“Aleya! Bertahanlah!”Teriakan itu terasa begitu dekat, sangat jelas terdengar. Mungkinkah itu suara malaikat yang akan membawanya bertemu mendiang ibu kandungnya?Perlahan tapi pasti, tubuh Aleya mulai tenggelam. Kaki dan tangannya sudah lelah meronta menaklukkan air sungai Meruyay. Entah berapa banyak air sungai yang sudah terminum oleh Aleya, kini tubuhnya terasa dingin.Bulir-bulir udara keluar tidak beraturan dari mulut dan hidung Aleya. Kedua matanya mulai terpejam, pasrah kepada nasib yang telah digariskan Tuhan. Beberapa detik kemudian terasa sepasang tangan meraih tubuhnya.“Malaikat telah datang menjemputku,” ujarnya dalam hati sebelum hilang kesadaran.Semuanya menjadi gelap dan dingin.“Aleya!” Sayup-sayup terdengar suara memanggil namanya.Namun semuanya gelap, tidak terlihat apapun. Tiba-tiba rasa hangat menjalar di tubuhnya, mulanya dingin kini perlahan berubah hangat.“Aleya!” suara itu kembali memanggil, tapi kini terdengar lebih jelas.Ada tangan lain yang sedang me
“Di mana Maria?”Aleya berharap bisa mendapatkan penjelasan dari pelayan yang sudah menjebaknya.“Maria kini sudah diamankan oleh Tuan. Bukan hal yang sulit bagi kami untuk menangkap Maria,” sahut Rita.Rita beranjak dari tempat duduknya dan membuka gorden, cahaya matahari masuk dan membuat kamar tersebut terang. Aleya menyipitkan kedua matanya dari sinar matahari yang menyapu wajahnya.“Tapi diamankan di mana?”Rita tidak langsung menjawab, ia berjalan membuka gorden yang lain sambil berharap Aleya tidak menunggu jawaban darinya.Namun rupanya Aleya pantang menyerah, ia malah turun dari tempat tidur dan berjalan tertatih menghampiri Rita.“Kenapa kamu tidak mau jawab? Yavid yang menyuruh kamu untuk bungkam?”Rita mematung membelakangi Aleya. Menghela napas panjang dan berusaha tidak memberikan jawaban meskipun ingin sekali ia menjelaskan kepada Aleya kejadian yang sebenarnya.Aleya semakin kesal dengan sikap bungkam yang ditunjukkan Rita. Ia menepuk bahu Rita, tapi wanita berambut pe
“Anda masih hidup?”Maria ternyata melihat Aleya melompat dari jembatan dan terbawa arus. Kemungkinan kecil untuk bisa selamat. Oleh karena itu ia merasa bersalah ketika di tangkap dan mengira jika Aleya sudah meninggal tenggelam, sosoknya kini ada di hadapannya membuat Maria mematung.“Kamu berharap aku mati?” Aleya tidak bisa menyembunyikan kemarahannya.Maria menangis kemudian segera bersimpuh memohon pengampunan dari Aleya.“Maafkan saya, Nyonya. Saya terpaksa melakukan ini. Nyonya Angelina berjanji akan memberikan saya seratus juta jika saya membawa Anda ke luar rumah.”Maria menangis berharap Aleya mau memaafkan semua perbuatannya.“Kamu tahu? Karena kamu, aku dibenci oleh orang-orang, bahkan ada yang mendorongku dengan kasar hingga aku terjatuh,” Aleya menatap Maria dengan wajah marah, “kamu tahu? Ibu dan adik tiriku menyakitiku demi mendapatkan tanda tanganku, demi mengambil harta yang ibu wariskan untukku.”Suaranya bergetar, air matanya mengalir membasahi pipi dan melewati l
