Share

Bab 2. Mengancam

Penulis: Hare Ra
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-22 16:04:42

Sebenarnya nyali Ainel cukup ciut melihat tatapan mata Bara yang seperti namanya membara. Namun, kesombongan mengalahkan segalanya.

"Memangnya kau bisa apa, lalat kecil?" tanya Ainel dengan seringai mengejek.

"Apa kau tahu, aku bisa menghancurkan Hario Group," ucap Bara penuh penekanan.

"Hari belum malam, bung, jangan ngigau," hina Ainel.

"Aku ingatkan sekali lagi Ainel, tanda tangani atau aku hancurkan semuanya?"

Kembali Bara mengancam dan semakin mengunci posisi Ainel yang menempel pada dinding tanpa sehelai benangpun. Sebenarnya tidak munafik jiwa kelakian Bara meronta, namun dia harus menahan demi tercapai tujuannya.

"Jangan bermimpi hai lalat busuk."

"Baiklah jika itu maumu, akan kuhancurkan semuanya. Silakan pikirkan sebelum terlambat," ujar Bara sambil meletakkan sebuah map diatas tempat tidur.

Bara memasuki kamar mandi untuk membersihkan diri. Ainel dengan cepat mengenakan piyama berwarna putih. Karena penasaran Ainel meraih map yang diberikan Bara dan membaca satu persatu kertas di dalamnya.

Ainel terkejut didalam map tersebut berisi beberapa copy bukti kecurangan Hario Group dengan relasi bisnis, kejahatan-kejahatan sang ayah, bahkan daftar tunggakan pajak Hario Group yang mencapai miliaran rupiah.

Gigi Ainel gemerutuk menahan amarah, bahkan saat ini kebenciannya terhadap Bara melebihi tadi.

Bara keluar dari kamar mandi dengan seringai jahat saat menyaksikan Ainel sedang membaca isi map yang dia berikan.

"Apa yang harus ditandatangani?" tanya Ainel tanpa melihat wajah Bara.

Bara menyerahkan selembar kertas yang baru, karena yang sebelumnya sudah dirobek oleh Ainel.

"Kenapa harus buat perjanjian ulang, bukankah lo sudah menandatangani perjanjian dengan papa?"

"Itu perjanjian dengan tuan Hario, yang ini perjanjian antara kita."

"Jika terjadi perceraian, lima puluh persen harta kekayan Hario menjadi milik Albara Kaizer."

Salah satu isi perjanjian yang dibuatkan Bara.

"Lo mau merampok keluarga gua?" tanya Ainel.

"Silahkan pilih cerai dan kehilangan 50% kekayaan, hilang seluruhnya dan kalian akan menggembel di jalan, atau kau tetap jadi istriku dengan pengalihan saham hanya 20% untukku?" tanya Bara sambil memegang dagu Ainel.

"Lepasin tangan lo, gua jijik," jawab Ainel dingin.

"Kau mau menjadi CEO di Hario Group, mimpimu terlalu tinggi hai rubah kecil," ledek Ainel saat membaca semua perjanjian yang Bara buat.

Tak lama tampak Ainel mengambil sebuah pena dan menandatangani surat perjanjian tersebut. Bara tersenyum puas, dan menyimpan surat perjanjian tersebut dan map berisi copy kejahatan Hario Group yang dulu tidak sengaja dia temukan tercecer di lantai ruangan tuan Hario saat Bara membersihkan ruangan itu.

"Jadilah penurut Ainel," ucap Bara sambil menyerang bibir Ainel dengan kasar, Ainel yang tidak siap mendapat perlakuan seperti itu hanya berusaha berontak dan memukul Bara, namun tenaganya kalah dengan kekuatan yang dimiliki Bara.

Tangan bara langsung masuk kepada inti bawah Ainel melakukan gerakan keluar masuk disana dengan kecepatan tinggi, hingga tidak berapa lama terdengar desahan dari mulut Ainel.

Bara menghentikan aktivitasnya saat Ainel sedang mencapai puncaknya, tampak kekecewaan di sudut mata Ainel.

"Bahkan mulut dan tubuhmu tidak sejalan Ainel," ejek Bara sambil merebahkan diri diatas sofa besar.

"Mulutmu berkata jijik kepadaku, tapi tubuhmu menunjukkan reaksi yang berbeda," lanjut Bara kemudian memejamkan matanya.

