Share

Pembalasan Menantu Sampah
Pembalasan Menantu Sampah
Author: Rianoir

Bab 1 - Prolog(I)

"Dasar menantu nggak guna! Cuma bisa nyusahin orang aja!"

Dea, ibu mertua Ryan, menghampiri Ryan yang sedang duduk di kursi Roda dan menjambak rambut hitamnya.

"Ugh!" Ryan mengerang kesakitan.

Masih dalam posisi menjambak rambut Ryan, Dea langsung menampar pipi Ryan dengan keras.

PLAK!

Suara tamparan keras ini menggema mengisi ruang keluarga. Tampak bekas tamparan merah pada pipi Ryan.

"Heh, sampah, anakku sudah kerja banting tulang dari pagi sampai malam cuma buat nafkahi kamu!"

"Tapi kamu malah santai-santai di sini bermain Laptop tanpa melakukan apa-apa!" bentak Endang sambil menunjuk-nunjuk wajah Ryan.

Mendapat komentar seperti itu, Ryan hanya bisa diam dan bersabar. 

Kejadian ini, sudah menjadi makanan Ryan sehari-hari sejak ia mengalami kecelakaan mobil satu tahun yang lalu.

Pada awalnya, Ryan Santoso adalah seorang eksekutif muda yang bekerja di sebuah perusahaan asing bernama LionKing Corporation di Jakarta.

Karena kejeniusannya, hanya dalam empat tahun, Ryan berhasil merangkak dari karyawan biasa, menjadi Wakil Direktur Investasi.

Investasi yang dilakukan oleh Ryan hampir selalu berhasil. Bahkan rate-nya mencapai 90%. Maka dari itu, LionKing Corporation mengangkatnya menjadi Wakil Direktur Investasi.

Harta dan tahta, Ryan memiliki keduanya. Hingga akhirnya, ia menikahi seorang wanita cantik bernama Dian Prawiro, pacar Ryan sejak masih Kuliah. Mereka berdua hidup bahagia tanpa kekurangan apapun.

Namun, semakin tinggi pohon, semakin kencang angin yang menerpa. Dan hal ini terjadi pada Ryan.

Suatu hari, mobil yang ditumpangi Ryan mengalami rem blong yang mengakibatkan sebuah mobil Pajero menabrak sisi kemudi mobilnya saat di perempatan lampu lalu lintas.

Sejak saat itu, Ryan didiagnosa mengalami gangguan saraf tubuh bagian kanan, yang menyebabkan tangan dan kaki kanan lumpuh.

Satu bulan setelah kejadian itu, Ryan dipecat dari pekerjaannya. Karena tak punya pendapatan lagi, ia tidak bisa lagi membayar cicilan rumah mewahnya, yang mengakibatkan pihak Bank menyita rumahnya.

Akhirnya, atas saran Dian, Ryan dan istrinya tinggal di rumah Dea Prawiro, Ibu kandung Dian.

Alasan Ryan menerima saran Dian adalah karena rumah Ibu mertuanya juga berada di Jakarta. Sedangkan, rumah orang tua Ryan berada di Surabaya. Berdasarkan pertimbangan jarak, lebih mudah pindah ke rumah Ibu mertuanya dibanding ke rumah orang tuanya.

Tapi, Ryan tidak menyangka bahwa hidupnya di rumah Ibu Mertuanya terasa sangat berat.

Ibu mertua Ryan, Dea, hanyalah Ibu rumah tangga biasa. Selama ini, ia hidup dengan uang pensiun Almarhum suaminya, dan juga kiriman uang dari Ryan.

Tapi, sejak Ryan tidak memiliki pekerjaan, otomatis uang kiriman itu berhenti. Dea pun hanya bisa mengandalkan uang pensiun Almarhum suaminya untuk kebutuhan hidup.

Dengan keberadaan Ryan, otomatis uang pensiun yang kecil itu tidak mampu mencukupi kehidupan mereka sehari-hari.

Untuk meringankan beban Ibunya, Dian memilih untuk bekerja sebagai marketing sebuah perusahaan Real Estate yang cukup terkenal.

Akibatnya, Dian terpaksa harus meninggalkan Ryan sendirian di rumah bersama Ibunya.

Menganggap Ryan sekarang hanyalah pria cacat tak berguna, Dea jadi sering melampiaskan kekesalannya pada Ryan.

"Tampang doang cakep, tapi cacat! Cuih!" Dea meludahi kepala Ryan yang sejak tadi tertunduk ke bawah.

"Sampah sepertimu memang tidak pantas untuk anakku!" Setelah mengatakannya, Dea meninggalkan Ryan sendirian di kamarnya.

Ryan hanya duduk terdiam, sambil memandang punggung Ibu mertuanya dengan penuh kebencian.

Akan tetapi, Ryan memilih menelan kembali amarahnya dan mencoba mentolerir perbuatan Dea.