“Pergi ke kamar sekarang!”Suaranya yang tegas membuat Aleya ketakutan, bahkan Rita tidak berani bersuara. Yavid kemudian mendongakkan dagu Aleya dengan tangan kanannya. Tatapannya begitu tajam sehingga membuat kedua mata Aleya dipejamkan agar tidak melihat tatapan mengerikan dari Yavid.Terkadang Aleya sendiri tidak suka dengan sisi lemahnya, sekalinya ia yakin dengan keberaniannya menghadapi Yavid, semuanya buyar ketika lelaki dingin tersebut ada di hadapannya. Nyalinya kembali menciut, ia merasa konyol.“Jangan pernah bersimpati kepada orang yang telah menyakitimu. Paham!?” seru Yavid, lalu melepaskan tangannya dari dagu Aleya, tapi tidak dengan tatapannya.Aleya mengangguk dengan cepat. Kemudian Yavid hendak berjalan meninggalkan Aleya dan Rita, tiba-tiba Aleya memegang lengan Yavid. Langkahnya seketika berhenti tanpa menoleh ke Aleya.“To-tolong bantu Maria.”Aleya sadar keinginannya membantu Maria pasti akan di tolak mentah-mentah dan memancing amarah Yavid. Oleh karena itu , Al
“Kami mencari Aleya!”Tanpa basa-basi Verrel langsung mengutarakan maksud kedatangannya dengan nada tajam. Belina berdiri di samping Verrel menatap sinis kepada Yavid, sedangkan Jarvis duduk di sofa sebelah kiri Verrel dengan tatapan kesal ke pamannya tersebut.Yavid membenarkan posisi kursi roda Mariam agar berada di hadapan anak, menantu dan cucunya. Mariam seperti penengah di antara kedua anak lelakinya.“Kalian mencari Aleya?” Yavid mendengus dingin, “apakah rumahku terlihat seperti tempat penampungan sampah?”Aleya yang mendengar ucapan Yavid mendadak kesal, “Berarti aku sampah?” Gerutu Aleya.“Nyonya, tolong jangan bersuara,” bisik Rita yang juga mendengarkan percakapan mereka. Aleya menuruti ucapan Rita walau hatinya kesal.Yavid kemudian berjalan ke hadapan Verrel, kini mereka berdua saling berhadapan dengan jarak yang sangat dekat. Yavid memberikan tatapan tajam kepada Verrel, begitupun sebaliknya.“Sejak kapan aku mencampuri urusan kalian?” tanya Yavid dengan nada dingin tan
“Aku tidak peduli dengan masalah kamu.”Yavid mendengus dingin, wajahnya kembali menunjukkan kemarahan kepada Verrel.“Jika kalian melibatkan Ibu lagi dalam masalah kalian, maka semua fasilitas yang kalian nikmati akan aku blokir.” Yavid mengancam, “sebaiknya kalian semua pulang!”Seketika wajah Verrel, Belina dan Jarvis menjadi pucat, ketiganya saling menatap ketakutan.“Ba-baiklah, Kak. Aku rasa Aleya tidak ada di sini, sebaiknya aku membawa Ibu pulang,” ujar Verrel gugup. Ia tidak menyangka jika Yavid akan bereaksi seperti ini.Bahkan Ibunya sendiri tidak bertindak apa-apa terhadap Yavid. Padahal sebelumnya Verrel berharap Mariam bisa membelanya.“Paman, setidaknya dengarkan dulu penjelasan dari kami,” Jarvis mencoba mengambil hati Yavid.Yavid tidak peduli dengan ucapan Jarvis, keponakan yang semasa kecilnya merupakan lelaki lucu dan penurut, sekarang menjadi lelaki yang bersifat buruk mirip seperti kedua orang tuanya.“Apakah aku harus mengulangi kalimatku?”Tatapan Yavid membuat
“Selamat. Kalian resmi menjadi pasangan suami istri.”Penghulu menebarkan senyuman terbaiknya kepada Yavid dan Aleya. Kemudian memberikan dokumen pernikahan mereka.Yavid tersenyum senang, bahkan ia menampakkan barisan giginya yang rapi dan putih. Lesung pipinya menambah level ketampanan seorang lelaki berusia empat puluh tahunan tersebut.“Terima kasih.” Seru Yavid sembari menyalami tagan penghulu.Sementara wajah Aleya terlihat cemberut. Pernikahan bukanlah hal yang membahagiakan bagi Aleya, apalagi ini merupakan bagian dari rencana Yavid untuk membalas dendam. Tidak ada cinta di antara mereka.Aleya menghela napas panjang, “Aku menikah dengan keluarga Leopard yang lain. Apakah ini akan menjadi mimpi buruk selanjutnya?” bisik Aleya dalam hatinya.Keduanya keluar dari ruangan penghulu, Aleya berjalan lebih dahulu. Tiba-tiba Yavid memegang tangan Aleya dengan perhatian lengkap dengan senyumnya yang membahayakan jantung setiap wanita.Aleya terperangah dengan sikap Yavid yang tiba-tiba
