Setelah Ryan pulang dengan membawa daging harimau putih yang lezat, senyum bahagia menghiasi wajahnya ketika ia memasuki rumah. Sebagai seorang anak yang bertanggung jawab, ia merasa gembira bisa memberikan sesuatu yang istimewa untuk keluarganya, terutama bagi kedua orang tuanya yang selalu berjuang keras dalam kehidupan yang sulit selama dirinya tidak ada.Saat pintu rumah terbuka, Ryan masuk dengan senyum lebar di wajahnya. Alena, yang baru saja selesai bermain, melihat Ryan dan berlari menghampirinya. "Ayah!" serunya dengan riang.Ryan mengangguk, "Ya, Nak. Ayah pulang membawa makan malam istimewa. Apa kamu lapar?"Alena mengangguk dengan semangat, "Iya Yah, Alena lapar sekali!"Setelah beberapa hari bersama, Ryan menjadi lebih dekat dengan anak semata wayangnya itu. Walau awalnya enggan mengakui keberadaan ayahnya, Alena akhirnya mau menerima Ryan setelah ia berhasil menyegel racun yang ada di dalam tubuh Alena. Perasaan hangat yang diberikan Ryan saat melakukan penyegelan membua
"Ma-Pa, Ryan membawa produk contoh krim anti-aging yang akan dijual di perusahaan baruku. Ryan ingin Mama dan Papa mencobanya," ucap Ryan setelah selesai membantu Ibunya membereskan makan malamnya."Krim anti-aging? Wah, boleh tuh Nak. Apalagi keriput di wajah Ibu semakin banyak saja," Nova merespon dengan penuh ketertarikan. Bagaimanapun juga, seorang wanita pasti akan sangat bersemangat pada hal-hal seperti produk kecantikan."Seperti apapun Ibu, di mata Bapak, Ibu masih tetap cantik kok," timpal Imam sembari memeluk pinggul Nova. Hal ini membuat wajah Nova merah padam. Ia lalu tersenyum manis sembari menundukkan kepalanya.Melihat betapa mesranya Ibu dan Bapaknya, Ryan tersenyum hangat. Ia juga ingin seperti Ibu dan Bapaknya, bisa tetap mesra dan harmonis walau telah menikah selama puluhan tahun.Ryan kemudian memberikan satu cepuk krim anti-aging untuk digunakan oleh Ibu dan Bapaknya. Ryan meminta mereka untuk menggunakannya sekarang, dengan alasan Ryan ingin melihat efeknya.Nova
Dalam terang pagi yang merekah, hari esok telah tiba, membawa semangat baru yang berdentum-dentum di tiap detak jantung. Di antara sorotan mentari yang mengusik kantuk, sepasang ayah dan anak berjalan berdampingan sambil bergandengan tangan menuju taman hiburan.Ryan dan Alena berjalan melalui gerbang besar yang dihiasi dengan lampu-lampu berwarna-warni. Suasana riuh rendah langsung menyambut mereka begitu adanya, dengan dentingan musik dan tawa riang yang mengisi udara. Alena menggenggam tangan Ayahnya dengan erat, matanya berbinar-binar kegirangan melihat betapa indahnya Taman Hiburan Rakyat Surabaya."Ayah, ayo kita naik naik itu!" tunjuk Alena pada sebuah wahana roller coaster dengan tulisan "The Flying Dragon".Melihat betapa berani dan bersemangatnya Alena, Ryan pun menyetujuinya. Mereka segera pergi menuju "The Flying Dragon", yang terletak tak jauh dari pintu masuk. Alena dengan semangat menaiki tangga yang panjang, diikuti oleh Ryan yang melihat tingkah anaknya dengan penuh s
"Pak Edi, tenang saja. Semuanya bisa diatur, asal nominal yang Bapak berikan sesuai." ucap Arnold sambil tersenyum memegang ponselnya."Tentu saja, Bos Arnold. Seperti biasa, akan segera saya transfer biaya jasanya." jawab Edi dengan sopan di ujung telepon. Setelah mengakhiri pembicaraan, Arnold melihat notifikasi bahwa telah masuk uang sebesar 500 juta rupiah ke rekeningnya. Melihat nominal ini, Arnold tak dapat menyembunyikan senyum kegembiraannya. "Aku tak menyangka dia akan begitu dermawan."Setelah itu, Arnold memanggil Rendi dan meminta bantuannya beserta 20 orang anak buahnya untuk membantu Edi."Bos, apakah ini tidak terlalu berlebihan?" tanya Rendi dengan agak ragu."Pak Edi telah membayar kita 500 juta rupiah. Setidaknya, kita harus memberi dia penghormatan. Apalagi dia adalah salah satu pejabat berpengaruh di Provinsi Jawa Timur. Meskipun kita tak perlu takut padanya, tapi kita perlu menjalin hubungan baik dengan pihak-pihak seperti Pak Edi," jelas Arnold.Setelah itu, Ren
