Home / Urban / Pembalasan Menantu Terkuat / Bab 106. Tunggu Babak Selanjutnya

Share

Bab 106. Tunggu Babak Selanjutnya

Author: Hare Ra
last update Huling Na-update: 2025-06-11 18:28:02

Mobil yang dikemudikan langsung oleng. beruntung Bara belum menambah kecepatan saat hal itu terjadi.

"Ada apa, nak?" tanya bu Bira panik.

"Ban kita kehabisan angin, ma," jawab Bara.

"Kena paku?" tanya bu Bira heran.

"Sepertinya ini yang dilakukan oleh orang tadi, ma," ujar Bara keluar dari mobilnya yang sudah berhenti sempurna.

"Ya Allah, dia siapa sih? Kok jahat banget," ujar bu Bira.

"Ma, sebaiknya mama pulang naik taksi aja ya. Bara akan menunggu disini sambil meminta montir datang kesini," ujar Bara.

"Kamu gapapa sendirian, nak?" tanya bu Bira.

"Gapapa kok, ma."

"Tapi mama khawatir sama kamu, nak," ujar bu Bira menyiratkan kekhawatiran kepada anaknya melalui sorot matanya.

"Tenang ma, ini juga jalanan ramai kok, ma," jawab Bara meyakinkan.

Kebetulan ada sebuah taksi melintas, segera Bara memanggil dan meminta ibunya untuk segera pulang, karena kalau menunggu bersama Bara kasihan cuaca sedang panas-panasnya, dan Bara tahu kalau mamanya tidak biasa makan di warung-warung pinggir jal
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 232. Silakan Keluar

    Bara kembali masuk kedalam rumah untuk mencari bu Bira yang sudah masuk ke kamarnya untuk bersiap ke kantor menemui Regi.Tok.Tok.Bara mengetuk pintu kamar bu Bira, setelah pintu dibuka tanpa dipersilahkan Bara langsung menerobos masuk dan menutup kembali pintu kamar mamanya.“Apa maksud Mama dengan semua ini?” tanya Bara menunjukan layar ponselnya kepada sang mama.Bu Bira yang semula tampak biasa saja saat ini menjadi pucat seperti tiada darah yang mengalir pada tubuhnya.“Apa, Bara, mama tidak mengerti?” tanya bu Bira yang pura-pura bingung, padahal jantungnya sudah berdegup kencang.“Gak usah ngelak ma, mama tinggal jelaskan maksudnya kepada Bara, dan beres!” ujar Bara tampak emosi dengan sorot mata tajam yang tampak memerah.“Gak ada apa-apa, Bara,” jawab bu Bira.“Ma, sekali lagi Bara tanya. Apa maksud dengan semua ini? Atau mau Bara habiskan orang semua orang yang terlibat disini!” ujar Bara semakin emosi.“Tidak ada apa-apa, nak,” jawab bu Bira keukeuh.“Baiklah kalau mama g

  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 231. Bahasa Bayi

    "Bara sudah punya tiga orang anak bu," ujar Bara sejurus kemudian."Terus?" tanya bu Aisah."Gak bakal ada yang mau," jawabnya tertawa miris."Sok tahu kamu, dan anak kamu ada yang urus kok bukan istri kamu nanti juga yang urus," jawab bu Aisah."Nanti aja bu, Bara mau fokus ke satu-satu tujuan dulu. Sekarang jalani aja seperti ini," ujar Bara."Terserah kamu nak, ibu hanya bisa mendoakan kamu," ujar bu Aisah."Bara istirahat dulu ya bu," pamit Bara beranjak menuju kamarnya di lantai dua.Kamar ini sudah kembali menjadi kamarnya sendiri, tidak ada lagi pakaian-pakaian atau barang Salma.Bara merenung sejenak, kadang memang dia merasa sepi memasuki kamar yang biasa mereka gunakan untuk memadu kasih dan seketika hening dan hilang.Makanya Bara memilih mengeluarkan barang-barang Salma dari kamarnya, bukan untuk melupakan tapi untuk bangkit kembali.Bara memandang foto Salma saat keduanya menikah masih terbingkai rapi di kamar ini."Sal, kamu apa kabar?" ujar Bara menatap foto tersebut.B

  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 230. Salahnya Dia Anak Hario

    Mata Ainel mendelik mendengar perkataan Bara.“Dasar lo,” ujar Ainel kembali mencubit lengan Bara.“Lo suka banget sih nyubit, sakit Nel,” ujar Bara. “Biarin,” jawab Ainel.“Lo gemesin juga lama-lama, Nel,” ujar Bara.Tanpa disadari mobil yang dikendarai Bara telah memasuki halamab depan toko Ainel yang juga dimanfaatkan sebagai rumah tinggal bagi Ainel dan salah satu karyawannya.“Masuk, Bar,” ujar Ainel ramah setelah membuka pintu samping tokonya.“Masuk kemana?” goda Bara.“Lo mau makan di depan toko?” tanya Ainle kesal.“Asal sama lo gapapa, Nel,” jawab Bara santai.“Gua ogah!” ujar Ainel.Bara mengikuti langkah Ainel menuju ruang tamu yang berada tepat di belakang toko.“Lo tunggu sini sebentar ya, gua mau naik panggil si Neni,” ujar Ainel.“Siap!,” jawab Bara menghempaskan bobot tubuhnya pada kursi yang ada dan sekelebat bayangan dulu apa yang dia lakukan pada Ainel di ruangan ini.Bara hanya tersenyum-senyum dan memegang bibirnya.“Kok lo senyum-senyum sendiri sih?” tanya Aine

  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 229. Apa Ada Kesempatan?

