Karena Tingkat Kultivasi Ryan hanya berada di Qi Condensation Tengah, maka energi yang dimiliki Ryan tidaklah banyak. Demi berusaha membakar habis racun di tubuh Alena saja, Ryan telah menghabiskan 80% Qi dalam tubuhnya.
Hal ini membuat nafas Ryan terengah-engah. Walau begitu, Ryan tetap terus menyuntikkan energi Qi miliknya tanpa henti.Setelah beberapa saat berpikir dan mengatur napasnya, Ryan memutuskan untuk sementara waktu menyegel racun di dalam tubuh Alena.Dengan cepat, Api Lotus Hijau di tubuh Alena menyelimuti semua racun yang ada dalam tubuhnya, dan langsung mengumpulkannya menjadi satu, membentuk sebuah permata hitam legam di dalam jantung Alena.Semua proses ini, mulai dari awal hingga proses penyegelan, telah memakan waktu kurang lebih 50 menit. Dengan kata lain, Ryan telah memeluk Alena selama hampir satu jam.Tentu saja hal ini membuat kedua orang tua Ryan sedikit bingung. Namun, mereka mengira bahwa lamanya Ryan memeluk Alena karena keduanya sedang saling melepas rindu.Sementara Alena sendiri, ia sama sekali tidak merasa capek. Alena malah merasa sangat nyaman dan hangat. Ini adalah pertama kalinya dalam hidup Alena ia merasakan hal seperti itu. Terlebih lagi, Alena setiap hari selalu menahan rasa sakit di dadanya. Jadi kejadian seperti ini sangatlah langka.Setelah selesai menyegel racun dalam tubuh Alena, Ryan bernafas lega sembari melepas pelukannya. Ia lalu berbisik dengan nada penuh kasih sayang, "Bagaimana, apa masih ada yang sakit?""Mmm~" Alena menggelengkan kepalanya. "Alena tidak kesakitan lagi … Alena tidak kesakitan lagi Yah …"Mata Alena mulai berkaca-kaca. Walau begitu, senyum indah dan hangat terukir di wajah Alena, membuat hati siapapun yang melihatnya akan terenyuh.Melihat senyuman ini, Ryan balas tersenyum hangat dengan wajah pucatnya. Ia mengusap-usap kepala Alena.Hal itu membuat mata Alena yang sebelumnya berkaca-kaca mulai menitikkan air mata bahagia.Dalam diri Ryan, keinginannya untuk menyembuhkan dan juga membahagiakan Alena berkobar dengan ganas.'Alena, aku berjanji padamu. Aku akan menyembuhkanmu, dan akan memberikanmu kebahagiaan.''Aku juga akan merebut kembali Ibumu dari tangan nenek tua sial itu!' janji Ryan dalam hati.Beberapa saat kemudian, tangisan Alena mulai mereda. Tampak rasa lelah dan kantuk di wajahnya.Ryan lalu meminta Nova, ibunya, untuk segera menggendong Alena. Karena saat ini, tubuh Ryan terasa sangat lelah.Saat Nova mengambil Alena, barulah ia sadar dengan kondisi anaknya“Kamu kenapa Nak?” tanya Nova yang khawatir melihat raut wajah pucat Ryan."Tidak Ma, Ryan tidak kenapa-kenapa kok," jawab Ryan lemah. "Sekarang tolong bawa Alena ke kamar untuk istirahat, biar Ryan istirahat di sini," imbuhnya dengan suara yang hampir tidak terdengar."Tapi, Nak, kamu beneran tidak apa-apa kan?” Sekali lagi Ibu Ryan memastikan."Tidak Ma.""Baiklah Mama akan bawa Alena ke kamar, setelah dia tertidur Ibu kembali ke sini lagi untuk mengurusmu.”Tanpa menunggu persetujuan dari sang putra, langsung saja wanita tua itu membawa Alena masuk ke kamar utama yang hanya berukuran 2×2 meter.Di dalam kamar, Ibu Ryan mengelus-ngelus lengan cucunya penuh kasih berharap gadis manis itu bisa segera tertidur.Benar saja, sekitar sepuluh menitan, akhirnya Alena tertidur dengan boneka kucing di pelukannya. Ibu Ryan pun segera beranjak menuju ruang keluarga di mana sang putra berada. Akan tetapi, sebelum ia menemui Ryan, Nova pergi ke dapur untuk menyeduh teh tawar hangat dan memberikannya ke putra semata wayangnya itu.Mendapat perlakuan demikian, hati Ryan benar-benar tersentuh. Selama ribuan tahun di dunia Heaven Sword, ia tidak pernah mendapat afeksi seperti ini.Memang, di dunia itu, Ryan dihormati karena kemampuannya dalam pengobatan dan juga kekuatannya. Tapi semua rasa hormat itu datang karena kekuatan Ryan. Jika ia lemah, maka orang-orang itu tidak akan menghormatinya.Maka dari itu, hubungan Ryan dengan orang-orang dunia Heaven Sword, terkecuali gurunya, sangatlah hambar.Memikirkan masa lalunya, Ryan hanya menggelengkan kepalanya. Ia lalu menenggak teh tawar hangat tersebut sampai habis, dan segera beristirahat di sofa karena tenaganya harus pulih secepatnya.