Muka Ainel tampak memerah menahan amarah mendapat hinaan dari Bara, tangannya terkepal. Namun, dia tak mampu melawan. Karena Bara mempunyai kekuatan yang lebih besar.

*

Suasana sarapan pagi di keluarga Hario.

Ainel turun dari kamarnya menuju meja makan untuk sarapan bersama yang diikuti oleh Bara dibelakangnya.

Saat Bara menggeser kursi disebelah Ainel, ibu mertuanya berkata dengan kasar.

"Tidak ada kursi untukmu disini, kau silakan sarapan di belakang bersama yang lainnya," ucap ibu mertuanya sambil memandang tajam ke arah Bara.

"Baik ma," jawab Bara pelan.

"Panggil saya nyonya, saya tidak sudi dipanggil mama oleh kamu, saya jijik," kembali hinaan terlontar dari bibir mertuanya.

Bara hanya diam dan mengikuti apa kemauan dari mertuanya.

"Ma, biarkan Bara sarapan disi bersama kita," ucap Ainel.

Bara hanya tersenyum mendengar istrinya membela dia di hadapan ibunya. Semua karena surat ancaman Bara dengan surat perjanjian kemarin.

"Kamu sudah gila, Ainel? Bagaimana mungkin orang seperti dia boleh mengotori meja makan ini?" tanya ibunya murka.

"Dia suami Ainel."

Bola mata kedua suami istri tersebut membulat mendengar penuturan putrinya, mereka heran bagaimana mungkin putrinya bisa berubah secepat itu hanya dalam satu malam.

"Biar saya sarapan di belakang," ucap Bara pelan.

"Ainel ikut," jawab Ainel sambil berdiri mengikuti Bara.

"Kamu tetap sarapan disana Ainel, biar saya yang sarapan disana," ujar Bara berpura-pura.

"Ainel! Duduk!" perintah tuan Hario dengan murka.

Bara berjalan kebelakang dan bergabung bersama pekerja lainnya untuk sarapan, sedangkan Ainel sarapan bersama kedua orang tuanya di meja makan kebesarannya.

"Den Bara sabar ya," ucap Bik Inah menguatkan.

"Tak masalah bik."

"Aden mau makan apa? Biar bibi buatkan."

"Gak usah bik, nanti malah bibik yang kena marah. Saya makan bersama mereka aja bik," ucap Bara sambil tersenyum.

"Disana makanannya hanya nasi uduk dan telur Den," ucap bik Inah pelan.

"Enak itu bik, Bara sudah biasa makan seperti itu bik. Justru kalau Bara makan yang dimeja Tuan Hario itu bakal sakit perut," kekeh Bara sambil menyendokkan nasi uduk yang tampak menggoda kedalam piringnya.

Bara menikmati sarapan paginya dengan bercengkrama bersama seluruh pekerja yang ada di rumah Tuan Hario. Bahkan Bara tidak merasa malu harus tertawa bersama mereka. Sedangkan dari kejauhan Ainel memandang Bara dengan tatapan tajam.

"Dasar sampah," gumam Ainel saat melihat Bara membantu bik Inah membuang sampah.

Bara tahu ada sepasang mata yang sedari tadi memandangnya dengan penuh kebencian. Bara hanya tersenyum, satu rencana telah berhasil dia kuasai, Ainel.

Dalam hati Bara bertekad suatu saat akan membuat keluarga Hario yang akan tunduk kepadanya, Albara Kaizer.

"Kau salah memilih orang, tuan Hario," ujar Bara dalam hatinya sambil tersenyum licik.

Bara mendekati Ainel yang tengah duduk santai dekat kolam renang sambil menikmati jus buah yang disediakan bik Minah.

Bara duduk disebelah Ainel yang hanya mengenakan tanktop dan celana pendek, perutnya yang membesar ditutupi menggunakan kain pantai yang panjang.

"Berapa usia kehamilanmu?" tanya Bara.

"Bukan urusan lo," jawab Ainel ketus.

"Karena aku ayahnya saat ini," ucap Bara lemah.

"Jangan ngaku-ngaku!"

"Apa kamu mau bilang ke anakmu bahwa dia tidak memiliki ayah, tepatnya tidak tahu yang jelas siapa ayahnya?"

Ainel hanya terdiam dan terus menyesap jus buah yang masih tersisa setengah gelas.

"Siapa lo sebenarnya?" tanya Ainel.