“Hari ini aku akan menikah untuk kedua kalinya.”Aleya menatap dirinya di cermin. Wanita cantik dengan rambut hitam yang membuat lelaki pasti meliriknya. Terdengar helaan napas panjang, seolah sedang memberikan kekuatan kepada dirinya sendiri untuk melaksanakan pernikahan dengan Yavid.Rita menatap Aleya dengan sendu, seolah ia merasakan kegelisahan dalam hati majikannya. Perlahan Rita menghampiri Aleya.“Tuan sudah menunggu,” ujar Rita dengan nada lembut.Aleya berjalan menuruni anak tangga, kemudian melewati ruang tamu menuju halaman depan rumah. Di sana Yavid sudah menunggu di dalam mobil, sibuk dengan smart phonenya.Aleya terlihat cemberut karena tidak ada Yavid yang menyambut kedatangannya. Lelaki dingin itu sudah duduk di dalam mobil. Rita membukakan pintu mobil untuk Aleya.Aleya duduk di samping Yavid, ia melirik sebentar ke Yavid, lalu memandang lurus ke depan tanpa berkata apa-apa. Aleya tidak berani bicara. Rita duduk di samping Gavin yang mengendarai mobilnya.“Kamu Cant
“Kamu sangat perhatian, tidak heran dia pernah memilih kamu.”Ucapan Aleya membuat Kristy mengerutkan dahinya. Secara tidak sengaja Aleya mengucapkan kalimat yang mengarah kepada hubungannya Kristy dengan Yavid di masa lalu.“Dia? Siapa dia? Apa yang kamu bicarakan?” tanya Kristy bingung.Aleya terkejut dengan ucapannya sendiri, sekarang ia bingung menjelaskan maksud ucapannya. Melihat majikannya kebingungan, Rita segera mengalihkan percakapan.“Nyonya. Sebentar lagi saatnya Anda minum obat yang dokter berikan tadi. Sebaiknya Nyonya makan dahulu sebelum minum obat,” ujar Rita yang tiba-tiba berdiri di antara Kristy dan Aleya.“Oh, i- iya benar. Aku harus minum obat dulu,” ujar Aleya yang terkejut dengan sikap cepat tangga Rita.Kristy juga terkejut dengan kehadiran Rita yang tiba-tiba ada di sampingnya, “I-iya ya. Harus minum obat sekarang?”Rita mengangguk dengan cepat dan membuat Kristy lupa dengan pertanyaannya kepada Aleya.“Sebaiknya kamu segera pergi ke restoran terdekat dan ma
“Pintu keluar ada di sana. Silakan pergi dari sini sebelum aku memanggil keamanan untuk menyeret kalian berdua.”Aleya menunjuk ke arah pintu keluar sambil tersenyum tipis. Sedangkan wajah Mila dan Angelina terlihat marah. Mereka tidak terima diperlakukan kasar oleh Aleya.“Aktingmu kurang meyakinkan, lain kali berusaha lebih keras ya,” ujarnya sambil tersenyum.Hal tersebut membuat Angelina menggila.“Aarrghh! Dasar anak kurang ajar!” teriak Angelina sambil melemparkan apa saja ke arah Aleya.Tentu saja Rita dengan sigap menghalangi dan mendorong tubuh Angelina berkali-kali agar tetap menjauh dari Aleya.Dengan santai Aleya menghubungi keamanan dari telepon kantor.“Pak bawa empat anak buahmu ke ruangan saya, sekarang!” perintah Aleya sambil menyaksikan Angelina mengamuk.Ada kepuasan tersendiri melihat Angelina marah dan menunjukkan sifat aslinya yang menyeramkan.Tidak lama kemudian empat orang keamanan masuk ke ruangan Aleya.“Ada apa Nyonya?” tanya Parman ketika memasuki ruang ke