~***~Kegelapan malam berganti dengan sinar cerah pagi, dan perlahan-lahan, segala sesuatu yang sebelumnya tersembunyi kini terungkap. Pemandangan orang yang berolahraga dan juga anak sekolah, menjadi indikasi bahwa aktivitas pagi telah dimulai. Semua manusia yang tertidur terbangun, dan suasana pagi memberikan energi baru bagi dunia.Dengan pagi yang cerah ini, Ryan terbangun dengan keadaan tubuh yang telah fit kembali. Begitu pula dengan Alena, yang pagi ini tampak terlihat ceria sekali. Tentu saja hal tersebut membuat Ryan senang, karena itu artinya usaha kerasnya kemarin tidak sia-sia.Ryan beranjak dari sofa, dan kemudian menghampiri Alena yang sedang asyik bermain dengan boneka kucing berwana coklat. Sepertinya boneka tersebut adalah boneka kesayangannya."Bagaimana keadaanmu Nak?" tanya Ryan penuh kelembutan. Ketika ia menatap Alena, Ryan merasa seperti sedang menatap Dian, wanita tercintanya yang entah bagaimana keadaannya saat ini.Sebenarnya Ryan memang bermaksud untuk menemui Dian. Akan tetapi, Ryan ingin membangun kerajaan bisnisnya terlebih dahulu untuk membuktikan diri pada ibu mertuanya bahwa ia bukanlah Ryan yang dulu.Selain itu, Ryan juga ingin meningkatkan kekuatannya hingga Foundation Establishment Awal. Di dunia ini, senjata api adalah raja. Agar ia dapat kebal terhadap peluru, tingkat Kultivasi Foundation Establishment Awal sangat dibutuhkan.Di sisi lain, ibu mertuanya, Dea, adalah orang yang licik. Belum lagi orang-orang yang ada dibelakangnya. Jadi Ryan tidak bisa gegabah."Alena baik, Yah,” jawab bocah itu."Syukurlah Nak kalau kamu baik-baik saja. Ayah senang. Semoga ke depannya kamu sehat dan tidak merasakan rasa sakit itu lagi ya.”Alena mengangguk kemudian kembali fokus dengan mainannya, Ryan juga ikut bermain bersama sang putri agar lambat laun putrinya itu bisa dekat dengannya.Pandangan keduanya teralih, ketika sebuah suara yang mereka kenal terdengar keras."Ayo makan dulu.""Iya Bu," jawab Ryan, kemudian menuntun Alena menuju ruang keluarga.Di lantai ruang tamu, nasi panas dan telur dadar serta ikan asin sudah terhidang. Mereka lalu mulai duduk lesehan dan sarapan bersama.Baru saja Ryan menyuap nasi ke dalam mulut, pintu depan terdengar diketuk oleh seseorang. Bukan diketuk, tapi lebih tepatnya digedor.DOOK DOOK DOOK DOOKSuara gedoran itu sangat keras, seakan pintu mereka digedor menggunakan batu.Hal tersebut mengundang tanya mereka semua. Siapa gerangan yang bertamu sepagi ini, terlebih lagi dengan sikap yang kurang sopan seperti itu."Kalian lanjutkan saja makannya, biar Mama yang ke depan membukakan pintu," usul Ibu Ryan seraya bangkit dari duduknya menuju pintu depan.Ryan, bapaknya, dan Alena kembali menikmati makanan sederhana yang dimasak penuh cinta oleh malaikat tak bersayap mereka. Namun, lagi-lagi suapan mereka harus kembali terjeda saat mendengar rengekan keras Ibu Ryan. "Tolong jangan pukul saya Pak … tolong beri kami waktu …"Suara ini membuat Alena sedikit ketakutan. Bahkan wajah santai Imam berubah drastis, seakan-akan ia tahu identitas orang yang bertamu ke rumahnya itu. Saat Imam akan berdiri menyusul Nova, Ryan langsung menghentikannya. “Pa, biar Ryan yang pergi ke depan. Papa makan saja di sini bersama Alena.”"Tapi Nak …"Tanpa menunggu persetujuan Imam, Ryan langsung bangkit dari duduknya, dan segera berjalan ke teras depan. Ia merasa ada sesuatu yang tidak beres, sehingga membuat Ibunya sampai seperti itu.Ternyata dugaan Ryan benar. Saat Ryan tiba di teras depan, ia melihat sang Ibu sudah te