Bara hanya tertawa mendengar pertanyaan Ainel.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 3. Albara Kaizer

    "Perkenalkan gua Albara Kaizer," ucap Bara sambil mengulurkan tangannya kepada Ainel.Sementara itu Ainel hanya membiarkan tangan Bara menguap tanpa menyambutnya, hingga akhirnya Bara tersenyum dan menurunkan tangannya."Tuan Hario sudah tahu siapa saya yang hanya seorang cleaning service di Hario Group, apalagi yang mau lo ketahui tentang gua?" tanya Bara kepada Ainel.Bara sudah lelah bersikap manis dengan menggunakan panggilan 'aku kamu' namun tidak pernah dihargai sedikitpun oleh Ainel."Kenapa lo bersedia menikahi gua?" selidik Ainel."Harusnya lo sudah tahu jawabannya," ucap Bara sambil memainkan ciprat air dengan tangannya."Karena uang?""Awalnya tidak sama sekali," jawab Bara tertawa."Terus kenapa?""Dipaksa dan tidak punya pilihan lain.""Lo udah tau sama gua?""Sama sekali tidak, bahkan alasannya saja gua gak tau. Gua pikir tuan Hario memiliki anak yang cacat sehingga harus memaksa seseorang untuk jadi jodohnya.""Setelah lo melihat gua?""Orientasi gua terhadap pernikahan

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-22
  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 4. Durennya Sudah Busuk

    Suara Bara mengagetkan bu Aisah yang sedang memegang barang-barang saksi kelamnya kisah Bara. Saat itu Bara sudah duduk dibangku kelas dua SMA. Akhirnya mengalir kisah dari mulut bu Aisah, dan semua barang tersebut dipercayakan kepada Bara yang menyimpannya."Kenapa ada foto anjing, bu?" tanya Bara saat membuka kardus tersebut.Dengan gemetar bu Aisah menceritakan bagaimana jasa anjing tersebut menjaga Bara sepanjang malam yang dingin hingga membuat sekujur tubuhnya membiru."Kemana anjing tersebut bu?" tanya Bara bergetar."Ibu gak tau nak, ibu sibuk menjaga kamu di rumah sakit. Dan setelah pulang anjing tersebut sudah tidak ada lagi disini.""Dan ini cincin pemberian ibumu, berilah kepada istrimu nanti, nak," lanjut bu Aisah.Bara anak yang kuat yang tidak pernah menangis dan mengeluh tentang kerasnya hidup.*Setelah menyelesaikan sekolahnya Bara bekerja serabutan, kerja apa saja asal mendapatkan uang untuk membantu bu Aisah membiayai adik-adiknya di panti.Hingga dua tahun yang la

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-22
  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 5. Rencana Pertama

    Bara berjalan pelan menuju ruangan tuan Hario yang merupakan pemilik Hario group sekaligus sang mertua yang tidak pernah menganggap Bara menantu.Tok! Tok! Tok!Bara mengetuk pintu tiga kali, dan kemudian mendapat sambutan dari dalam.“Masuk.”Ceklek.“Maaf, bapak memanggil saya?” tanya Bara sopan.“Diperusahaan ini ada berapa banyak karyawan yang bernama Albara Kaizer?” tanya tuan Hario sinis.“Maaf,” ucap Bara sambil menunduk.Tuan Hario menyerahkan sebuah amplop coklat tebal kepada Bara dengan cara melemparkan dengan kasar ke hadapan Bara.Bara hanya menghela nafas panjang. “Sabar Bara, belum saatnya. Biarkan dia bersenang-senang terlebih dahulu.”Bara berucap dalam hati untuk menenangkan pikirannya yang sudah hampir diselimuti dengan emosi.“Apa ini pak?” tanya Bara sambil memegang amplop tersebut.“Sisa pembayaran kamu menikahi Ainel.”Tuan Hario dengan pongahnya menjelaskan kepada Bara mengenai amplop tersebut.Bara menerima amplop tersebut dan segera memasukkan ke dalam tasnya,

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-22
  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 6. Ainel yang Malang