    “Gak usah Bar, thanks,” ucap Ainel.“Tetap gua antar,” ujar Bara menuju mobilnya dan meminta kunci kepada Yuda.“Gak usah Bara, gua udah pesan taksi online kok,” ujar Ainel menunjukan layar ponselnya.Bara merebut ponsel yang ada di tangan Ainel, dan memencet tombol cancel kemudian tampak mengetikkan sesuatu di layar pipih milik Ainel.“Kok lo cancel, Bar?’ tanya Ainel cemberut.“Gua kan udah bilang, gua yang antar,” ujar Bara kesal.Akhirnya Ainel hanya menurut, mengikuti Bara yang berjalan menuju mobilnya.“Kamu mau kemana, Bara?” tanya bu Bira yang tiba-tiba muncul dari balik pintu.“Mau antar Ainel pulang, Ma,” jawab Bara santai.“Loh kan datangnya sendiri, ya pulangnya gak perlu diantar,” ujar bu Bira sewot.“Nanti kayak jelangkung, Ma,” jawab Bara sambil tertawa.“Iya datang gak dijemput pulang gak diantar,” ujar Ainel.Bara hanya tergelak, sedangkan bu Bira berdiri didepan pintu sambil manyun.“Kamu kan baru pulang kerja Bara, gak capek?” tanya bu Bira mencoba mencari alasan un

  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 228. Akhirnya Menang

    "Pak Tigor mau bertemu Bapak hari ini," ujar Ari kepada Bara setelah selesai makan siang."Iya, langsung ajak keruangan aja ya," pesan Bara."Iya, Pak," jawab Ari."Eh itu tadi yang kita makan, catering dari Alina ya?" tanya Bara."Betul pak. Enak kan?" tanya Ari."Iya enak, itu menu kita request ya?" tanya Bara lagi."Iya pak setiap akhir bulan mereka memberikan daftar paket menu sebulan. Jadi kita tinggal pilih aja mau yang mana," cerita Ari."Oh... Bagus kalau begitu, biar karyawan kita gak bosan," ujar Bara."Iya, Pak," jawab Ari.Bara menyesap kopinya dengan perlahan karena masih tersisa ampasnya."Ri, minta Acil gantiin kopinya ya," ujar Bara sambil berlalu ke kamar mandi."Siap, Pak," jawab Ari sambil mengangkat gagang telepon dan menghubungkan ke pantry memesan kopi kepada Acil."Cil, kopi pak bos," ujar Ari saat mendengar sahutan dari Acil di ujung telepon."Pak Ari gak ya?" tanya Acil."Juga dong, masak nggak. Tega kamu Cil," ujar Ari."Oke pak, tunggu sebentar ya nanti Acil

  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 227. Dua Bulan Berlalu

    “Bu,” panggil Bara kepada bu Aisah saat Alma sedang bersama bu Bira.“Iya, Nak,” jawab bu Aisah sambil melihat ke arah sang anak.“Minggu ke rumah Abah yo, Bu. Sudah dua bulan umur Alma belum ketemu Abah lagi,” usul Bara kepada bu Aisah.“Boleh,” jawab bu Aisah setuju.“Tama dan Rikel?” tanya bu Aisah.“Tama biar dijemput Ainel, kan dia udah kangen juga sama Ainel. Rikel mungkin bisa titip bik Sri aja,” ujar Bara.Bu Aisah hanya mengangguk.“Lelah ya, Bu?” ujar Bara sambil mengurut kaki ibunya.“Gak juga,” jawab bu Aisah.“Bara cariin babysitter untuk Alma ya, Bu,” tawar Bara.“Untuk apa?” tanya bu Aisah.“Untuk merawat Alma, Bu. Biar ibu bisa istirahat dengan nyaman,” jawab Bara.“Gak usah nak, ibu masih sanggup. Ibu ikhlas kok, Nak,” ujar bu Aisah.“Beneran, Bu?” tanya Bara.“Beneran, Nak,” ujar bu Aisah.“Yaudah ibu kasih tahu Bara ya kalau sudah perlu bantuan,” ujar Bara.“Iya, Nak,” jawab bu Aisah.**“Papa,” panggil Tama.“Iya sayang,” jawab Bara.“Pusing,” ujar Tama sambil lan

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status