"Hehehe, jangan pernah mempermain kami, keparat! Dengan libasan golokku, akan aku pastikan kepala dan badanmu itu terpisah."Mendengar ini, Ryan berkata dengan nada tinggi. "Jangan banyak bicara, ayo maju kalian bertiga!""Dasar sombong!""Ayo maju!""Mati kau!"Ketiga pria berbadan kekar tersebut berteriak dan maju secara bersamaan. Mereka dengan cepat melayangkan golok tajam tanpa ada keraguan di dalamnya.Melihat datangnya ketiga bilah golok yang datang dari tiga arah yang berbeda secara bersamaan, Ryan tidak menunjukkan rasa takut sedikit pun. Ekspresi tenang di wajahnya menjadi lapisan tipis yang menyembunyikan kekuatan dalam dirinya.Saat ketiga golok tersebut berada pada jarak tertentu, Ryan lalu bergerak mengelak dengan lincah, meliuk dan menari di antara serangan-serangan itu. Setiap gerakan tubuhnya penuh dengan keanggunan dan keahlian yang memikat. Dengan kecepatan dan kekuatan yang luar biasa, ia merespons setiap serangan dengan tepat waktu.Golok-golok itu berputar dan be
"Mama tenang saja, masalah ini biar nanti Ryan yang menyelesaikannya. Sekarang Mama, Papa, dan Alena lanjutkan sarapan kalian saja. Tadi belum sempat makan kan?" Ryan mengalihkan topik pembicaraan."Ennn ... biar nanti siang saja mama teruskan, sekarang nafsu makan mama benar-benar sudah hilang.”"Papa juga sudah kenyang. Kalau Alena bagaimana?""Ennn …" Alena menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia masih sedikit ketakutan dengan keributan yang terjadi di luar."Brengsek! Tahu begini, setidaknya aku akan memecahkan bola kejantanan mereka terlebih dahulu sebelum membiarkan kelimanya pergi, sebagai bayaran telah merusak suasana sarapan keluargaku." bisik Ryan"Kamu bilang apa Nak?" tanya Nova yang sekilas sepertinya mendengar bisikan kecil Ryan tadi."Ryan cuma menghela nafas saja kok Ma." Ryan tersenyum sembari berharap ibunya tidak mendengar perkataannya.Karena acara sarapan bersama telah kacay, Ryan dan kedua orang tuanya memilih untuk bercengkrama di sana mengisi waktu kosong, karena ke
Mendengar kata-kata motivasi Rendi, 20 preman bertato dan berbadan kekar tersebut mulai bangkit dari ketakutannya. Mereka sadar, bahwa jumlah mereka jauh lebih banyak dari Ryan yang hanya seorang diri. Jadi, mereka berpikir untuk tidak lagi takut menghadapi Ryan. Dalam keheningan yang tegang, Ryan, si kultivator Qi Gathering Tengah, berdiri dengan mantap di hadapan 20 preman berbadan kekar yang membawa golok. Wajahnya dipenuhi dengan kepercayaan diri yang tak tergoyahkan. "Serang!" Mendengar aba-aba dari Rendi, tanpa ragu para preman itu dengan ganas menerjang Ryan. Mereka mengangkat golok mereka tinggi-tinggi sehingga bilah golok-golok mereka terlihat berkilat di udara. Namun, Ryan dengan tenang menatap mereka, siap menghadapi serangan mereka dengan tangan kosong. Serangan pertama datang dengan cepat, sekelompok preman mendekati Ryan dengan serangan horizontal yang kuat. Namun, dengan kecepatan yang luar biasa, Ryan menghindari serangan mereka dengan gerakan yang lincah, seperti
