi istrinya. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status