    "Apalagi pa?" tanya Ainel sambil memegang perutnya yang tampak mulai membesar."Duduk!"Dengan malas Ainel menurut dan kembali duduk di kursi yang tadi ditinggalkannya."Kamu mau jabatan apa untuk Bara?" tanya tuan Hario."CEO mungkin?" jawab Ainel santai."Kamu jangan asal Ainel, CEO bukan untuk orang sembarangan.""Terserah papa deh, percuma juga Ainel ngomong papa gak akan ngerti," ucap Ainel sambil kembali meninggalkan meja makan."Ainel!"Teriak tuan Hario yang kali ini tak digubris oleh Ainel."Udah pa biarin aja," ucap bu Sirra.Tuan Hario dan istrinya kembali melanjutkan makan malam tanpa Ainel. Denting bunyi sendok dan garpu yang beradu ke piring yang mengisi keheningan di meja makan keluarga Hario.Sementara itu di dalam kamarnya, Ainel sedang berlayar di sosial medianya."Kenapa hidup gua jadi ribet gini?" gumam Ainel seorang diri."Mending kemarin gua gak usah nikah nurutin papa, mending gua kabur ke luar negeri aja."Ainel terus saja menggerutu sambil melihat-lihat postin

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-22
  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 7. Ainel yang Liar

    Semenjak kejadian di meja makan itu, mbak Yen dipecat. Dan Ainel semakin terabaikan oleh kedua orang tuanya yang semakin disibukkan dengan urusan masing-masing.Hingga Ainel memasuki sekolah menengah atas, kehidupannya semakin bebas. Pulang atau gak itu tidak pernah dipedulikan oleh kedua orang tuanya. Ainel mencari dunianya sendiri, clubbing menjadi kegiatan rutinnya.Bahkan hidup bebas bercampur pria dan wanita menjadi hal yang lumrah. Hingga malam itu dalam keadaan setengah mabuk Ainel diajak Ben pulang kerumahnya setelah mereka clubbing.Ben membawa Ainel ke kamarnya kemudian menyerang bibir Ainel. Ainel yang sedang mabuk membalas pagutan demi pagutan Ben, hingga tanpa disadari oleh Ainel mereka telah melakukan hal tersebut dan Ben yang merenggut kesuciannya."Kok gua dirumah lo Ben?" tanya Ainel saat terbangun di pagi hari dan mendapatkan tubuhnya tanpa sehelai benangpun."Lo ngapain gua Ben?" tanya Ainel marah.Sementara Ben duduk dan memutar rekaman di ponselnya apa yang mereka

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-22
  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 8. Karena Aku Suamimu

    "Ma-aaf tuan," ujar Asep langsung menyambar pakaian nya dan segera berlalu keluar dari kamar.Bara hanya diam dengan tangan terkepal dan mata yang memerah. Wajar saja saat Bara memasuki rumah seluruh pekerja di rumah ini berusaha mencegahnya menuju kamar.."Tuan Bara mau makan?" tawar mbok Inah."Nanti aja mbok, terima kasih. Saya mau istirahat dulu mbok," jawab Bara santai menuju lantai atas."Atau tuan mau jus?""Gak.""Mau kue?""Terima kasih, gak perlu melayani saya seperti itu saya biasa melakukan sendiri mbok,"Bara menjelaskan, namun mbok Inah seperti tak putus semangat menawarkan Bara dengan sesuatu."Buah, tuan?"Bara hanya menggeleng."Atau mau mbok buatkan minuman dingin tuan?"Bara membalikkan badan menghadap mbok Inah yang tampak gelisah."Mbok sebenarnya ada apa?" tanya Bara."Gak ada apa-apa tuan, saya hanya menawarkan makan tuan.""Mbok gak usah repot-repot, mbok kan sudah tau saya disini diperlakukan seperti apa. Dan juga saya bisa lakukan sendiri untuk hal-hal sepert

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-22
  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 9. Umpan Kedua

    Bara semakin menajamkan pendengarannya, tak disangka pintu tersebut ternyata tidak ditutup rapat. Diam-diam Bara menghidupkan video ponselnya untuk merekam pembicaraan dan juga melihat apa yang dilakukan tuan Hario di dalam ruang kerjanya saat tengah malam seperti ini.Dengan susah payah Bara mencari posisi yang pas agar tidak ketahuan sedang mengambil merekam dan mengambil video tersebut.Tuan Hario dan seorang wanita tersebut tidak menyadari bahwa apa yang sedang mereka lakukan sedang direkam oleh Bara. Keduanya terlalu sibuk dengan rencana busuk dan juga terlalu sibuk bergumul manja di tengah malam seperti ini.Hampir tiga puluh menit Bara masih di posisi semua layaknya videografer profesional, karena demi sebuah video bahkan rela berguling di lantai.Sepertinya tuan Hario sudah melakukan pelepasan dan mengakhiri permainan mereka yang hangat. Bara menghentikan rekamannya dan bersembunyi saat mendengar ada pergerakan disana. Ternyata hanya pergerakan dua manusia yang sedang mencapai

