Home / Urban / Pembalasan Menantu Sampah / Bab 2 - Prolog (II)

Share

Bab 2 - Prolog (II)

Author: Rianoir
last update Last Updated: 2023-07-04 08:58:15

"Ugh, apa yang terjadi? Kepalaku terasa sakit sekali." gumam Ryan yang baru sadarkan diri. 

Saat Ryan melihat sekelilingnya, ia sedikit terkejut. Karena ia sekarang berada di sebuah ruangan berdinding kayu dengan luas sekitar 3x3 meter.

Di dalam ruangan redup itu, terdapat seorang pria tua berambut dan berjanggut panjang putih. Pakaian yang dia gunakan terlihat seperti di film-film china jaman kerajaan.

"Kamu sudah sadar rupanya." ucap pria tua itu.

Melihat sosok asing itu, Ryan bertanya, "Siapa kamu? Aku sekarang ada di mana?"

Berdasarkan ingatan terakhir Ryan, ia sedang tidur di kamar. Ia sama sekali tidak menyadari bahwa dirinya telah diculik dan dibuang ke sungai.

Pria tua itu lalu menatap ke arah Ryan dan berkata, "Namaku Xiao Yan. Aku menemukanmu hanyut di sungai, jadi aku membawamu ke rumahku."

"Hanyut di sungai?" Ketika Ryan mengucapkannya, tiba-tiba ingatan samar saat Ryan akan dibuang ke sungai muncul. 

"Jadi begitu, aku sepertinya diculik saat tidur dan tubuhku dibuang ke sungai …" gumam Ryan dengan suara rendah.

Ryan pun mengingat dengan jelas apa yang diucapkan salah satu orang yang menculiknya.

"Tuan Muda ... kira-kira siapa Tuan Muda yang dimaksud mereka? Mengapa dia ingin membunuhku?"

Mengingat ini, amarah Ryan menjadi menggebu-gebu. "Padahal hidupku sudah cukup sengsara, tapi kenapa masih ada orang yang ingin membunuhku?!"

Melihat situasi Ryan, Xiao Yan memilih diam dan menunggu kondisi Ryan tenang. Setelah beberapa saat, Ryan pun akhirnya tenang.

"Apakah ini perbuatan orang yang membuat rem mobilku blong saat itu?" gumam Ryan.

Mendengar ucapan Ryan, Xiao Yan sadar bahwa Ryan bukan manusia asli dunia ini. "Mendengar kata mobil, apakah ketika masih di Bumi, kamu mati karena kecelakaan mobil?"

"Masih di Bumi? Apa maksudmu?" Ryan cukup bingung dengan ucapan Xiao Yan.

"Di sini bukanlah Bumi, tapi dunia Heaven Sword. Kamu telah bertransmigrasi ke dunia ini."

Awalnya, Ryan tidak percaya dengan semua ini. Namun setelah Xiao Yan mengeluarkan api hijau kebiruan berbentuk bunga lotus dari telapak tangannya, Ryan akhirnya percaya bahwa dunia ini bukan lagi Bumi.

Alasan mengapa Xiao Yan tahu tentang Bumi, itu karena dirinya sendiri adalah seorang reinkarnator. Di kehidupan sebelumnya, ia hanya seorang warga negara China biasa.

"Jika kamu ingin bertahan hidup di sini, kamu harus belajar Kultivasi. Apalagi, sekarang kamu merasuki tubuh seorang pria muda berusia 14 tahun. Masih belum terlambat untuk melakukan Kultivasi di umur semuda ini." 

Perkataan Xiao Yan ini menyadarkan Ryan bahwa ia memiliki tubuh yang berbeda. Ia tidak lagi cacat seperti di kehidupan sebelumnya.

Ryan lalu bangun dari tempat tidurnya dan berlutut di depan Xiao Yan. "Kakek Xiao Yan, tolong ajari aku Kultivasi." 

"Baiklah, aku akan mengajarimu Kultivasi. Tapi teknik Kultivasi apa yang ingin kamu pelajari?"