“Aku tidak akan memaafkan orang yang telah menghina ibuku.”Mila semakin emosi kepada Aleya yang mempermainkan ibunya, apalagi kakak tirinya itu sengaja melemparkan uang ke arah mereka.“Kini kamu tahu apa yang aku rasakan sepuluh tahun lalu. Kini kamu juga mengerti kenapa aku enggan memaafkan kalian. Kamu membela ibumu dan aku membela ibuku.” Aleya menatap tajam kepada Mila.Pikirannya seolah kembali ke masa lalu, saat itu mendiang ibunya selalu dibandingkan dengan wanita idaman lain ayahnya, yaitu Angelina.“Ibuku sudah mengetahui perselingkuhan antara ayahku dengan ibumu. Bukannya menyesal, tapi ibumu malah ingin menyingkirkan ibuku agar menjadi istri sah dan mendapatkan harta keluargaku.” Suara Aleya bergetar ketika mengungkit kembali luka yang telah lama bersarang dihatinya.Mendengar ucapan Aleya membuat Kristy tertegun, begitu juga dengan Angelina yang sedang memungut uang yang berserakan di lantai. Seketika ia mematung setelah mendengar ucapan anak tirinya tersebut.Angelina p
“Sebenarnya kami sangat menyayangimu, Aleya. Hanya saja, kami terpaksa harus berpura-pura membencimu.”Angelina mencoba meluluhkan hati anak tirinya tersebut. Namun, Aleya tetap bergeming sambil menatap tajam ke Angelina.Senyum tipis terukir di bibir Aleya, “Sekarang predikat kalian bertambah, selain menjadi orang yang serakah, kalian juga orang-orang yang penuh drama. Kalian sungguh menganggap aku bodoh?”Angelina mendekati dan memegang ujung meja kerja Aleya, “Sungguh, aku memang menyayangimu,” ujarnya dengan wajah yang meyakinkan.“Rita! Bersihkan meja yang di pegang oleh wanita itu!” Aleya memberikan perintah kepada Rita.Awalnya Rita sempat bingung dengan perintah Aleya, tapi kemudian ia mengerti maksud majikannya tersebut. Ia segera membersihkan ujung meja yang sempat di pegang oleh Angelina dengan tisu.Melihat perlakuan Aleya kepada ibunya membuat Mila marah.“Kak Aleya. Sekarang kamu sombong sekali! Sampai hati kamu perlakukan ibuku seperti itu,” sentak Mila yang sedari tadi
“Pantas saja kamu menghilang selama beberapa bulan. Ternyata kamu mengalami kecelakaan.”Kristy baru mengetahui alasan Aleya menghilang tanpa kabar, meskipun awalnya ia merasa kesal tapi setelah mengetahui alasan sebenarnya Kristy akhirnya mengerti.“Kenapa kamu tidak jelaskan sejak awal? Kalau aku tanya, kenapa tidak pernah menjawab?” tanya Kristy lagi.Aleya tidak langsung menjawab pertanyaan rekan kerjanya tersebut, malah tersenyum lalu memegang tangan Kristy.Melihat tingkah rekan kerjanya yang tidak lekas menjawab, membuat Kristy mencubit pelan lengan Aleya.“Ish, kamu bukannya menjawab malah tersenyum saja,” ujar Kristy kesal, tapi Aleya malah semakin terkekeh.Kemudian dokter Fahmi datang dan segera menghampiri Aleya yang masih duduk bersandar dengan tisu yang masih menutupi salah satu lubang hidungnya.“Syukurlah, Dokter datang,” Rita yang panik segera mempersilahkan dokter Fahmi memeriksa keadaan majikannya.Setelah beberapa saat memeriksa keadaan Aleya, Dokter Fahmi akhirnya
“Aku punya rahasia yang akan membuat wanita licik itu pergi.”Aleya menatap tajam ke arah Belina yang duduk dengan angkuh di kursi tamu.“Apa maksud kamu?” tanya Kristy bingung dengan ucapan Aleya.Kemudian dengan santai Aleya menghampiri Belina dan duduk di sofa yang berada berseberangan dengan Belina. Rita dan Kristy mengikuti langkah wanita berusia dua puluh empat tahun tersebut dan berdiri di belakang Aleya.“Wah, rupanya keberanianmu masih besar ya?” Belina tersenyum sinis.Aleya juga tersenyum, “Menghadapi kamu memang harus punya keberanian yang besar dan juga kekuasaan yang besar,” tukas Aleya tetap tersenyum.Melihat Aleya tidak menunjukkan rasa takut, membuat Belina kesal. Raut wajahnya berubah masam. Kini wanita berusia empat puluh tahunan tersebut menunjukkan kemarahannya.“Wanita sialan seperti kamu tidak layak bergabung dengan perusahaan keluargaku!” hardik Belina sambil menatap tajam ke arah Aleya.Namun, Aleya masih tersenyum tanpa menggubris ucapan kasar mantan mertuan
