Share

Bab 6 - Racun

Penulis: Rianoir
last update Terakhir Diperbarui: 2023-07-12 11:34:33

Mendengar pertanyaan Ryan, Nova hanya bisa terdiam sambil mengusap-usap rambut hitam Alena, seakan ingin menyembunyikan sesuatu.

"Ma, tolong katakan dengan jujur, sejak kapan Alena seperti ini?" tanya Ryan dengan nada meninggi.

Sebelum Nova menjawab, Imam menjawabnya terlebih dahulu. "Alena sudah batuk berdarah sejak dia datang kemari bersama ibunya. Saat itu, kami sudah mencoba menanyakannya pada Dian. Akan tetapi Dian sama sekali tidak mau memberitahu kami."

Ryan menatap bocah manis itu. Tampak di wajahnya, tercetak ekspresi kesakitan yang teramat sangat. Walau begitu, Alena berusaha tidak mengeluh dan menahannya.

Melihat darah dagingnya seperti itu, hati Ryan terasa seperti dipotong-potong. "Apakah ini penyakit bawaan?"

"Bapak kurang tahu Nak. Beberapa kali kami membawa Alena berobat, tapi tidak ada satupun yang tahu penyakit apa yang dideritanya. Dokter hanya memberi kami resep obat untuk meringankan rasa sakit dan menghentikan pendarahan. Tapi semua itu hanya bersifat sementara dan tidak dapat menyembuhkan Alena."

Ryan lalu berusaha melihat dengan detail, gejala apa saja yang dialami anak semata wayangnya itu.

"Wajahnya terlihat pucat, matanya sayu, dan juga tubuh yang lemah. Ini bukan penyakit biasa." gumam Ryan sembari menyentuh janggutnya.

"Sepertinya memang begitu Nak. Jika penyakit biasa, dokter pasti dapat mendiagnosanya. Terlebih lagi, obat untuk meredakan penyakit Alena tidaklah murah."

"Kamu tahu sendiri, keadaan ekonomi kita seperti ini. Papa sudah tidak bekerja, dan hanya mengandalkan uang pensiun yang sangat kecil. Bahkan untuk makan saja sulit."

"Walau Dian juga bekerja paruh waktu di Minimarket, tapi tetap saja itu tidak cukup untuk membiayai pengobatan Alena."

"Sanggup tidak sanggup, kami harus bisa mengurus Alena. Apalagi, sejak Dian dijemput paksa, hanya Papa dan Mama saja yang mengurus semua kebutuhan Alena." Mata lelaki tua itu tampak berkaca-kaca, mungkin di dalam hatinya yang paling dalam, ia menyesali takdir hidupnya.

Ya, manusia mana yang tidak sedih saat melihat anak atau cucunya menderita, semua juga pasti merasakan demikian.

Ryan melihat Imam dengan tatapan penuh penyesalan. Tak lama kemudian, Ryan berbisik, "maafkan aku Pa-Ma, karena kepergianku telah menyusahkan kalian berdua."

"Tidak pernah sedikitpun terlintas di benak Papa dan Mama hal seperti itu Nak. Kami ikhlas merawat Alena dengan segala keterbatasan ini."

"Seandainya Papa dulu sebelum pensiun membuka toko untuk Mamamu, mungkin keadaan kita tidak semelarat ini, dan kita juga bisa memberikan perawatan yang lebih baik untuk Alena." Mata Imam yang tadi berkaca-kaca, kini terlihat mulai menitikkan air mata.

Ryan lalu kembali melihat ke arah gadis mungil yang usianya hampir lima tahun. Kini gadis itu sedang berada dalam pelukan sang nenek dengan posisi menunduk ke bawah, agar saat dirinya ingin muntah darah, muntahannya itu bisa langsung jatuh ke lantai.

Di saat anak seusianya sedang senang-senangnya bermain dengan anak-anak lainnya, Alena malah harus bermain sendiri di rumah sembari menahan rasa sakit yang dialaminya.

"Ma, bolehkah aku memeluk Alena?" tanya Ryan.

Nova mengangguk dan melepaskan pelukannya. Ia lalu berbisik lembut pada Alena, "Nak, itu Ayahmu sudah pulang. Ayah ingin sekali memeluk Alena, boleh?"

"Tidak mau! Dia bukan Ayahku! Aku tidak punya Ayah, aku cuma punya Ibu, Nenek, dan Kakek!" teriak Alena. Akan tetapi, karena teriakan ini, Alena kembali batuk dan muntah darah.

"Alena!" Ryan langsung memeluk Alena dan menyalurkan energi Qi miliknya ke dalam tubuh Alena.

Seketika itu, raut wajah pucat Alena mulai kembali normal. Rasa sakit di dadanya pun juga mereda.

'Hangatnya … apakah ini rasanya punya Ayah?' batin Alena dengan polos. Padahal, rasa hangat itu muncul dari energi yang masuk ke dalam tubuhnya.

Walau begitu, dengan kejadian ini, hati Alena sedikit melunak terhadap kehadiran pria asing yang mengaku sebagai Ayahnya itu.