"Aku ingin mempelajari Kultivasi yang berhubungan dengan pengobatan!" 

Xiao Yan terdiam sejenak memikirkan Teknik Kultivasi apa yang cocok dengan permintaan Ryan.

Setelah beberapa saat, Xiao Yan mendadak menempelkan jari telunjuknya ke dahi Ryan. Seketika itu, cahaya biru menyilaukan bersinar di ujung jari Xiao Yan.

Dalam sekejap, seluruh informasi mengenai Teknik Kultivasi dan juga Alkimia merasuk dalam otak Ryan.

Setelah semua informasi tersebut masuk, Ryan berbisik, "Mantra Api Surgawi …"

"Benar, itulah nama Teknik yang aku berikan padamu. Ini adalah Teknik Kultivasi modifikasi dari Teknik Mantra Api yang aku gunakan."

"Bedanya, dalam Teknik Mantra Api, untuk bisa naik ke tingkat berikutnya, aku harus mengkonsumsi berbagai macam Api. Sedangkan Mantra Api Surgawi, penggunanya hanya perlu mengkonsumsi satu jenis Api saja sekali seumur hidup." 

Xiao Yan kemudian memberi penjelasan mengenai tingkat Kultivasi yang ada di dunia ini. 

Dimulai dari Qi Condensation, Fondation Establishment, Core Formation, Nascent Soul, Deva, Demigod, dan yang terakhir Celestial.

Masing-masing dari tingkat Kultivasi itu, memiliki tiga level, yaitu level awal, tengah, dan puncak.

Mendapat penjelasan tersebut, Ryan mengangguk paham tentang sistem dunia ini.

"Tapi, untuk bisa menggunakan Teknik Kultivasi Mantra Api Surgawi, aku harus memiliki Api dulu. Sedangkan aku masih belum menemukannya."

"Tenang saja, aku akan memberikanmu salah satu koleksi api yang aku miliki." Dari telapak tangan Xiao Yan, muncul sebuah biji api hijau kecil.

"Ini adalah benih Api Lotus Hijau. Kamu bisa menggunakan api ini untuk Kultivasimu." 

Tanpa menunggu persetujuan Ryan, Xiao Yan langsung memasukkan benih Api Lotus Hijau itu ke dalam dada Ryan.

Seketika itu, Ryan langsung berteriak kesakitan. "ARGH!"

"Cepat gunakan Teknik Kultivasi yang telah aku berikan tadi! Jika tidak, kamu akan menjadi abu!" teriak Xiao Yan.

Ryan kemudian langsung menjalankan Teknik Kultivasi Mantra Api Surgawi untuk mengendalikan benih Api Lotus Hijau yang ada di dalam dadanya.

Perlahan, rasa sakit yang Ryan rasakan mulai berangsur-angsur menghilang.

Tanpa ia sadari, Kultivasi Ryan mendadak meningkat cepat dari Qi Condensation Awal, langsung meroket ke Foundation Establishment Tengah. Api hijau kebiruan tampak menyelimuti tubuhnya dengan indah.

Xiao Yan cukup terkejut dengan apa yang dilihatnya. "Jenius … dia benar-benar jenius!"

Namun, karena kejeniusan Ryan, langit iri dengan keberadaannya. 

Langit cerah di luar seketika itu berubah menjadi gemuruh. Petir pun menyambar-nyambar, seakan menentang keberadaan Ryan.

'Menarik sekali! Bahkan langit pun iri dengan kejeniusannya!' batin Xiao Yan. Ia kemudian keluar dari rumah kayunya, dan dengan satu lambaian tangan, awan gelap yang menyelimuti dunia itu langsung menghilang.

Setelah berhasil mengusir awan hitam tersebut, Xiao Yan kembali masuk dan mengawasi perkembangan Ryan.

'Tubuh yang Ryan rasuki terlalu jenius. Mungkin karena inilah, pemilik asli tubuh Ryan mati dan dibuang ke sungai. Lalu jiwa Ryan tidak sengaja masuk ke dalam tubuh itu.' 

