Share

Bab 8 - Kedatangan Tamu Tak Diundang

"Kalian lanjutkan saja makannya, biar Mama yang ke depan membukakan pintu," usul Ibu Ryan seraya bangkit dari duduknya menuju pintu depan.

Ryan, bapaknya, dan Alena kembali menikmati makanan sederhana yang dimasak penuh cinta oleh malaikat tak bersayap mereka. Namun, lagi-lagi suapan mereka harus kembali terjeda saat mendengar rengekan keras Ibu Ryan.

"Tolong jangan pukul saya Pak … tolong beri kami waktu …"

Suara ini membuat Alena sedikit ketakutan. Bahkan wajah santai Imam berubah drastis, seakan-akan ia tahu identitas orang yang bertamu ke rumahnya itu.

Saat Imam akan berdiri menyusul Nova, Ryan langsung menghentikannya. “Pa, biar Ryan yang pergi ke depan. Papa makan saja di sini bersama Alena.”

"Tapi Nak …"

Tanpa menunggu persetujuan Imam, Ryan langsung bangkit dari duduknya, dan segera berjalan ke teras depan. Ia merasa ada sesuatu yang tidak beres, sehingga membuat Ibunya sampai seperti itu.

Ternyata dugaan Ryan benar. Saat Ryan tiba di teras depan, ia melihat sang Ibu sudah terduduk lemas di tanah. Sementara di depannya, ada lima orang berbadan kekar sedang tertawa-tawa.

'Siapa mereka? Kenapa mereka mengganggu mama?' Puluhan pertanyaan bercokol di benak Ryan.

Tanpa pikir panjang, Ryan langsung bergegas menghampiri ibunya dan membantunya untuk bangkit.

Akan tetapi, saat tangan Ryan akan meraih tangan ibunya, tiba-tiba sebuah tendangan keras menghampiri wajah ibunya dengan kecepatan tinggi.

Dengan sigap, tangan Ryan langsung menangkap kaki salah satu pria berbadan kekar yang melancarkan tendangan.

Ryan kemudian mengangkat matanya, memandang tajam pria kekar tersebut. Dengan suara yang berat, seakan sedang menahan emosinya, Ryan bertanya, "Siapa kalian? Mengapa kalian berbuat seperti ini?"

"Seharusnya aku yang bertanya padamu! Siapa kamu?! Seenaknya menghalangi kami melaksanakan tugas." Bukannya menjawab, lelaki berwajah sangar itu malah melontarkan ancaman kepada Ryan. "Jika tidak mau mati, cepat lepaskan tangan kotormu dari sepatu mahalku ini dan segera menyingkir! Jangan campuri urusan kami jika kamu masih menyayangi nyawamu."

"Sepertinya dia sudah bosan hidup Bos.” Anak buah lain ikut mengompori.

"Kau benar!"

"Hajar Bos, jangan beri ampun!"

"Hehehe, benar Bos. Anggap saja ini pemanasan sebelum kita mengacaukan rumah itu."

"Hahahaha …" Keempat pria berbadan kekar lainnya tertawa dengan keras, seakan Ryan dan Ibunya adalah semut yang mudah untuk diinjak.

Saat mereka tertawa, tiba-tiba saja Ryan juga ikut tertawa keras. "HAHAHAHAHA …"

Semakin keras Ryan tertawa, semakin erat cengkraman Ryan pada salah satu telapak kaki pria berbadan kekar berambut mohawk yang di panggil Bos itu.

Tak ayal, Bos Preman itu mengerang kesakitan. "Aaargh! Cepat lepaskan kakiku!"

Bos Preman itu terus berusaha menarik kakinya dari tangan Ryan. Namun tangan Ryan bagaikan seonggok batu besar yang sama sekali tidak bisa digerakkan.

"Brengsek, cepat lepaskan aku!"

Tanpa menghiraukan Bos Preman, Ryan menghentikan tawanya dan mendengus, "Kata kalian aku sudah bosan hidup? Hump! Kalian salah! Kalian lah yang sudah bosan hidup!"

Seketika itu, tekanan penuh penindasan menyeruak dari tubuh Ryan. Hal ini membuat kelima pria berbadan kekar itu sedikit gemetaran dan berkeringat dingin.

"Brengsek! Lepa …"

Krak!

Belum sempat Bos Preman menyelesaikan perkataannya, Ryan langsung mematahkan kaki Bos Preman tersebut. Suara renyah bagaikan ranting pohon yang patah terdengar jelas.

"AAAAAARGH!" teriak Bos preman kesakitan.

Seperti membuang sampah, Ryan melempar tubuh Bos Preman itu ke arah anak buahnya.

"Ugh … kenapa kalian cuma diam saja?! Cepat serang pria brengsek itu! Patahkan kedua kaki dan tangannya!"

Mendengar perintah penuh amarah dari sang Bos yang sedang terkapar di depan mereka, keempat pria berbadan kekar ini serentak menjawab, "Siap Bos!"

Keempat orang tersebut maju dan mengepung Ryan. Meski begitu, tidak tampak adanya rasa takut di mata Ryan. Yang ada hanyalah tatapan merendahkan.

Hal ini tentu membuat keempat pria kekar itu semakin marah.

"Kamu hanya sendirian dan kami berempat, tapi kamu berani menatap kami dengan tatapan seperti itu. Aku benar-benar ingin mencongkel matamu!"

Setelah kata-kata itu jatuh, salah seorang pria yang mengepung Ryan langsung melancarkan pukulan keras ke wajah Ryan.

Akan tetapi, belum sampai bogem mentah ini mencapai wajahnya, sebuah pukulan lembut jatuh ke dada pria itu.

Ternyata, dibalik pukulan lembut itu, tersimpan kekuatan yang sangat kuat.

Boom!

Di bawah suara hantaman keras, gelombang kejut tak terlihat menyebar membuat angin berhembus sepoi-sepoi. Tubuh pria itu pun terbang terpental sejauh lima meter.

Adegan mengejutkan ini, membuat mulut Bos Preman dan ketiga anak buahnya terbuka lebar. Apalagi, tubuh pria yang terlempar itu tiga kali lebih besar dari Ryan.

Bukan hanya para preman, bahkan Ibu Ryan pun terheran-heran akan kemampuan anaknya yang entah sejak kapan dimiliki.

"Selanjutnya, siapa lagi?" tantang Ryan.

Mendengar ini, bukannya mereka takut, Bos Preman dan anak buahnya malah merasa harga diri mereka telah diinjak-injak.

Sebagai preman yang menguasai wilayah ini, mereka dihormati dan ditakuti banyak orang. Bahkan sekarang saja, semua tetangga yang tinggal di dekat sini hanya berani mengintip dari jendela rumah masing-masing.

Sayangnya, harga diri yang tinggi ini telah membutakan logika mereka.

Bos Preman lalu berkata, "Kalian bertiga, gunakan golok kalian! Jika dia mati, aku yang akan mengurusnya!"

Ketiga anak buah Bos Preman langsung tersenyum menyeringai. Tangan mereka serentak mengambil golok yang ternyata telah disimpan di balik pakaian mereka.

Komen (4)
goodnovel comment avatar
Rianoir
terima kasih kak...
goodnovel comment avatar
Rianoir
terima kasih kak...
goodnovel comment avatar
Utomo Dwi Harsanto
keren ceritanya, fiksi ilmiah, lanjutkan broo
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status