Di saat Alena mulai nyaman dengan pelukan sang Ayah, di sisi lain, Ryan mengernyitkan dahinya.

Hal ini disebabkan Ryan merasakan ada substansi asing di dalam tubuh Alena. 'Bukankah ini racun?'

Ryan mencoba menganalisa racun yang ada di tubuh Alena. Betapa terkejutnya Ryan begitu mengetahui bahwa racun ini sangat mirip dengan Racun Surgawi yang dibuat oleh Dewa Racun, salah satu musuh Ryan di dunia Heaven Sword.

Tapi tentu saja, ada perbedaan antara Racun Surgawi asli dengan Racun yang ada dalam tubuh Alena. Ada beberapa bahan dasar Racun Surgawi yang tidak ada, sehingga racun dalam tubuh Alena tidak semematikan Racun Surgawi asli.

Tapi tetap saja, bagi manusia biasa, racun itu tetap mematikan. Dan sepertinya, racun tersebut telah berada sangat lama dalam tubuh Alena dan sudah diatur agar tubuhnya semakin lemah saat usianya mendekati lima tahun.

Itu artinya, pelaku pemberian racun ini telah meracuni Alena sejak masih bayi.

'Brengsek! Ini pasti perbuatan Ibu Mertuaku!'

'Tapi dari mana Dea mendapatkan racun seperti ini?'

Tak mau terlarut dalam pikirannya, Ryan mengembalikan fokusnya pada racun dalam tubuh anak semata wayangnya itu.

'Baiklah, sekarang aku akan memusnahkan racun ini.' Dengan pikiran seperti itu, Ryan mulai mengoperasikan Api Lotus Hijau.

Dengan ganas, Api Lotus Hijau yang masuk ke dalam tubuh Alena langsung melahap semua racun tersebut.

Akan tetapi, setelah 30 menit, racun tersebut tidak kunjung hilang dan hanya berkurang sebanyak 5% saja.

'Sial! Dengan tingkat Kultivasi Qi Condensation Tengah, aku masih belum mampu untuk menyingkirkannya! Setidaknya, menurut perkiraanku, aku membutuhkan tingkat Kultivasi Foundation Establishment Awal untuk benar-benar menyembuhkan Alena.'

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pembalasan Menantu Sampah   Bab 155 - Epilog

    Dari balik dinding rumah mewah di kawasan elit Surabaya, terdengar isak tangis yang merobek kesunyian. Sebuah wanita bertubuh mungil dengan dada yang menonjol, tampak berusaha meredakan tangisan anak laki-lakinya yang masih berusia belia, kurang dari 8 tahun. Wanita itu, Winnie, dengan lembut mengelus punggung anaknya sambil mengayun-ayunkan tubuhnya."Sayang, shhh... sudah ya, jangan menangis lagi..." Suaranya lembut, berusaha menenangkan hati kecil yang sedang sedih itu."Reno, jangan terlalu lemah, kamu kan laki-laki!" ujar seorang gadis berusia 16 tahun, rambutnya yang panjang terurai hingga pinggang."Alena, cukup … jangan mengganggu adikmu," tegur Ryan, meski sudah berusia 46 tahun, penampilannya masih seperti mahasiswa. Banyak yang salah mengira usianya.Alena memutar matanya, rasa kesal tergambar jelas di wajahnya. "Tapi Ayah, Reno itu menggemaskan. Alena tidak tahan melihat pipi tembemnya begitu saja..." katanya sambil berusaha mencubit lagi pipi adiknya yang masih dalam dekap

  • Pembalasan Menantu Sampah   Bab 154 - Reuni

    Setelah berpisah dengan Zeus, kini hati Ryan penuh dengan kekhawatiran yang mendalam. Ia sangat khawatir dengan Istri dan anaknya, serta teman-teman lainnya. Dengan cepat, ia menggunakan Mode Dewa, mengepakkan keempat pasang sayap api dan es, lalu meluncur ke Jakarta, meninggalkan jejak cahaya aurora yang membelah langit, seperti bintang jatuh yang menembus kegelapan.Dalam sekejap, Ryan sudah berada di area parkir Jakarta Expo. Saat mendarat, debu dan angin berhamburan ke segala arah, menciptakan pemandangan dramatis di tengah malam. Di sekeliling Ryan, tumpukan mayat manusia dan juga makhluk modifikasi tergeletak tak bernyawa, mirip dengan tumpukan sampah yang telah dibuang. Cairan merah, yang kini mulai mengering, meresap ke dalam retakan tanah dan paving, menciptakan gambaran yang mengerikan.Melihat semua itu, Ryan memperlihatkan kegelisahan yang mendalam. Kekhawatirannya terhadap keluarga dan teman-temannya membuat wajahnya menjadi suram. Namun, sebelum Rya sempat merasakan apa