Beberapa jam kemudian, Kultivasi Ryan mulai stabil dan berhenti pada tingkat Core Formation Awal. Api yang menyelimuti tubuh Ryan pun mulai padam. 

Saat Ryan membuka matanya, ia kembali berlutut di depan Xiao Yan. "Murid memberi hormat kepada Guru!"

Melihat aksi Ryan, tangan Xiao Yan mengusap-usap kepalanya sambil tersenyum puas.

~***~

Dalam 10 tahun, Xiao Yan dan Ryan berkeliling dunia Heaven Sword. Dalam perjalanannya, Ryan pun mendapat julukan Kaisar Pengobatan.

Hal ini disebabkan Ryan telah mengobati banyak orang. Bahkan dengan memanipulasi Api Lotus Hijau yang ia miliki, Ryan dapat menyembuhkan orang yang berada di ambang kematian.

Bisa dibilang, tidak ada yang tidak bisa disembuhkan oleh Ryan. Selain bidang pengobatan, dalam bidang Alkimia Ryan juga sangat terkenal.

Pada tahun ke-20 sejak Ryan bertransmigrasi, Ryan berpisah dengan Gurunya.

Xiao Yan berkata bahwa dia ingin pulang ke benua Dou Qi untuk mengunjungi istri dan anaknya. Benua Dou Qi sendiri berada di dunia yang berbeda dengan Heaven Sword.

"Jika kamu telah mencapai tingkat Celestial, kamu pasti bisa pergi ke berbagai dunia. Jadi, jangan lupa kunjungi Guru kalau kamu berhasil mencapainya." 

Itulah pesan Xiao Yan sebelum meninggalkan Ryan.

880 tahun berlalu begitu cepat. Kini Ryan berada di tingkat Demigod Akhir. Total 1000 tahun berlalu sejak kedatangannya ke Heaven World.

Perkembangan Kultivasi Ryan melambat sejak menginjakkan kakinya di tingkat Deva. Ia bahkan butuh 800 tahun untuk bisa mencapai tingkat Demigod Akhir.

"Mungkin sekarang waktu yang tepat untuk naik ke tingkat Celestial."

Dengan hati yang mantap, Ryan menjalani Tribulasi Kenaikan Tingkat.

Ryan lalu duduk bersila di puncak sebuah gunung. Ia menanti Tribulasi yang datang padanya.

Beberapa detik kemudian, awan hitam pekat mulai menyelimuti puncak gunung tersebut.

"Sudah dimulai rupanya." senyum Ryan.

Seketika itu juga, Petir Surgawi maha dahsyat turun menyambar tubuh Ryan.

JEDER

Dengan menggunakan Perisai Lotus, Ryan berhasil menghalau Petir Surgawi Pertama. 

Dalam Tribulasi ini, total ada tiga Petir Surgawi yang akan turun. Setiap petir menguji hal yang berbeda.

Petir pertama menguji fisik, Petir kedua menguji mental, dan Petir ketiga menguji jiwa.

Dengan mudahnya, Ryan melewati Petir Surgawi Kedua. Namun, saat Petir ketiga tiba, Jiwa Ryan tidak kuat menghadapi Petir tersebut.

Alhasil, tubuh Ryan hancur terkena sambaran Petir Surgawi. Ia gagal mencapai tingkat Celestial.

~***~

Tit Tit Tit Tit

Suara alat pengukur detak jantung terdengar memenuhi sebuah kamar rumah sakit.

Di dalam kamar tersebut, terbaring seorang pria bertubuh kurus yang hampir tinggal kulit dan tulangnya saja.

Tiba-tiba saja, mata pria kurus tersebut terbuka.

"Ini?!"

"Apa yang terjadi?"

"Bukankah aku seharusnya sudah mati? Apakah aku bertransmigrasi lagi?" 

