共有

Bab 6 ( Program Bayi Tabung )

作者: Tri Afifah
last update 最終更新日: 2023-04-10 20:08:04

Sudah satu Minggu semenjak kepergian Mas Akbar, aku sama sekali tidak pernah mendapatkan kabar dari suamiku itu. Tidak ada pesan untuk sekedar mengucapkan selamat malam atau mengingatkan untuk jangan sampai telat makan. Semuanya terasa begitu hambar, aku seperti menikah dengan orang asing yang tak aku kenali.

"Ayah ingin mengajakmu untuk pindah ke Jakarta." Ucap Ayah yang saat ini sedang duduk di sofa ruang tamuku. Ini adalah kedatangan beliau yang begitu mendadak. Biasanya ayah akan datang bersama dengan ibu. Tapi, Kali ini tidak. Pasti ada suatu hal penting yang ingin disampaikan beliau tanpa sepengetahuan Ibu.

"Tapi aku suka dengan kota ini, Ayah. Balikpapan sangatlah berbeda, suasananya masih aman tidak seperti Jakarta yang penuh dengan polusi udara."

"Ayah ingin kau tahu, jika ayah tidak bodoh Mawar. Jika kau tidak juga mengikuti perintah Ayah, bersiaplah untuk menggugat cerai suamimu itu."

"Tidak, Ayah."

"Beri Ayah satu alasan mengapa kau masih bertahan pada laki-laki brengsek seperti Akbar."

"Aku memiliki rencana Ayah, percayalah padaku."

***

Aku memutuskan untuk menunggu kepulangan mas Akbar yang mengabarkan sudah berada di perjalanan menuju pulang ke rumah.

Hampir semua makanan kesukaan mas Akbar aku masak untuk menyambut kepulangannya. Ini sengaja aku buat untuk menyambut kepulangannya.

"Sudah menunggu lama, sayang?" mas Akbar tampak begitu bersemangat. Aku dapat melihat raut wajahnya yang begitu berbanding terbalik saat terakhir dirinya Meninggalkan rumah.

"Mas baru saja kirim pesan, tapi sekarang sudah sampai rumah saja. Surprise, buatku?"

mas Akbar mengelus lembut kepalaku yang masih tertutup rapat oleh hijab.

"Tumben, di rumah masih pakai hijab. Biasa juga kalau hanya ada mas, hanya pakai baju biasa tanpa hijab." Komentarnya sembari memeluk tubuhku.

Aku dapat merasakan aroma berbeda dari parfum yang biasa Mas Akbar gunakan.

"Sudahlah mas, lebih baik mandi dulu. Baumu tidak enak."

"Benarkah?" mas Akbar mengurai pelukannya, lalu mencium kerah kemeja kotak-kotak yang Ia pakai.

"Tidak, wanginya masih sama. Ini parfum yang biasa aku pakai, sayang…" mas Akbar mencoba untuk kembali meraih tubuhku, namun aku sengaja menghindarinya.

"Aku tidak suka dengan aromanya, mas." Sahutku sembari menggeser posisi dudukku.

"Baiklah, aku akan mandi terlebih dahulu. Setelah ini, kita akan keluar mencari angin segar."

Aku tersenyum tipis, menanggapi perkataan mas Akbar.

Setelah selesai membersihkan dirinya, mas Akbar segera menyusul ku ke ruang tamu untuk menikmati makanan yang tadi sudah aku siapkan.

"Bagaimana dengan pekerjaanmu, mas?"

"Baik. Semuanya berjalan dengan lancar. Itu pasti karena berkat doa yang kau panjatkan, pada Tuhan. Benar 'kan sayang?" sahut Mas Akbar sembari menikmati lezatnya makanan yang sedang ia nikmati.

Aku hanya mengangguk mengiyakan pertanyaan Mas Akbar. Semakin ku perhatikan, aku menemukan sesuatu yang telah hilang beberapa bulan ini. Senyumannya telah kembali lagi. Seharusnya aku senang, tapi entah mengapa perasaanku sebagai seorang wanita justru mengatakan ini semua tidak benar. Senyuman mas Akbar bukan ditujukan untuk diriku, melainkan ke hal yang lainnya.

***

Memimpin sebuah Rapat kerja merupakan salah satu kebanggaan tersendiri bagi seorang Abian. Ia sangat begitu suka menjadi orang yang dihormati dan juga ditakuti.

