Ini adalah bab terakhir bonus hari ini. Terim Kasih semuanya. Terus dukung novel ini supaya othor semakin bersemangat dalam menulis. Sekali Lagi, Othor Ucapakan Terima Kasih.
"Sebagai pegawai yang telah bekerja di sini enam bulan, seharusnya kamu bisa menilai, pengunjung mana yang mampu membeli dan tidak! Dasar wanita bodoh! Wajahnya saja yang cantik, tapi otak tidak dipakai!" tegas wanita dengan make-up tebal.Pegawai wanita bernama Indah itu merasa seperti ditampar. Matanya berkaca-kaca dan wajahnya memerah karena merasa direndahkan di depan pelanggan. Sejak hari pertamanya bekerja, wanita berdandanan tebal tersebut telah mengincar Indah. Tidak ada hari tanpa memarahinya. Jika Indah tidak melakukan kesalahan, maka wanita tersebut akan membuat-buat kesalahan dan menyalahkan Indah.Selama ini, Indah sama sekali tidak melawan. Akan tetapi, kali ini, kesabaran Indah telah menipis. Indah lalu menunduk dan berkata sembari menahan tangis, "Maafkan saya Bu Monika. Tapi, menurut saya, semua pengunjung yang datang memiliki hak yang sama. Terlepas Bapak ini akan membeli atau tidak, kita sebagai pegawai di sini harus memberikan pelayanan yang baik.""Kau!" Mendenga
Setelah menutup teleponnya, Ryan melihat ke arah Monika dengan senyum lebarnya. "Saya sudah menemukan beberapa set pakaian yang cocok. Semua rekomendasi Indah sesuai sekali dengan preferensi saya.""Kalau begitu, saya undur diri dulu," balas Monika dengan senyum palsunya.Ryan kemudian memilih 20 set pakaian dengan hati-hati, mengambil kemeja-kemeja yang elegan, dasi-dasi yang sesuai, celana kain berkualitas, dan bahkan beberapa set jas mewah. Semua pilihan ini merupakan puncak dari rekomendasi yang telah diberikan oleh Indah. Ryan merasa sangat puas dengan hasilnya.Pegawai berambut panjang sebahu tersebut dengan cekatan mengambil semua set pakaian yang dipilih oleh Ryan. Tidak lupa, Ryan juga memilih beberapa sepatu pantofel yang cocok untuk melengkapi gaya pakaian barunya.Melihat kinerja Indah, Ryan semakin puas. "Terima kasih atas bantuannya tadi."Indah tersenyum dengan tulus, "Tidak masalah. Saya senang bisa membantu Anda."Karena begitu banyaknya barang yang diambil Indah, par
Bastian mengemudikan mobil menuju area parkir di depan rumah. Mereka keluar dari mobil dan berdiri di hadapan sebuah bangunan rumah yang megah ini.Rumah ini benar-benar menakjubkan. Dengan tiga lantai yang megah, ia menjulang anggun di tengah taman yang luas. Fasad bergaya Eropa menghadap ke jalan, dengan detail arsitektur yang rumit dan jendela-jendela kaca besar yang elegan.Ryan merasa seperti sedang berada dalam mimpi. Ia melihat Alena yang berlari-lari kecil di halaman rumah, mengeksplorasi setiap sudut taman yang indah ini.“Ayah, Ayah! Ini seperti istana dalam dongeng!” teriak Alena sambil melompat-lompat di atas rerumputan yang segar.Ryan, Edi, dan Bastian tertawa melihat antusiasme Alena. Mereka berjalan menuju pintu masuk, dan ketika pintu besar itu terbuka, mereka dihadapkan pada kemegahan interior.Foyer luas menggambarkan kemewahan rumah ini. Lantai marmer yang indah dan ornamen-ornamen artistik menghiasi ruangan ini. Alena berjalan dengan hati-hati, hampir tak percaya
Sesuai dengan tiket yang dibeli oleh Arnold, pesawat yang ditumpangi Ryan dijadwalkan berangkat pukul 21.20 WIB. Akan tetapi, ketika Ryan tiba di bandara Juanda, langkah Ryan terhenti begitu melihat Arnold berdiri di dekat meja check-in tiket bersama seorang pria paruh baya yang tidak ia kenal. Selain mereka berdua, di sana juga ada Kakek Liong, Lisa, dan Yudha.Sorotan mata Ryan berpindah dari satu wajah ke wajah lainnya. Sebuah senyuman hangat terukir di wajahnya. "Apa kalian di sini untuk mengantar kepergianku?"Tanggapan datang dari Kakek Liong, "Tentu saja. Sejujurnya, Orang Tua ini juga ingin ikut denganmu dan memberi Rithisak pelajaran. Namun, status Kakek sebagai senior Grand Master membuatku tidak bisa bepergian ke luar negeri sembarangan."Ryan tampak bingung, "Kenapa bisa begitu? Kekuatanku juga setingkat dengan Kakek, tapi aku bisa pergi."Yudha, yang berdiri di samping Lisa, memberikan penjelasan, "Itu karena namamu masih belum dikenal secara luas. Apalagi, kamu baru kema
