"Iya benar. Nona! Itu mobil sebelumnya yang dia pakai!" sahut Haical."Haical. Cepat lakukan sesuatu. Apakah kamu bisa mengatasinya, Haical?"Melihat keadaan genting kembali aura kecemasan tampak di wajah mereka. Haical begitu tampak pucat. "Tenang Nona. Aku bisa mengatasinya!"Di balik jantung yang penuh berdebar, apakah dia harus menceritakannya kepada Nona muda? Itu adalah hal mustahil bukan.Haical segera meraih kacamata hitam dengan gayanya yang sok tampan. Dia bergegas menambah kecepatan mobil untuk membelah jalanan. Di sisi lain Haris yang melihat rekannya mampu membawa mobil tampak lega.Walaupun dia sudah tampak lebih baik namun dia belum bisa bekerja keras. Dari pada Haris tidak bermanfaat, dia meraih teropong. Dia sibuk melihat kondisi di depan dan belakang. Mungkin menurutnya itu akan lebih terlihat keren.Intan juga disibukan dengan memainkan laptopnya sedari tadi. Banyak hal yang membuat dia terkejut dengan isi flasdist tersebut.Jalan yang berada di depan tampak berbel
Ternyata Abraha benar-benar tangguh! Pukulan yang mereka berikan tidak mempan. "Ilmu apa yang dia miliki?" ucap Intan di dalam hati.Setelah difikir-fikir, Intan memutuskan mengeluarkan ilmu kanuragan. Mungkin saja ilmu kanuragan yang ia miliki mampu melawannya?Intan sedikit merasa ragu. Sebab, dia sendiri memang belum tahu persis ilmu yang digunakan oleh Abraha. Bola mata Intan sedari tadi memutar.Iya, aku akan mencoba ilmu kanuragan, setahuku ada beberapa ilmu kebal jenisnya?Setelah itu, Intan berjalan meraih tempat yang agak leluasa, ia duduk bertapa. Setelah beberapa saat, kemudian Intan mulai merasakan energi."Wahai Abraha! Terimalah seranganku!" teriak Intan.Kakinya berada di udara setelah tubuhnya melakukan gerakan salto, lalu ia segera menendang kepala milik Abraha hingga terjungkal. "Wow,"Sekarang jati diri Intan semakin kesini semakin terbuka. Lihatlah! Lelaki yang sedari tadi terus saja sombong dengan kekuatannya kini tumbang oleh seorang wanita."Makanya kalau
Teror semalam seperti biasa sebuah ancaman Intan agar mati. Intan mendengus. "Betapa kurang ajarnya mereka. Terutama, Franz! Gara-gara dia hidupku mejadi berantakan!"Tentu saja Intan merasa kesal. Bukan hanya sehari nyawa terancam, bahkan berbulan-bulan.Semalaman suntuk Intan berfikir untuk memecahkan masalah tersebut.Tiga kali orang tak dikenal telah melempar batu namun sangat di sayangkan semua berhasil kabur.Pagi hari, Intan memutuskan brefing dengan anak buahnya.Tiga anak buahnya yang tinggal semalam berada di dalam rumah tampak berbaris di dalam kantor memakai seragam rapi.Sedari tadi Intan yang berputar-putar melihat tiga bodyguard, bahkan tampak aura di pertanyak di benak para bodyguard.Ada apa dengannya? Kenapa dia mondar-mandir terus?Kurang lebih begitulah buah fikiran dari tiga bodyguarnya."Semalam seseorang telah melempar batu ke dalam kamar saya hingga kaca pecah. Apakah kalian melihatnya?"Intan sebenarnya sedikit heran, bagaimana mungkin orang lain tahu posisi
Sebuah penutup jendela dari papan Haris tendang.BRUAAAK..!Kemudian, Haris muncul dengan gagah berani. "Biarlah semua orang mengetahui keberadaanku, aku yakin sebentar lagi Tomy akan sampai di sini," gumam Haris dengan yakin. Lalu, dia melangkah. Setiap langkahnya seperti sebuah detak jantung seseorang.Sebenarnya Haris sendiri sempat ragu untuk masuk saat ini, namun, melihat keadaan nona muda yang diam-diam dia kagumi terancam, oleh sebab itu membuat Haris berani."Nona muda!" seru Haris. "Benar-benar biadab!" serunya.Apakah mereka tidak tahu jika Intan bukan orang biasa, lihat saja jika mereka tertangkap, mereka akan menyesal seumur hidup.Bagaimana mungkin seorang nona muda yang terhormat di perlakukan rendahan seperti ini!Haris berdiri mengepalkan kedua tangannya. Matanya menyala bagaikan bara api seakan siap bertarung."Luka nona muda, adalah pembalasku!" gumam Haris.Tentu saja Haris akan membalas setiap orang yang berani menyakitinya, nah seperti saat ini, dia rela mengi