"Rapat selesai. Kalau ada yang ingin mengajukan pertanyaan, silahkan. Saya akan mendengarkan." Instruksi Abian.

Tidak ada suara. Walaupun semua kursi telah diisi oleh orang yang hadir dalam rapat ini, tapi tak ada satupun yang berani mengatakan sesuatu.

"Baiklah, saya menganggap rapat ini selesai dan tidak akan ada lagi masalah di lain waktu. Silahkan meninggalkan ruangan ini, karena ada suatu hal yang harus saya bahas bersama dengan Aslan."

Semua orang mengagumi Akbar. Cara kerjanya, berpikir dan juga ketegasannya. Tidak ada celah bagi musuh untuk masuk dan mencoba untuk menguliti dirinya.

Setelah semua orang keluar, Aslan merubah posisi duduknya agar lebih bisa dekat dengan atasannya itu.

"Ada yang harus saya kerjakan, Tuan?"

"Informasi tentang Akbar."

"Semua barang bukti sudah saya kirimkan ke ponsel anda, Tuan. dan ringkasnya, selingkuhannya Akbar telah melahirkan anak pertama mereka."

Akbar memijit pelipisnya. Ia tidak habis pikir dengan pola pikir Akbar yang lebih memilih wanita lain ketimbang Istrinya Sendiri.

Abian tidak senang dengan keputusan Akbar yang menyebabkan pujaan hatinya itu merasa sakit hati. Ia akan membalas dendam dengan caranya sendiri.

"Kirimkan semua biodata Selingkuhan Akbar pada Mawar. Ia harus tahu, seperti apa bejatnya kelakuan suaminya itu."

"Baik, Tuan!" Aslan berkata sambil membungkukkan tubuhnya.

***

Ponselku berdering, aku segera mengusap layar berwarna hijau itu.

"Hallo,"

"Kau bisa lihat dan pastikan, hal apa yang harus kau kerjakan saat ini. Mundur teratur atau maju melangkah dengan akhir kemenangan."

Keningku berkerut mendengar jawaban dari orang yang saat ini sedang menelpon diriku.aku kembali melihat nomor ponsel tersebut, dan benar saja. Itu adalah nomor baru, belum tersimpan di ponselku.

Belum sempat menjawab pernyataan orang itu, telepon telah terputus.

"Siapa?" tanya Mas Akbar yang saat ini sedang duduk di hadapanku sambil memainkan ponselnya.

"Salah sambung, mas."

"Hati-hati, saat ini sering kejadian penipuan. Jangan sampai tertipu."

"Benarkah, Mas? Jadi yang penipu itu orang lain?"

Mas Akbar mengalihkan pandangannya padaku.

"Apa maksudmu?"

Aku menggeleng cepat, berusaha untuk bersikap biasa saja.

Sebuah pesan singkat masuk ke dalam ponselku. Ternyata, nomor ponsel orang yang tadi menghubungi diriku.

Deretan foto Mas Akbar dengan seorang wanita berkulit sawo matang terpampang jelas di ponselku. Wanita itu sedang menggendong bayi.

Aku kembali menatap wajah Mas Akbar. Pria itu masih dengan posisi bermain dengan layar ponselnya.

"Mas,"

"Hem?"

"Bagaimana kalau kita program bayi tabung?"

Mas Akbar tampak meletakkan ponselnya di atas meja.

"Kenapa begitu terburu-buru, sayang? Usia pernikahan kita baru dua tahun. Tidak perlu ikut program kehamilan."

Dadaku terasa begitu sesak mendengarnya.

"Jadi, mas belum ingin memiliki anak dari rahimku?"

"Tidak, tentu saja aku mau. Tapi, untuk saat ini kita melakukannya secara alami saja, itu sudah cukup. Jangan membuang-buang waktu dengan melakukan hal yang belum tentu ada hasilnya."

Gelombang syok panas menghantamku begitu kuatnya, sampai rasanya begitu sesak didalam tubuh ini.

'Kau akan merasakan apa yang saat ini aku rasakan, mas. Tunggulah, sampai aku benar-benar menghancurkan kalian berdua'. Batinku dengan menahan air mata yang hampir saja tumpah.

