Seorang lelaki yang mengenakan jaket hitam dan berkacamata sedang mengamati rumah Bara dari kejauhan, namun dia paham tidak bakalan bisa menembus pertahanan rumah tersebut karena selain dijaga oleh dua security selama dua puluh empat jam, disana juga terdapat dua orang bodyguard yang bahkan tinggal disana.Siapakah orang yang selalu memata-matai Bara?***Bara memanggil kedua security dan juga kedua bodyguard ibunya."Iya pak Bara siap," ujar salah satu security tersebut."Terima kasih, saya mau pesan kepada kalian. Tolong benar-benar jaga semua orang yang ada di rumah ini ya. Jangan sampai lengah. Sebaiknya pastikan pintu pagar selalu dalam keadaan tertutup ya, dan jangan menerima tamu yang semua orang dirumah ini tidak mengenalnya," pesan Bara."Baik pak, siap!" jawab keempatnya secara bersamaan."Ah santai aja, jangan kayak formal gitu," ujar Bara tak enak hati."Kalau boleh tau ada apa, pak?" tanya Jojo memberanikan diri bertanya."Kemarin mobil saya sengaja ditusuk oleh seseorang
"Kamu sakit, nak?" tanya bu Aisah yang kali ini datang dengan tergesa-gesa ke kamar Bara, sambil memegang kening Bara."Gak bu, cuma sedikit pusing. Sebentar lagi sembuh kok," ujar Bara sambil tersenyum."Kan udah di ulut sama Ikel dan Tama nek, jadi bental lagi papa sembuh dan kita jalan ke taman," ujar Rikel semangat."Rikel, papa lagi sakit. Jadi jalan ke tamannya kapan-kapan aja, ya," ujar bu Aisah lembut sambil mengelus kepala Rikel."Iya deh," jawab Rikel yang kembali mengurut pundak Bara."Ini nak, kamu minum obat dulu," bu Bira menyodorkan segelas air hangat dan satu buah tablet obat sakit kepala."Makasih, ma," jawab Bara sambil menerima obat tersebut dan langsung meminumnya."Sekarang, Tama dan Ikel mainnya di bawah aja ya. Papa mau istirahat," bujuk bu Aisah kepada kedua cucunya yang sudah asyik bermain di samping Bara."Biarin aja bu kalau mereka mau main disini," ujar Bara sambil merebahkan dirinya."Nanti berisik," peringat bu Bira."Ayok Tama dan Ikel, kita main dibawah
"Hari ini kamu masih beruntung, Bara," lanjutnya dengan senyuman sinis dan menggeber gas motornya.Mobil Bara memasuki halaman rumah dan disambut dengan hormat oleh dua security yang sedang berjaga, Bara hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya tanda hormat.Badan rasanya sudah sangat lemas."Assalamualaikum, bu," ucap Bara saat melihat bu Aisah duduk di teras sedang mengawasi Tama dan Rikel yang sedang bermain."Waalaikumsalam nak, kamu belum makan?" tanya bu Aisah khawatir melihat wajah Bara yang sedikit pucat.Bara hanya menggeleng."Papa," sambut kedua anaknya dan berebutan untuk menciumi tangan Bara.Bara membalas dengan pelukan sambutan dari kedua anaknya tersebut."Anak papa lagi apa?" tanya Bara sembari mensejajarkan tubuhnya kepada kedua bocah tersebut."Main, pa," jawab Tama."Main apa? Kok mainnya di teras gak main di ruang bermain?" tanya Bara sambil mengelus kepala Rikel."Main lego pa, bocan disana terus," jawab Rikel yang mampu mengundang tawa Bara dan Bu Aisah."Pap
Mobil yang dikemudikan langsung oleng. beruntung Bara belum menambah kecepatan saat hal itu terjadi."Ada apa, nak?" tanya bu Bira panik."Ban kita kehabisan angin, ma," jawab Bara."Kena paku?" tanya bu Bira heran."Sepertinya ini yang dilakukan oleh orang tadi, ma," ujar Bara keluar dari mobilnya yang sudah berhenti sempurna."Ya Allah, dia siapa sih? Kok jahat banget," ujar bu Bira."Ma, sebaiknya mama pulang naik taksi aja ya. Bara akan menunggu disini sambil meminta montir datang kesini," ujar Bara."Kamu gapapa sendirian, nak?" tanya bu Bira."Gapapa kok, ma.""Tapi mama khawatir sama kamu, nak," ujar bu Bira menyiratkan kekhawatiran kepada anaknya melalui sorot matanya."Tenang ma, ini juga jalanan ramai kok, ma," jawab Bara meyakinkan.Kebetulan ada sebuah taksi melintas, segera Bara memanggil dan meminta ibunya untuk segera pulang, karena kalau menunggu bersama Bara kasihan cuaca sedang panas-panasnya, dan Bara tahu kalau mamanya tidak biasa makan di warung-warung pinggir jal
Bara menyetujui usulan mamanya untuk membuka bisnis toko bahan kue dan toko kue tak jauh dari rumah."Apa alasan mama mengajak ibu dan bik Sri bisnis?" tanya Bara saat keduanya sedang mencari ruko untuk membuka bisnisnya."Mama pernah gak sengaja mendengar bu Aisah dan bik Sri cerita, keduanya kan tidak memiliki anak. Sama sebenarnya mamapun gak jauh beda dengan mereka, mama hanya punya kamu dan tapi kesalahan mama lebih banyak sama kamu, nak," ujar bu Bira menerawang."Ma, udah lah. Bara tetap anak mama sampai kapanpun ma, jangan pernah berpikir macam-macam, ma," ujar Bara memandang lekat bu Bira."Iya, nak.""Terus kenapa ibu dan bik Sri mau bisnis dan hasilnya untuk panti?" tanya Bara penasaran."Jadi, menurut bu Aisah salah satu amal yang tak terputus adalah do'a dari anak yang soleh. Nah masih menurut bu Aisah katanya masih bisa mendapatkan do'a tersebut asal kita tulus menolong orang lain, nanti orang yang kita tolong insyaAllah akan mendo'akan kita. Jadi mama baru sadar, ternya
"Jadi, berapa persen?" tanya Bara kepada Frans."Lima belas persen!" jawab Frans tegas."Tambahin dong," bujuk Bara."Gak bisa pak, tipis banget keuntungan kami kalau diatas itu," jawab Frans memelas."Lo tadi berani bilang sepuluh sampai dua puluh persen, kenapa gak berikan dua puluh persen untuk AK Group," ujar Bara masih berusaha menawar."Udahlah gua kasih delapan belas persen aja," ujar Frans."Oke deal!" jawab Bara cepat."Nanti lo utus perwakilan lo kekantor gua temui bu Felicia untuk membuat Surat Perjanjian Kerjasama," ujar Bara."Baik, pak Bara," jawab Frans tertawa."Sepatu pertahun , dan minuman itu setiap bulan. Jadi jangan sampai terlambat ya pengadaan barangnya," pesan Bara kepada Frans."InsyaAlllah, nanti di SPK harus tertulis tanggal pengantaran barang setiap bulannya, jika terlambat atau cepat kami akan konfirmasi ke bu Felicia," ujar Frans."Lo masih kenal bu Felicia, kan?" tanya Bara kepada Frans."Iya masih lah pastinya, baru juga beberapa bulan gitu gak kesana b