“Sekarang aku ingin berdua denganmu, tidak membicarakan orang lain selain kita berdua.”Yavid mendekatkan wajahnya ke Aleya, merasakan hembusan napas istrinya yang hangat menyapu wajahnya.Tangannya diam-diam melepaskan pakaiannya satu persatu, lalu membawa tubuh Aleya menuju tempat tidur mereka.“Yavid, kamu ...” belum sempat Aleya melanjutkan ucapannya, bibir Yavid sudah mengecup bibir Aleya.Keduanya menikmati kecupan lembut hingga tubuh mereka kini berada di atas tempat tidur. Dengan sigap mereka melepaskan pakaian hingga tubuh keduanya polos tanpa sehelai benangpun menutupi tubuh mereka berdua.Yavid memberikan permainan terbaiknya dia atas ranjang hingga membuat Aleya merasakan puncak kenikmatan itu berkali-kali. Tubuh keduanya berpelukan setelah kelelahan bercinta semalaman.Tubuh sepasang suami istri tersebut masih berada di balik selimut. Yavid masih memeluk tubuh Aleya yang polos. Ia menatap wajah istrinya tersebut yang masih terlelap, lalu membelainya dengan lembut. Kali i
“Tanpa kamu paksa aku untuk berjanji, aku akan menjaga Aleya dan tidak akan menyakitinya. Bahkan tidak segan melawan keluargaku sendiri demi membalaskan dendam Aleya.”Yavid mencoba meyakinkan James jika ia memang berusaha menjaga Aleya. Bahkan rela terobos pertahanan rumah James demi menyelamatkan wanita yang dicintainya tersebut.“Keluargamu memang harus diberi pelajaran, kesombongannya melebihi dewa. Terutama keluarga adikmu, Belina.”Ucapan James membuat Yavid mengangguk setuju, “Masih ada kejadian lain yang membuat aku membenci keluargaku sendiri. Jadi, aku pasti akan mendukung penuh Aleya dalam misi balas dendamnya.”“Aku harus pergi sekarang. Aku harus mengunjungi lahan gandumku di Rusia,” ujar James.“Oh, iya. Terima kasih karena sudah bekerja sama dengan perusahaan Strugle. Tiga lahan pertanianmu di tiga negara menjadi klien terbesar di perusahaan yang sekarang dikelola oleh Aleya.” Yavid menepuk bahu James sambil tersenyum.“Apa pun akan aku lakukan demi membuat Aleya bisa m
“Setidaknya aku menunjukkan kemampuanku untuk bisa bergabung ke perusahaan ini, tidak seperti kamu yang hanya hidup menumpang.”Perkataan tajam Aleya menusuk hati Mila dan membuatnya marah. Tangannya berniat menampar wajah Aleya, tapi dengan sigap Aleya menahan tangan kanan Mila dan memegangnya dengan erat sehingga membuat adik tirinya itu kesakitan.“Aw, sakit!” pekik Mila.Aleya menghempaskan tangan Mila dengan kasar.“Jarvis! Bantu aku!” pinta Mila dengan manja kepada Jarvis yang hanya tersenyum melihat pertengkaran kedua wanita yang ada di hadapannya.“Jarvis tahu mana wanita yang layak di bela dan mana yang layak untuk dihempaskan. Benar kan, Jarvis?” Aleya membelai dada Jarvis.Mendapatkan belaian manja dari Aleya membuat Jarvis tersenyum senang dan dengan mudah mengangguk setuju dengan ucapan mantan istrinya tersebut.Melihat tingkah Jarvis yang tidak membelanya sama sekali membuat Mila semakin murka. Sebelum Mila membuat kerusuhan di kantor, Aleya akhirnya memilih pergi mening