  • Pembalasan Menantu Sampah   Bab 153 - Pilihan

    Dalam pandangan Ryan, tubuh pria tua itu hampir tidak memiliki garis kematian. Hanya dua garis saja yang bisa dilihat, sebuah bukti bahwa pria tua itu hampir mencapai batas keabadian. Seolah-olah, semakin sedikit garis kematian yang dimiliki, semakin jauh mereka dari ambang kematian.Dalam satu hembusan nafas, Ryan telah berada tepat di depan pria tua itu. Dengan keberanian dan kepastian, pedang Aurora di tangannya bergerak, berusaha memotong garis kematian yang berjalan secara diagonal dari punggung kanan pria tua itu hingga pinggang kirinya.Saat ujung pedang Ryan hampir menyentuh garis kematian, sesuatu berkilauan tiba-tiba muncul. Seolah-olah muncul dari ketiadaan, rantai keemasan meluncur keluar, bergerak cepat dan ganas. Mereka melilit pergelangan tangan, betis, dan leher Ryan dengan kekuatan yang membelenggu, menahan gerakannya yang hampir berhasil. Ryan sangat terkejut dengan apa yang dialaminya. Ia berjuang, mencoba untuk bergerak, namun rantai emas yang melilit dirinya sema

  • Pembalasan Menantu Sampah   Bab 152 - Bidak Catur

    Ryan merasakan beratnya hawa kehadiran pria tua itu, membebani udara di sekitarnya. Namun, hal itu tidak menghalangi Ryan untuk mengekspresikan rasa kekecewaanya. "Kenapa … kenapa kau membunuh Albert?!" suaranya bergema, penuh dengan rasa kemarahan."Aku hanya membantumu untuk membunuhnya." Pria tua itu tersenyum, tidak ingin memberitahu Ryan alasan sesungguhnya. "Lagipula, dia sudah kalah darimu. Jadi aku hanya ingin mempercepat kematiannya, demi kegembiraanku dan para penonton lainnya.""Para penonton?" Ryan. mengerutkan dahinya. Ia mengangkat kepalanya dan menatap tajam pria tua itu. "Apa maksudmu?"Pria tua itu menunjuk ke atas langit. Ryan secara tidak sadar ikut mendongak ke atas. Detik berikutnya, mata Ryan melebar. Di atas langit, terdapat sebuah bola mata raksasa samar, mengintip semua yang terjadi di lokasi tersebut."Jadi, semua pertarungan hidup dan mati ini hanya tontonan bagi kalian?!" ucap Ryan dengan nada penuh amarah."Benar, kalian tidak lain hanya hiburan semata di

  • Pembalasan Menantu Sampah   Bab 151 - Akhir Pertarungan

    Ketika serangan keduanya bertabrakan, langit malam itu seketika terang benderang. Kilatan cahaya aurora dan petir menyinari pulau tak berpenghuni di bawah mereka. Gelombang kejut dan angin kencang membelah udara, merusak pepohonan di pulau itu. Gelombang laut naik tinggi, terpengaruh oleh kekuatan serangan mereka.Tabrakan antara kedua serangan ini menghasilkan ledakan yang luar biasa. Suara dentuman yang menggelegar mencapai ke segala penjuru. Energi dari serangan itu menyebar luas, menciptakan riak di laut dan menyapu pohon-pohon di daratan.Kedua serangan tersebut saling melawan, menciptakan tekanan besar di antara keduanya. Mereka sama-sama merasakan kekuatan besar satu sama lain, dan keduanya terus menerus berusaha untuk mendominasi serangan ini. Hingga akhirnya, sebuah ledakan besar tercipta. BOOM!Asap berbentuk kepala jamur membumbung tinggi di langit yang memerah. Suara dentuman keras terdengar hingga jarak ratusan kilometer. Gelombang tsunami setinggi sepuluh meter menengge

  • Pembalasan Menantu Sampah   Bab 150 - Puncak Pertarungan

    Di tengah reruntuhan gedung Jakarta Expo, Ryan dan Albert berdiri saling berpandangan dengan nafas terengah-engah. Dalam jangka waktu satu jam, mereka berdua telah bertarung dengan intens. Namun, sampai sekarang, masih belum ditentukan juga siapa pemenangnya.Ryan sadar, bahwa Albert memiliki pengetahuan mendalam tentang semua kekuatan yang dimilikinya dari pertarungan sebelumnya. Jadi, untuk mengalahkan Albert, ia butuh elemen kejutan yang tidak terduga. Dan sepertinya, Api Surgawi ketiga miliknya–Api Lotus Pengubah Kehidupan, merupakan hal yang cocok dalam mengejutkan lawannya. Tapi, untuk melakukannya, Ryan harus membawa Albert menjauhi kota Jakarta. Jika tidak, serangan pamungkas miliknya bisa saja mengenai Alena dan teman-temannya. Ia tidak mau hal tersebut sampai terjadi.Ryan kemudian berkonsentrasi mengendalikan ketiga Api Surgawi miliknya. Keempat pasang sayap api-es yang sebelumnya telah compang-camping dan agak meredup, kembali pulih seperti semula. Tapi, di belakang keemp

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status