この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード
コメント (3)
goodnovel comment avatar
Susan Santi
awal ceritanya enak si tapi gax tau belakangan nya enak atau tidak cerita nya
goodnovel comment avatar
amymende
makin dibaca makin males mana koinnya mahal lagi, cukup sampe disini
goodnovel comment avatar
Nyaprut
ber tele tele ceritanya
すべてのコメントを表示

最新チャプター

  • Pembalasan Istri Sah Yang Disia-siakan   Bab 177 ( Sebuah Akhir)

    Perasaanku saat ini sedang dalam keadaan kurang nyaman. Setelah Abian pamit akan melakukan sesuatu yang berkaitan dengan keluarga Akbar, entah mengapa perasaan ini tak menentu."Belum ada kabar?" tanya Mama yang saat ini duduk di sebelahku.aku menggeleng sambil terus mencoba untuk menghubungi nomer telpon Abian."Sebentar lagi juga Abian memberi kabar. Jangan terlalu mengkhawatirkan keadaan ini. Polisi juga sudah memiliki bukti yang cukup kuat untuk menangkap Sandoro." Papa memotong pembicaraan kami. Pria paruh baya itu terlihat asyik menikmati teh hangat dan pisang goreng buatan Mama."Tapi, Pa…tidak biasanya Abian bersikap seperti ini." Jawabku sambil memaksakan senyum."Coba cek ponselmu, siapa tahu saja sudah ada berita penangkapan Sandoro."Aku menuruti kemauan Papa dan melihat berita terbaru yang menyuguhkan video penangkapan Sandoro.Mama yang melihat ekspresi wajahku menyimpulkan sesuatu dan segera menyalakan layar televisi. "Benar dugaan Papa," lirih Mama sambil mengelus lem

  • Pembalasan Istri Sah Yang Disia-siakan   Bab 176 ( Ditangkapnya Sandoro)

    Dunia Akbar runtuh dalam hitungan detik. Kedua matanya masih menatap tak percaya dua tubuh yang tanpa busana saat ini saling melekat dan berkeringat bersama menapaki gairah cinta yang tiada tara.Tak ada yang bersuara, semuanya tenggelam dalam pikiran masing-masing."Mas Akbar…" lirih Mulan, dengan linangan air mata yang membasahi pipinya.Akbar ambruk begitu saja, tubuhnya terasa begitu lemah. Kalau dimasa lalu, Ia menyakiti Hati Mawar dengan menyetubuhi wanita lain, kini Akbar harus menanggung beban derita yang entah bisa disembuhkan atau tidak selama sisa umurnya, karena melihat dengan jelas tubuh istrinya kini disetubuhi oleh Ayahnya sendiri."Akbar!" teriak Sania panik melihat anaknya jatuh terduduk di lantai.Sania hanya mampu memeluk tubuh Akbar sambil menangis menjerit pilu, merasakan rasa sakit yang akan Akbar tanggung seumur hidupnya."Apa ini, Bu? Kenapa nasibku Seperti ini? Aku memiliki ayah monster dan wanita yang…" tangisnya pecah. Pria tegap itu menangis dalam pelukan Sa

  • Pembalasan Istri Sah Yang Disia-siakan   Bab 175 ( Rahasia dibalik Rahasia)

    Dengan perasaan yang kacau, Akbar memutuskan untuk menemui orang tuanya yang saat ini berada di rumah. Ingatannya kembali pada saat pertama kalinya Ia bertemu dengan Mulan yang saat itu sedang diTawan oleh beberapa Orang yang mengaku telah membayar mahal gadis desa itu. Tidak ada kecurigaan sama sekali. Ia benar-benar merasa iba atas hal yang terjadi pada Mulan saat itu.Sampai pada akhirnya, dirinya mulai menyadari bahwa Ia jatuh cinta pada gadis desa yang sangat berbeda sekali dengan Mawar.Mulan sangatlah lembut dan selalu membutuhkan pertolongannya. Sebagai seorang Pria, Ia merasa sangat dibutuhkan dan dihargai."Sial!" teriaknya frustasi. Mobil yang dikendarainya melaju sangat cepat agar cepat sampai ke rumah orang tuanya.Sesampainya di rumah, Akbar segera memarkir mobilnya dan berlari ke dalam rumah, mencari sosok pria yang sangat ingin ia temui."Akbar?" Sania tersenyum menatap anak semata wayangnya itu. Wajah Akbar tampak begitu merah, Seperti menahan sesuatu."Dimana Ayah, Bu