Sepulang dari taman hiburan, wajah Edi terlihat lebam dengan luka memerah dan bengkak. Matanya sedikit membengkak, bibirnya robek, dan darah mengering di beberapa bagian wajahnya. Meskipun kondisinya menyedihkan, yang jelas terlihat adalah ekspresi gembira dan bersemangat yang menyala di matanya. Selama tiga tahun lamanya, Adit, putranya, telah menderita kelainan sumsum tulang belakang yang kompleks bernama Syringomyelia. Tidak satupun dokter atau rumah sakit yang mampu menyembuhkannya, bahkan para pakar pengobatan di Amerika pun hanya mampu meredakan gejala yang dialami Adit."Bastian!" panggil Edi.Seorang pria berjas hitam dengan gaya rambut klimis berjalan menghadap Edi dan menundukkan badannya 45 derajat. "Siap Tuan, ada yang bisa saya bantu?"Cari informasi mengenai Ryan Santoso! Dia adalah Bos Besar Geng Viper yang baru. Aku mau malam ini informasi tersebut ada di meja saya!" ujar Edi dengan suara tegas namun penuh urgensi."Baik Tuan, segera saya laksanakan," jawab Bastian, s
Tiba di depan rumah Ryan, Bastian memarkirkan mobil BMW 740Li milik Edi dan segera membukakan pintu Bosnya. Ia kemudian membawakan semua barang yang dibeli Bosnya tadi sembari menemani Edi berjalan masuk ke pekarangan rumah.Edi mengetuk pintu, dan tak lama kemudian, seorang wanita cantik berusia 40-an membukanya dengan senyuman ramah di bibirnya. Edi sedikit tertegun melihat betapa cantiknya wanita paruh baya itu.“Cari siapa, Pak?” tanya wanita itu dengan ramah. “Tuan Ryan ada, Bu?” tanya Edi sambil melemparkan senyuman kepada wanita itu.“Iya, silakan masuk,” ucapnya kemudian masuk ke dalam dengan langkahnya diikuti Edi. Bastian mengikuti mereka berdua seraya menjinjing tas belanjaan di kedua tangannya. Edi dan Bastian kemudian duduk di sofa ruang keluarga setelah dipersilahkan.Kemudian wanita itu masuk ke dalam hendak memanggil Ryan yang sedang berada di dapur. Ketika Ryan keluar dan melihat Edi, wajahnya tampak garang dan tidak senang dengan kehadiran tamu yang tak diundang. "
Api hijau yang tenang muncul di telapak tangannya, memancarkan cahaya yang memenuhi ruangan. Cahaya hijau itu seolah-olah membawa harapan dan kedamaian, menghilangkan ketegangan yang ada.Dengan penuh keahlian, Ryan membentuk api hijau tersebut menjadi jarum akupuntur. Jarum ini tidak hanya terlihat nyata, tetapi juga mengandung getaran energi penyembuhan yang begitu kuat. Dengan gerakan yang lembut, ia mulai menusukkan jarum-jarum tersebut pada titik-titik acupoint di punggung Adit.Setiap tusukan jarum terasa seperti sentuhan lembut yang langsung menghubungkan Adit dengan aliran energi Qi. Adit merasakan sensasi hangat dan mengalir dalam tubuhnya, seolah-olah ada aliran kekuatan yang menelusuri setiap serat tubuhnya. Rasa sakit yang tadi begitu kuat perlahan mereda, dan ia merasakan perasaan rileks yang luar biasa.Ryan sangat teliti dalam memilih titik-titik acupoint yang akan ditusukkan. Ia mengarahkan jarum akupuntur dengan presisi yang luar biasa, menemukan titik-titik yang berh
Suasana di ruangan semakin tegang saat Ryan berkata, "Persyaratan saya cukup sederhana. Saya hanya meminta Anda untuk memberi saya mobil Ferrari 250 GTO 1962, rumah di daerah elit Surabaya, dan uang tunai sebesar sepuluh miliar rupiah."Dengan nada yang tetap tenang, namun penuh dengan kepastian, Ryan menambahkan, "Ingat kata-kata saya, jika Anda tidak mampu memenuhi semua ini, maka jangan pernah berharap untuk mendapatkan bantuan lebih lanjut dari saya."Bagi Edi, permintaan Ryan terdengar seperti petir di siang bolong. Matanya melebar tak percaya saat ia mencerna semua kata-kata yang baru saja didengarnya. Mobil Ferrari 250 GTO 1962, kendaraan langka yang memiliki hanya 32 unit di seluruh dunia. Harganya mencapai angka yang begitu fantastis, sekitar 542 miliar rupiah. Ini adalah permintaan yang luar biasa sulit untuk dipenuhi.Sedangkan permintaan mengenai rumah mewah di daerah elit dan uang sepuluh miliar rupiah, mungkin terdengar lebih masuk akal dibandingkan dengan mobil Ferrari y