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-22
  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 10. Perubahan

    Nyonya Hario seperti terhipnotis dengan kata-kata Bara sehingga dengan sekali rayuan Bara berhasil menguasai nyonya Hario, dengan seringai jahat Bara mengaktifkan kamera ponselnya.Bara dan nyonya Hario bagai sepasang kekasih yang lama tak bertemu, keduanya saling memburu. Bara sengaja membiarkan nyonya Hario memimpin permainan, agar beliau merasa semua perkataannya adalah benar bahwa dia masih mampu diranjang.Bara hanya sesekali menguasai selebihnya hanya mengimbangi demi tercapainya misi. Bara bersorak dalam hatinya bahwa semua orang dirumah ini pada akhirnya akan tunduk kepadanya.Bara dan nyonya Hario terpekik dan mengerang bersama saat mereka melakukan pelepasan bersama. Bara terguling di samping mertuanya, sedangkan tuan Hario hingga pukul tiga dini hari belum kembali ke kamarnya hingga membuat Bara dan mertuanya melakukannya hingga beberapa kali."Mama hebat," ujar Bara sambil membelai rambut pirang mertuanya."Hmmm.""Bara kembali ke kamar Ainel, ma?" ucap Bara sambil berdiri

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-22

Bab terbaru

  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 21. Sadar Diri

    "Minum dulu Nel," ujar Bara menyodorkan air mineral yang sudah dibukanya.Ainel menerima air tersebut kemudian menenggaknya hingga setengah botol."Gua gak tahan baunya," ujar Ainel kemudian."Yaudah kita cari mini market aja," ajak Bara.Akhirnya keduanya kembali masuk kedalam mobil untuk mencari minimarket. Namun, setelah puas berkeliling hingga senja menjadi gelap mereka tak juga menemukan minimarket hanya ada beberapa toko yang lumayan besar, namun saat magrib tiba semuanya serentak tutup.Ainel hanya menghela nafas menyaksikan bagaimana suramnya kehidupannya saat ini setelah diasingkan ayahnya sendiri."Pulang aja," gumam Ainel pelan.Bara hanya mengangguk dan melirik sekilas kearah istrinya yang tampak kecewa."Inilah alasan kenapa gua gak boleh lo berangkat sendiri Nel," ujar Bara."Tempat ini seperti tempat pengasingan narapidana bagi lo yang dibesarkan dengan glamornya kehidupan kota," lanjut Bara lagi."Gua gak tahan," ujar Ainel."Sabarlah Nel, minimal sampai anak lo lahir.

  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 20. Tidak Suka Perempuan

    "Rania tahu pak," ujar Rania santai dan duduk mepet ke Bara."Jangan menggoda saya kalau kamu sudah tahu Ran, nanti kamu menyesal," peringat Bara."Apa salahnya pak, poligami aja boleh kok asal mampu," ujar Rania sambil cemberut."Saya menghargai istri saya Ran.""Gak usah munafik deh pak, bapak menikah dengan anak pak Hario karena terpaksa kan. Dan dia juga tidak mencintai bapak kan?""Mau cinta atau tidak yang jelas kami sudah menikah," jawab Bara masih memejamkan matanya."Rania bisa memberikan apa yang dia tidak bisa berikan pak," ujar Rania sambil memegang pipi Bara.Dengan sedikit kasar Bara menepis tangan Rania, membuat wanita itu merasa sangat kesal."Dan perlu kamu ketahui Ran, saya ini bukan siapa-siapa, dan tidak memiliki apa-apa Ran. Semua ini adalah milik orang tua istri saya."Bara beranjak menuju meja kerjanya melewati Rania yang kecewa mendapat penolakan. Baru kali ini ada orang yang menolak seksi tubuhnya."Jika tidak ada kepentingan lagi, kamu boleh keluar Ran," peri