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (7)
goodnovel comment avatar
Sendy Zen
Xio Yan ini yg bantu Ryan Pendragon juga ga sih Thor? kayanya namanya mirip
goodnovel comment avatar
Dakir Supriyadi
lanjutt thoorr, menarik
goodnovel comment avatar
Deo Renaldo
xioyan vs Yun shan GK sihh wkwkw
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Pembalasan Menantu Sampah   Bab 155 - Epilog

    Dari balik dinding rumah mewah di kawasan elit Surabaya, terdengar isak tangis yang merobek kesunyian. Sebuah wanita bertubuh mungil dengan dada yang menonjol, tampak berusaha meredakan tangisan anak laki-lakinya yang masih berusia belia, kurang dari 8 tahun. Wanita itu, Winnie, dengan lembut mengelus punggung anaknya sambil mengayun-ayunkan tubuhnya."Sayang, shhh... sudah ya, jangan menangis lagi..." Suaranya lembut, berusaha menenangkan hati kecil yang sedang sedih itu."Reno, jangan terlalu lemah, kamu kan laki-laki!" ujar seorang gadis berusia 16 tahun, rambutnya yang panjang terurai hingga pinggang."Alena, cukup … jangan mengganggu adikmu," tegur Ryan, meski sudah berusia 46 tahun, penampilannya masih seperti mahasiswa. Banyak yang salah mengira usianya.Alena memutar matanya, rasa kesal tergambar jelas di wajahnya. "Tapi Ayah, Reno itu menggemaskan. Alena tidak tahan melihat pipi tembemnya begitu saja..." katanya sambil berusaha mencubit lagi pipi adiknya yang masih dalam dekap

  • Pembalasan Menantu Sampah   Bab 154 - Reuni

    Setelah berpisah dengan Zeus, kini hati Ryan penuh dengan kekhawatiran yang mendalam. Ia sangat khawatir dengan Istri dan anaknya, serta teman-teman lainnya. Dengan cepat, ia menggunakan Mode Dewa, mengepakkan keempat pasang sayap api dan es, lalu meluncur ke Jakarta, meninggalkan jejak cahaya aurora yang membelah langit, seperti bintang jatuh yang menembus kegelapan.Dalam sekejap, Ryan sudah berada di area parkir Jakarta Expo. Saat mendarat, debu dan angin berhamburan ke segala arah, menciptakan pemandangan dramatis di tengah malam. Di sekeliling Ryan, tumpukan mayat manusia dan juga makhluk modifikasi tergeletak tak bernyawa, mirip dengan tumpukan sampah yang telah dibuang. Cairan merah, yang kini mulai mengering, meresap ke dalam retakan tanah dan paving, menciptakan gambaran yang mengerikan.Melihat semua itu, Ryan memperlihatkan kegelisahan yang mendalam. Kekhawatirannya terhadap keluarga dan teman-temannya membuat wajahnya menjadi suram. Namun, sebelum Rya sempat merasakan apa

  • Pembalasan Menantu Sampah   Bab 153 - Pilihan

    Dalam pandangan Ryan, tubuh pria tua itu hampir tidak memiliki garis kematian. Hanya dua garis saja yang bisa dilihat, sebuah bukti bahwa pria tua itu hampir mencapai batas keabadian. Seolah-olah, semakin sedikit garis kematian yang dimiliki, semakin jauh mereka dari ambang kematian.Dalam satu hembusan nafas, Ryan telah berada tepat di depan pria tua itu. Dengan keberanian dan kepastian, pedang Aurora di tangannya bergerak, berusaha memotong garis kematian yang berjalan secara diagonal dari punggung kanan pria tua itu hingga pinggang kirinya.Saat ujung pedang Ryan hampir menyentuh garis kematian, sesuatu berkilauan tiba-tiba muncul. Seolah-olah muncul dari ketiadaan, rantai keemasan meluncur keluar, bergerak cepat dan ganas. Mereka melilit pergelangan tangan, betis, dan leher Ryan dengan kekuatan yang membelenggu, menahan gerakannya yang hampir berhasil. Ryan sangat terkejut dengan apa yang dialaminya. Ia berjuang, mencoba untuk bergerak, namun rantai emas yang melilit dirinya sema