Tak butuh waktu lama, Rendi telah membawa Ryan ke sebuah Klub Malam di tengah kota Surabaya. Karena saat ini matahari masih berada di puncak, suasana Klub Malam bernama Viper Nest itu masih tampak sepi.Dari penjelasan Rendi selama perjalanan, Arnold ternyata adalah seorang pimpinan sebuah Geng bernama Viper dan membawahi beberapa Klub Malam, Panti Pijat, dan juga Rumah Judi di wilayah Surabaya Pusat dan Timur. Arnold juga sering memberikan pinjaman dengan bunga tinggi pada orang-orang yang membutuhkan untuk merebut aset mereka. Jadi, alasan Arnold bersedia memberikan pinjaman pada Nova dan Imam adalah karena dia ingin merebut rumah tempat tinggal mereka berdua.Dari cerita ini, Ryan benar-benar ingin segera memberinya salam yang sangat hangat pada Arnold.Ryan melangkah masuk ke klub malam yang gelap dengan Rendi di sampingnya. Suasana hening terisi dengan ketegangan saat mereka berjalan melintasi lorong yang sepi. Beberapa kali Ryan dan Rendi bertemu dengan sejumlah anggota Geng V
"Siap Bos!" jawab Rizal dan Hendra bersamaan.Setelah itu, kedua pria berbadan kekar dengan jas hitam, kemeja putih, dan kacamata hitam tersebut bergegas melangkah dan berdiri di hadapan Ryan."Namaku Rizal, dan yang disebelahku ini adalah adik seperguruanku, Hendra. Kami berdua adalah Praktisi Seni Bela Diri Pencak Silat yang telah lama mengikuti Bos Arnold. Sebelum bertarung, bolehkah aku bertanya, siapa nama Praktisi Bela Diri di depanku ini?"Walau Rizal adalah bodyguard dari seorang Bos Geng, tapi dia sangat mendedikasikan dirinya untuk Bela Diri. Bahkan sampai sekarang, setiap pagi dia tidak pernah lupa untuk berlatih. Jika bukan karena faktor ekonomi dan juga balas budi, mungkin dia tidak akan bekerja sebagai bodyguard.Rizal menganggap Ryan sebagai seorang Praktisi Bela Diri. Maka dari itu, dia memberikan salam hormat kepada Ryan sebagai sesama Praktisi Bela Diri. Perkatan penuh kesopanan ini membuat Ryan puas. Ia pun membalas perkataan Rizal dengan sopan. "Aku Ryan, dan aku
Arnold, yang menyaksikan pertarungan itu dengan mata kepalanya sendiri, sedikit bergidik begitu mendengar suara Ryan. Bagaimanapun juga, kekuatan yang diperlihatkan Ryan benar-benar luar biasa. Arnold sendiri tidak yakin dapat mengalahkan Ryan hanya dengan kekuatannya sebagai seorang Master.Tak lama kemudian, Ryan kembali berkata dengan suara yang berat, "Aku memberimu dua pilihan, mati di sini, atau bersumpah setia padaku."Aura penuh penindasan menyeruak bagai ombak besar menerjang, membuat tubuh Arnold terasa begitu berat hingga jatuh berlutut."Ugh!" Arnold mengerang kesakitan atas tekanan berat ini. "Cepat pilih! Aku memberimu waktu sepuluh detik …"Sebagai seorang Master, ia tidak ingin bekerja di bawah orang lain. Dengan harga diri dan keangkuhannya, hati Arnold terus menolak ide untuk tunduk pada sosok pria yang ada di depannya itu."Sepuluh …""Sembilan …"Suara hitungan mundur terdengar bagaikan petir di siang bolong, membuat jantung Arnold serasa ingin melompat."Delapan
"Arnold siap memenuhi semua perintah Bos Ryan!" tegas Arnold.Ryan tersenyum dan berkata, "Hal pertama yang aku ingin kamu lakukan sekarang adalah memberiku ponsel dan juga sejumlah besar uang.""Itu hal yang sangat mudah Bos, Arnold bisa segera melakukannya sekarang." Setelah berkata seperti itu, Arnold langsug meminta Rendi dan anak buahnya segera pergi ke Tunjungan Plaza untuk membeli ponsel baru. Arnold kemudian meraih dompet di kantong celananya, dan mengeluarkan sebuah kartu berwarna hitam. Tanpa ragu, Arnold membungkukkan tubuhnya 90 derajat sembari menyerahkan kartu hitam tersebut kepada Ryan."Bos, ini adalah Black Card dari Bank Asia. Untuk menghindari kecurigaan aparat hukum, kami membagi semua keuntungan bisnis Geng Viper ke dalam beberapa rekening Bank, dan ini salah satunya.""Di dalamnya, ada uang 20 miliar rupiah. Arnold mohon Bos bersedia menerimanya." jelas Arnold."Baik, aku terima kartu ini dengan senang hati, terima kasih." Ryan mengambil kartu di tangan Arnold.