"Apa kamu tidak dengar apa yang kukatakan? Hah? Atau kamu ingin lebih menderita lagi," ancam Haris.Dengan ancaman dari Haris, membuat lelaki itu tampak ketakutan seketika."Aku tidak tahu di mana kuncinya? Sungguh!" Preman itu bersuara dengan memelas dan pelan. Karena Haris tidak percaya, oleh sebab itu dia terus memukulnya.Bug...Bug...Bug..."Cepat katakan!""Sumpah. Aku tidak tahu!"Karena saking kesalnya, pada akhirnya Haris membuat pukulan yang keras bahkan berkali-kali."Aku tidak suka dibohongi, sebaiknya kamu cepat katakan di mana kuncinya? Saat ini juga atau aku akan membunuhmu!" gertak HarisHaris mengepalkan tangannya, lalu dia meletakan di depan wajah lelaki itu. Dengan gregetan.Karena takut melihat Haris, akhirnya lelaki itu bersuara. Dia menunjuk dengan tidak berdaya."Aku tidak terlalu tahu persis, hanya aku pernah melihatnya saja. Di sebuah meja, namun didinding, di sana tampak sebuah paku terlihat sebuah kunci menggantung "Mendengar jawaban dari preman itu, "Nah,
Saat ini, para preman sedang berkumpul. Mereka yakin Intan masih berada di dalam rumah kosong."Hai nona yang sangat cantik jelita? Kamu ada di mana? Apa kamu tidak merindukanku? Kenapa kamu harus mengajakku petak umpat seperti ini?" goda Abraha mendayu-dayu."Hahaha....Di sana terdengar iringan gelak tawa. Abraha memanggil Intan layaknya sedang membaca syair..Terdengar begitu menggelikan, andai saja Abraha tahu. Tapi dia tidak menyadari.Lagian orang kaku kaya robot, ngapain juga harus sok centil?"Ayolah sayangku? keluarlah...!" teriaknya kembali."Baiklah kalau begitu, aku akan menghitung mundur dari angka lima! Jika kamu ingin dijemput, tunggu saja aku akan menjemputmu, wahai wanita cantik!" desisnya.Apakah Abraha berkata seperti itu karena dia mencintai atau menyukai Intan? Tentu saja tidak, dia melakukan itu hanya ingin membalas dendam.Apakah Abraha melupakan begitu saja saat dirinya dikalahkan oleh Intan? Apalagi di depan para bawahannya bahkan oleh bosnya!Itu adalah penghi
Mereka merasakan rintihan masing-masing akibat kejedot tadi."Aduuh..!" gumam Intan.Lalu, Intan mendengus seraya memegangi dahunya kemudian mengelusnya. "Aww..,"Harispun juga begitu awalnya, dia reflek melakukan hal yang sama, dia mengelus kepalanya, tentu saja Haris tidak sakit seperti yang Intan rasakan."Haris. Apa yang kamu lakukan?" Intan berkata seraya merasakan badannya pegal-pegal, yang lebih menggelikan, seorang lelaki berada di atas dada wanita?Intan kesel bukan main. Haris yang sebelumnya merasakan kepala yang berada di sebuah dua gunung tentu rasanya tak karuan. Berhubung dia sedikit mengenal agama, dia segera mengucapkan istighfar. Kini wajah mereka hanya berjarak dua kilan tangan Haris.Mendengar suara Intan yang sedikit menaikan suaranya lelaki yang berada di depan Intan terlihat terkejut.Haris segera mengucapkan maaf, bukannya semua segera selesai, malah dia membuat ulah. Haris lagi-lagi dia salah tingkah, dia malah berani-beraninya memegang dengan lembut dagu bo
Berhubung Intan sudah menyuruh asistannya mencari di seluruh ruangan tidak tampak wujud kakek, dia menjadi sedih. Oleh sebab itu, ia mencoba menghubungi kakeknya."Kakek. Kenapa kakek tidak angkat telfon aku juga?"Intan berkata dengan begitu cemas. Saking cemasnya hingga sebutir air mata turun, karena kakeknya tidak mengangkat telfon yang ke lima belas kali."Ini benar-benar tidak biasa!" ucap Intan lalu menghapus air matanya.Intan saat ini berkata seraya duduk di sofa mewah yang terbaik, empuk, juga menarik.Seluruh asistan yang berjumlah sepuluh serta bodyguard yang berjumlah sepuluh belum juga satpam memenuhi ruangan yang megah itu, mereka tampak berdiri rapi dihadapan Intan. Mereka berdiri dengan di tanyai serentetan pertanyaan oleh nona muda. Bahkan, Intan sendiri lupa membiarkan mereka berdiri hingga satu jam, tentu saja mereka pada akhirnya menggerutu.Bugh!Salah seorang asistan tukang masak ibu-ibu yang sudah berusia hampir kepala lima jatuh pingsan. Ia kelelahan juga kare