  • Pembalasan Menantu Sampah   Bab 152 - Bidak Catur

    Ryan merasakan beratnya hawa kehadiran pria tua itu, membebani udara di sekitarnya. Namun, hal itu tidak menghalangi Ryan untuk mengekspresikan rasa kekecewaanya. "Kenapa … kenapa kau membunuh Albert?!" suaranya bergema, penuh dengan rasa kemarahan."Aku hanya membantumu untuk membunuhnya." Pria tua itu tersenyum, tidak ingin memberitahu Ryan alasan sesungguhnya. "Lagipula, dia sudah kalah darimu. Jadi aku hanya ingin mempercepat kematiannya, demi kegembiraanku dan para penonton lainnya.""Para penonton?" Ryan. mengerutkan dahinya. Ia mengangkat kepalanya dan menatap tajam pria tua itu. "Apa maksudmu?"Pria tua itu menunjuk ke atas langit. Ryan secara tidak sadar ikut mendongak ke atas. Detik berikutnya, mata Ryan melebar. Di atas langit, terdapat sebuah bola mata raksasa samar, mengintip semua yang terjadi di lokasi tersebut."Jadi, semua pertarungan hidup dan mati ini hanya tontonan bagi kalian?!" ucap Ryan dengan nada penuh amarah."Benar, kalian tidak lain hanya hiburan semata di

  • Pembalasan Menantu Sampah   Bab 151 - Akhir Pertarungan

    Ketika serangan keduanya bertabrakan, langit malam itu seketika terang benderang. Kilatan cahaya aurora dan petir menyinari pulau tak berpenghuni di bawah mereka. Gelombang kejut dan angin kencang membelah udara, merusak pepohonan di pulau itu. Gelombang laut naik tinggi, terpengaruh oleh kekuatan serangan mereka.Tabrakan antara kedua serangan ini menghasilkan ledakan yang luar biasa. Suara dentuman yang menggelegar mencapai ke segala penjuru. Energi dari serangan itu menyebar luas, menciptakan riak di laut dan menyapu pohon-pohon di daratan.Kedua serangan tersebut saling melawan, menciptakan tekanan besar di antara keduanya. Mereka sama-sama merasakan kekuatan besar satu sama lain, dan keduanya terus menerus berusaha untuk mendominasi serangan ini. Hingga akhirnya, sebuah ledakan besar tercipta. BOOM!Asap berbentuk kepala jamur membumbung tinggi di langit yang memerah. Suara dentuman keras terdengar hingga jarak ratusan kilometer. Gelombang tsunami setinggi sepuluh meter menengge

  • Pembalasan Menantu Sampah   Bab 150 - Puncak Pertarungan

    Di tengah reruntuhan gedung Jakarta Expo, Ryan dan Albert berdiri saling berpandangan dengan nafas terengah-engah. Dalam jangka waktu satu jam, mereka berdua telah bertarung dengan intens. Namun, sampai sekarang, masih belum ditentukan juga siapa pemenangnya.Ryan sadar, bahwa Albert memiliki pengetahuan mendalam tentang semua kekuatan yang dimilikinya dari pertarungan sebelumnya. Jadi, untuk mengalahkan Albert, ia butuh elemen kejutan yang tidak terduga. Dan sepertinya, Api Surgawi ketiga miliknya–Api Lotus Pengubah Kehidupan, merupakan hal yang cocok dalam mengejutkan lawannya. Tapi, untuk melakukannya, Ryan harus membawa Albert menjauhi kota Jakarta. Jika tidak, serangan pamungkas miliknya bisa saja mengenai Alena dan teman-temannya. Ia tidak mau hal tersebut sampai terjadi.Ryan kemudian berkonsentrasi mengendalikan ketiga Api Surgawi miliknya. Keempat pasang sayap api-es yang sebelumnya telah compang-camping dan agak meredup, kembali pulih seperti semula. Tapi, di belakang keemp

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status