  • Pembalasan Istri Sah Yang Disia-siakan   Bab 174 ( Lebih Baik Dicintai daripada Mencintai)

    "Aku belum selesai bicara!" cegah Akbar, merasa pernyataan Abian terdengar begitu mengusik hatinya."Apa lagi yang ingin kau dengar?" Abian berbalik dan menatap wajah Akbar. Dua pria tampan itu terlihat memiliki ekspresi sama-sama dingin dan hal itu membuat suasana semakin tegang saja."Ayahmu ada di balik semua ini. Cobalah untuk berpikir, apa yang membuat kehidupan rumah tanggamu dengan Mawar berantakan. Kalau kau selalu beralasan kau berselingkuh karena perilaku seksual yang menyimpang, lalu atas dasar apa seorang wanita seperti Mulan mau tinggal dengan orang yang tak normal seperti dirimu!"Akbar sama sekali tidak menyangka, ucapan Abian begitu menusuk hati dan pikirannya. Pria itu ingin sekali menghajar habis-habisan Abian, namun Ia berusaha untuk tetap tenang dan mendengarkan alasan, mengapa Abian begitu ngotot untuk menyalahkan ayahnya."Kita sama-sama seorang Pengusaha dan memiliki banyak uang untuk mengetahui hal-hal yang ingin kita ketahui. Kalau kau tidak begitu peduli denga

  • Pembalasan Istri Sah Yang Disia-siakan   Bab 173 ( Tuduhan Yang Sama)

    "Apa yang membuatmu datang kemari?"tanyaku penasaran pada sosok yang saat ini berdiri di hadapanku.Akbar tidak menjawab, kepalanya celingukan mencari keberadaan seseorang."Apa yang sebenarnya kau inginkan, Akbar? Lebih baik kau pulang saja."Saat hendak melewati tubuh Akbar, pria itu mencekal lenganku, membuatku terpaksa menghentikan langkah kaki dan kembali memandang wajahnya."Aku ingin kita memulai sebuah lembaran baru. Mulan Seperti hilang ditelan bumi. Wanita itu meninggalkan diriku begitu saja." Ucapnya sambil tersenyum menatap wajahku.Aku segera menepis tangan Akbar, dadaku bergemuruh menahan diri agar tidak mengucapkan kata-kata kasar. Aku tidak ingin pengunjung Restoran terganggu dengan kemarahanku.Tak ingin berlama-lama, aku bergegas meninggalkan Akbar. Berjalan keluar Restoran."Mawar, tunggu!"tak kusangka, Akbar masih saja mengejarku sampai ke tempat parkir."Apa sih yang kau inginkan!" sentakku dengan perasaan kesal setengah mati melihat polah tingkah Akbar yang kekan

  • Pembalasan Istri Sah Yang Disia-siakan   Bab 172 ( Luka Lama Bersemi kembali)

    Bab 172Luka dalam hati selamanya akan menjadi sesuatu yang tidak pasti, jika tidak terobati dengan baik. Semuanya akan terasa indah jika bisa menyikapi hal itu dengan baik.Seperti halnya dengan diriku, tiga buka pasca perceraianku dengan Akbar, hati ini seperti tanaman yang baru saja tumbuh dan akan memulai sebuah perjalanan yang panjang.Akbar?Terakhir kali aku mendengar kabarnya. Pria itu masih mencari keberadaan Mulan, istri keduanya yang sampai saat ini tidak diketahui keberadaannya. Setiap kali otakku kembali membayangkan masa lalu itu, bukan hanya rasa sakit, melainkan rasa kasihan.Kami bertiga memiliki alasan untuk menjadi korban. Ya, korban ketidakadilan atas keegoisan seorang Sandoro. Abian telah memiliki semua bukti yang mengarah pada mantan mertuaku itu.Pria paruh baya itu adalah alasan pertama, kenapa rumah tanggaku dan Akbar hancur berantakan. Walaupun, pada dasarnya kembali lagi pada diri sendiri akan sebuah kekuatan Cinta, yang Akbar tidak memiliki itu semua.Pria i

続きを読む
無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status