Bagaimanapun juga, apa yang dikatakan Ibu Mertuanya itu benar. Dian, telah bekerja banting tulang dan sering pulang malam demi menafkahinya.

Maka dari itu, Ryan sama sekali tidak memiliki keinginan untuk melawan.

Lagipula, Ryan memiliki rencana rahasia, yaitu berinvestasi Bitcoin secara diam-diam tanpa sepengetahuan istri dan ibu mertuanya. Ia menggunakan sebagian uang tabungannya untuk membeli Bitcoin.

Saat ini tahun 2014, dimana Mata Uang Crypto masih belum populer. Namun sebagai mantan Wakil Direktur Investasi, Ryan memperkirakan bahwa Mata Uang Crypto, termasuk di dalamnya Bitcoin, akan mengalami kenaikan dalam lima tahun ke depan.

Maka dari itu, Ryan menggunakan Laptopnya bukan untuk bermain, tapi mengawasi fluktuasi harga Bitcoin.

Ryan ingin membuktikan pada istri dan ibu mertuanya bahwa ia bisa menghasilkan uang walau dengan keadaannya yang lumpuh.

Maka dari itu, Ryan bersedia menerima semua perlakuan kasar dari Ibu Mertuanya sambil menunggu momen yang tepat.

Hari demi hari Ryan dengan siksaan baik verbal maupun non-verbal. Jika terdapat memar di tubuh Ryan, Dea selalu beralasan bahwa Ryan ceroboh dan jatuh dari kursi rodanya. 

Karena Dian mempercayai ibunya, jadi ia tidak memikirkannya lagi dan hanya menasehati Ryan supaya lebih hati-hati.

Namun, siksaan ini semakin lama semakin menjadi-jadi. Pernah suatu saat ketika Ryan demam, Ibunya dengan sengaja menumpahkan Sup panas ke paha Ryan di depan Dian.

Tentu saja ibu mertuanya itu berdalih bahwa ia tidak sengaja. Namun Ryan tahu, bahwa ibu mertuanya memang sengaja menumpahkannya.

Ryan hanya bisa meredam amarahnya dalam hati.

Hingga sesuatu ketika, Dea meminta Dian untuk menceraikan Ryan.

"Apa maksud mama memintaku menceraikan Mas Ryan?!" ucap Dian dengan nada tinggi.

"Dian, ini semua demi kebaikanmu nak. Lihat, suamimu sekarang kerjanya hanya duduk nggak ngapa-ngapain. Daripada memelihara sampah seperti itu, lebih baik kamu ceraikan dia, dan menikah dengan Albert!"

"Albert? Bosku Albert? Kenapa mama bawa-bawa nama Bosku?" Dian tampak bingung dengan ucapan Ibunya. 

Namun, ada satu hal yang membuat Dian marah. "Aku tidak peduli alasan Mama berkata seperti ini, tapi jangan pernah sebut suami aku sampah!"

Tiba-tiba saja, Dea menampar anaknya.

Plak

"Dasar anak durhaka! Cepat ceraikan Ryan atau kamu tidak boleh keluar selangkahpun dari rumah ini!"

Dian menangis tersedu-sedu mendapat perlakuan seperti ini. Ia pun segera lari ke kamar.

Saat masuk kamar, Dian tidak melihat Ryan sama sekali. 

'Di mana mas Ryan? Bukankah biasanya dia ada di kamar ya kalau sore begini?' 

Dian menjadi sedikit khawatir dengan Ryan. Ia lalu keluar kamar sambil menahan isak tangisnya. "Mas Ryan …"

"Mas Ryan …" Dian beberapa kali memanggil nama suaminya, namun tidak ada tanggapan sama sekali.

Dari dapur, Dea mengintip anaknya yang sedang mencari Ryan. 

"Kamu nggak akan bisa menemukannya, wahai anakku. Karena sekarang Ryan telah menjadi makanan ikan, hahahaha …" gumam Dea dengan ekspresi bak seorang psikopat.

"Sekarang, mau nggak mau kamu akan menikah dengan Tuan Albert!"

~***~

Di pinggiran sebuah sungai wilayah Bandung, dua orang pria bertubuh kekar membawa sebuah karung.

Saat karung itu dibuka, di dalamnya terdapat Ryan yang dalam kondisi tidak sadarkan diri.

"Ayo cepat kita buang orang ini ke sungai."

"Kira-kira salah apa ya orang ini, sampai Tuan Muda meminta kita untuk membunuhnya?"

"Hush, nggak usah banyak tanya. Bisa-bisa kita yang akan disingkirkan Tuan Muda jika tahu terlalu banyak."

"Iya juga sih. Kalau begitu ayo kita langsung tenggelamkan saja orang ini. Hari juga sudah semakin malam."

Tanpa ada keraguan, kedua orang tersebut langsung melempar tubuh Ryan yang masih terikat ke dalam sungai.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Iftiati Maisyaroh
pembukaan yang menarik, Kak ...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status