Share

Bab 6 - Racun

Mendengar pertanyaan Ryan, Nova hanya bisa terdiam sambil mengusap-usap rambut hitam Alena, seakan ingin menyembunyikan sesuatu.

"Ma, tolong katakan dengan jujur, sejak kapan Alena seperti ini?" tanya Ryan dengan nada meninggi.

Sebelum Nova menjawab, Imam menjawabnya terlebih dahulu. "Alena sudah batuk berdarah sejak dia datang kemari bersama ibunya. Saat itu, kami sudah mencoba menanyakannya pada Dian. Akan tetapi Dian sama sekali tidak mau memberitahu kami."

Ryan menatap bocah manis itu. Tampak di wajahnya, tercetak ekspresi kesakitan yang teramat sangat. Walau begitu, Alena berusaha tidak mengeluh dan menahannya.

Melihat darah dagingnya seperti itu, hati Ryan terasa seperti dipotong-potong. "Apakah ini penyakit bawaan?"

"Bapak kurang tahu Nak. Beberapa kali kami membawa Alena berobat, tapi tidak ada satupun yang tahu penyakit apa yang dideritanya. Dokter hanya memberi kami resep obat untuk meringankan rasa sakit dan menghentikan pendarahan. Tapi semua itu hanya bersifat sementara dan tidak dapat menyembuhkan Alena."

Ryan lalu berusaha melihat dengan detail, gejala apa saja yang dialami anak semata wayangnya itu.

"Wajahnya terlihat pucat, matanya sayu, dan juga tubuh yang lemah. Ini bukan penyakit biasa." gumam Ryan sembari menyentuh janggutnya.

"Sepertinya memang begitu Nak. Jika penyakit biasa, dokter pasti dapat mendiagnosanya. Terlebih lagi, obat untuk meredakan penyakit Alena tidaklah murah."

"Kamu tahu sendiri, keadaan ekonomi kita seperti ini. Papa sudah tidak bekerja, dan hanya mengandalkan uang pensiun yang sangat kecil. Bahkan untuk makan saja sulit."

"Walau Dian juga bekerja paruh waktu di Minimarket, tapi tetap saja itu tidak cukup untuk membiayai pengobatan Alena."

"Sanggup tidak sanggup, kami harus bisa mengurus Alena. Apalagi, sejak Dian dijemput paksa, hanya Papa dan Mama saja yang mengurus semua kebutuhan Alena." Mata lelaki tua itu tampak berkaca-kaca, mungkin di dalam hatinya yang paling dalam, ia menyesali takdir hidupnya.

Ya, manusia mana yang tidak sedih saat melihat anak atau cucunya menderita, semua juga pasti merasakan demikian.

Ryan melihat Imam dengan tatapan penuh penyesalan. Tak lama kemudian, Ryan berbisik, "maafkan aku Pa-Ma, karena kepergianku telah menyusahkan kalian berdua."

"Tidak pernah sedikitpun terlintas di benak Papa dan Mama hal seperti itu Nak. Kami ikhlas merawat Alena dengan segala keterbatasan ini."

"Seandainya Papa dulu sebelum pensiun membuka toko untuk Mamamu, mungkin keadaan kita tidak semelarat ini, dan kita juga bisa memberikan perawatan yang lebih baik untuk Alena." Mata Imam yang tadi berkaca-kaca, kini terlihat mulai menitikkan air mata.

Ryan lalu kembali melihat ke arah gadis mungil yang usianya hampir lima tahun. Kini gadis itu sedang berada dalam pelukan sang nenek dengan posisi menunduk ke bawah, agar saat dirinya ingin muntah darah, muntahannya itu bisa langsung jatuh ke lantai.

Di saat anak seusianya sedang senang-senangnya bermain dengan anak-anak lainnya, Alena malah harus bermain sendiri di rumah sembari menahan rasa sakit yang dialaminya.

"Ma, bolehkah aku memeluk Alena?" tanya Ryan.

Nova mengangguk dan melepaskan pelukannya. Ia lalu berbisik lembut pada Alena, "Nak, itu Ayahmu sudah pulang. Ayah ingin sekali memeluk Alena, boleh?"

"Tidak mau! Dia bukan Ayahku! Aku tidak punya Ayah, aku cuma punya Ibu, Nenek, dan Kakek!" teriak Alena. Akan tetapi, karena teriakan ini, Alena kembali batuk dan muntah darah.

"Alena!" Ryan langsung memeluk Alena dan menyalurkan energi Qi miliknya ke dalam tubuh Alena.

Seketika itu, raut wajah pucat Alena mulai kembali normal. Rasa sakit di dadanya pun juga mereda.

'Hangatnya … apakah ini rasanya punya Ayah?' batin Alena dengan polos. Padahal, rasa hangat itu muncul dari energi yang masuk ke dalam tubuhnya.

Walau begitu, dengan kejadian ini, hati Alena sedikit melunak terhadap kehadiran pria asing yang mengaku sebagai Ayahnya itu.

Di saat Alena mulai nyaman dengan pelukan sang Ayah, di sisi lain, Ryan mengernyitkan dahinya.

Hal ini disebabkan Ryan merasakan ada substansi asing di dalam tubuh Alena. 'Bukankah ini racun?'

Ryan mencoba menganalisa racun yang ada di tubuh Alena. Betapa terkejutnya Ryan begitu mengetahui bahwa racun ini sangat mirip dengan Racun Surgawi yang dibuat oleh Dewa Racun, salah satu musuh Ryan di dunia Heaven Sword.

Tapi tentu saja, ada perbedaan antara Racun Surgawi asli dengan Racun yang ada dalam tubuh Alena. Ada beberapa bahan dasar Racun Surgawi yang tidak ada, sehingga racun dalam tubuh Alena tidak semematikan Racun Surgawi asli.

Tapi tetap saja, bagi manusia biasa, racun itu tetap mematikan. Dan sepertinya, racun tersebut telah berada sangat lama dalam tubuh Alena dan sudah diatur agar tubuhnya semakin lemah saat usianya mendekati lima tahun.

Itu artinya, pelaku pemberian racun ini telah meracuni Alena sejak masih bayi.

'Brengsek! Ini pasti perbuatan Ibu Mertuaku!'

'Tapi dari mana Dea mendapatkan racun seperti ini?'

Tak mau terlarut dalam pikirannya, Ryan mengembalikan fokusnya pada racun dalam tubuh anak semata wayangnya itu.

'Baiklah, sekarang aku akan memusnahkan racun ini.' Dengan pikiran seperti itu, Ryan mulai mengoperasikan Api Lotus Hijau.

Dengan ganas, Api Lotus Hijau yang masuk ke dalam tubuh Alena langsung melahap semua racun tersebut.

Akan tetapi, setelah 30 menit, racun tersebut tidak kunjung hilang dan hanya berkurang sebanyak 5% saja.

'Sial! Dengan tingkat Kultivasi Qi Condensation Tengah, aku masih belum mampu untuk menyingkirkannya! Setidaknya, menurut perkiraanku, aku membutuhkan tingkat Kultivasi Foundation Establishment Awal untuk benar-benar menyembuhkan Alena.'

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status