Tidak butuh waktu lama bagi Bobby untuk membawa Ryan dan rombongan masuk ke dalam Airbus A380 yang tak hanya mewah, tetapi juga melampaui ekspektasi. Begitu pintu pesawat terbuka, mereka dihadapkan dengan suasana mewah yang tak tergambarkan. Ryan, Arnold, Kakek Liong, Lisa, dan Yudha tampak terpesona oleh keindahan interior pesawat yang dihiasi dengan sentuhan elegan dan modern. Cahaya hangat dari lampu langit-langit menciptakan atmosfer yang mempesona, mengundang perasaan nyaman dan kemewahan.Bobby dengan senyum hangatnya memulai perkenalan, "Tuan Ryan, izinkan saya memperkenalkan fasilitas-fasilitas dalam jet pribadi ini, yang dirancang dengan standar tertinggi dan terinspirasi oleh kemewahan istana."Pertama, Bobby membawa mereka ke ruang utama pesawat. Tidak hanya kursi-kursi kulit yang empuk dan pencahayaan lembut, tapi masing-masing kursi dilengkapi dengan penyesuaian elektronik pribadi untuk kenyamanan maksimal. Di hadapan mereka, layar hiburan super lebar menghadirkan resolu
Setelah kedua petugas itu menghilang, Ryan menemukan dirinya berdiri di dalam ruangan yang tenang. Seorang pria tua berambut putih, mengenakan seragam dinas keimigrasian, telah menantinya di sana. Dari aura gelap yang terpancar, Ryan dengan cepat menyadari bahwa pria ini adalah seorang pengguna energi iblis, atau biasa disebut Praktisi Kutukan di dunia ini. Dengan menggunakan kemampuan Mata Batin-nya, Ryan mampu melihat bahwa kekuatan pria tersebut sebanding dengan miliknya sendiri. 'Menarik sekali. Baru saja aku menginjakkan kaki di Kamboja, aku sudah bertemu dengan orang yang kuat,' batin Ryan dalam hati.Pada saat yang sama, pria tua itu juga tengah mengevaluasi kekuatan Ryan. 'Pria ini masih muda, tapi menurut data yang ada, dia telah mencapai tingkat Great Master. Jika data ini benar, maka dia adalah Great Master termuda di dunia! Bahkan mengalahkan rekor Rithisak!' Pikiran ini berputar di dalam benak pria tua tersebut."Silahkan duduk Great Master Ryan," ucapnya sembari terseny
Pria muda itu dengan susah payah mengangkat kepalanya, matanya penuh dengan rasa sakit dan putus asa. "Tolong ... tolong selamatkan adik perempuanku. Mereka ... mereka menculiknya."Hatinya berdetak kencang mendengar permintaan bantuan itu. Tanpa ragu, Ryan setuju untuk membantu. "Tentu, aku akan membantumu. Jadi, Ke arah mana mereka membawa adikmu pergi?"Dengan susah payah, pria muda itu mengarahkan Ryan ke tempat terpencil yang ia yakini sebagai tempat di mana para penculik menahan sementara korbannya. Saat Ryan tiba di sana, ia agak sedikit terkejut oleh apa yang ia temukan.Tempat itu adalah gubuk tua yang tampak seperti tempat yang terlupakan oleh waktu. Pintu kayu lapuknya terbuka sedikit, dan dari celah tersebut, cahaya redup memancar keluar, menerangi tanah yang kering di sekitarnya. Ryan mengamati gubuk itu dengan hati-hati, merasakan bahwa ada aktivitas manusia di dalam gubuk terbengkalai tersebut..Namun, sebelum Ryan bisa lebih jauh memikirkan hal itu, ia melihat empat pr
Teriakan itu membuat tiga orang lainnya terkejut. Mereka tampak sedikit ketakutan melihat semua ini."A-apa yang kamu lakukan pada Pros?!""Hee~ jadi nama orang ini Pros?" Ryan terus tersenyum hingga matanya tampak segaris. "Aku tidak melakukan apa-apa, hanya sedikit menyentuh bahunya.""Jangan bohong!""Benar! Tidak mungkin menyentuh saja akan membuatnya seperti itu!""Kamu pasti meretakkan tulangnya!"Ketiganya tidak percaya pada ucapan Ryan. Padahal apa yang dikatakan Ryan adalah fakta. Ryan tidak melakukan apa-apa terhadap Pros. Namun ia merasa kesakitan karena sensitivitas saraf di sekujur tubuhnya telah ditingkatkan hingga batas maksimal.Karena tiga orang lainnya tidak percaya, Ryan pun mulai menyentuh bagian tubuh mereka satu persatu. Jeritan demi jeritan terdengar keras dari gubuk tersebut, memenuhi suasana malam yang hening.Setelah puas memberi mereka pelajaran, Ryan mulai mengajukan pertanyaan pertama tanpa mempedulikan tatapan penuh kebencian dan ketakutan yang ditujukan