  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 19. Saya Sudah Punya Istri

    Bara masih berdiri di balkon, sambil melihat sekeliling. Hanya beberapa rumah yang tampak lampu menyala ikut menerangi kompleks ini, lainnya hanya ada lampu temaram di depan rumah menunjukkan bahwa rumah tersebut tak berpenghuni.Tanpa terasa waktu menunjukkan tengah malam, Bara masih berdiri di tempatnya. Entah sudah berapa batang rokok yang dihisapnya. Hingga saat ini Bara mulai terbatuk-batuk mungkin terlalu banyak asap yang ditelannya.Akhirnya Bara memilih masuk untuk segera mengistirahatkan tubuhnya. Memandangi langit kamar yang putih dan menghipnotis Bara segera terlelap.Sementara itu di kamarnya, Ainel belum bisa memejamkan matanya. Dia mengutuk Peter yang telah melecehkannya. Karena dulu Ainel memang sering mengajak Peter menemaninya saat dia sedang bete.Semburat cahaya matahari pagi menyilaukan, membuat Bara terbangun. Matahari telah bersinar menerobos masuk ke kamarnya karena jendela dan gorden yang tidak tertutup. Segera Bara mengecek jam di dindingnya, ternyata masih ja

  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 18. Jangan Ganggu Istriku!

    Hampir jam sembilan malam Bara baru tiba dirumah. Ainel masih didepan tv dengan mengenakan baju yang kurang bahan. Terlihat Peter beberapa kali melirik Ainel sebelum masuk ke kamarnya."Kamu kalo mau makan langsung aja Peter, gak usah menunggu," teriak Bara sembari duduk disebelah Ainel."Iya pak," jawab Peter singkat."Nel, ini ada martabak dan dibelakang ada ayam bakar," ujar Bara."Beli dimana?" tanya Ainel cuek."Di dekat pabrik banyak yang jualan ternyata.""Hem, gua gak suka jajanan pinggir jalan!" jawab Ainel ketus."Kenapa?""Gak enak.""Oke, gapapa kalo lo gak mau. Tapi sampai kapan? Lo coba lihat ke sekitar sini, ini adalah tempat pembuangan. Dimana lo harus menempuh perjalanan kurang lebih empat jam untuk mencapai kota dan membeli makanan yang lo maksud.""Dan juga tidak setiap hari ada yang kekota," sambung Bara."Gua punya mobil.""Terserah lo kalo gak mau," ujar Bara sambil membawa kotak martabak kebelakang dan meletakkannya di atas meja makan.Bara menaiki tangga menuju

  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 17. Masa Lalu

    Setelah sarapan Bara berpamitan kepada Ainel untuk berangkat kerja."Gua kerja dulu," ucap Bara sambil berdiri dari duduknya."Lo tau tempatnya?" tanya Ainel."Tuan Hario mengirimkan mobil beserta sopirnya.""Siapa?""Peter.""Peter jadi sopir?" tanya Ainel sambil mengernyitkan dahinya."Iya, kenapa?" jawab Bara singkat."Ah gapapa," jawab Ainel sedikit gugup.Di teras depan, mang Bidin sudah siap menunggu Bara. Mang Bidin akan ke pasar terdekat membeli perlengkapan berkebun."Yok mang," ucap Bara sopan.Mang Bidin mengikuti naik mobil yang akan membawanya ke pasar."Di dekat pabrik aja ojekkan, Peter?" tanya Bara."Ada tuan.""Yaudah nanti mamang ke pasar dari pabrik naik ojek aja ya," ucap Bara sambil mengedipkan mata kepada mang Bidin."Iya tuan." ucap mang Bidin pelan.Setelah sekitar tiga puluh menit mereka tiba di sebuah pabrik kertas yang akan Bara pimpin. Mang Bidin turun di depan pintu gerbang dan melanjutkan ke pasar dengan naik ojek.Sementara Bara langsung mengikuti meetin

  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 16. Mata-Mata Mertua

    Saat Bara membalikkan badan akan kembali menuju teras, terdengar suara ranting yang dipijak. Memang disebelah kanan rumah ini terdapat tanah kosong dan pohon-pohon besar. Namun, lagi-lagi Bara tidak melihat apapun dari dalam sini.Bara mendengus kesal, dan memilih kembali duduk di teras rumah hingga menjelang pagi."Kok tuan Bara disini?" tanya Mang Bidin saat keluar rumah setelah shalat subuh."Gapapa mang, cari udara segar aja," ucap Bara sambil mematikan rokoknya."Kayaknya dari semalam tuan disini, bekas rokoknya udah banyak banget," sambung mang Bidin sambil duduk disebelah Bara."Dari jam satu mang.""Kenapa tuan?""Mang, jangan panggil Bara tuan ya. Bara gak terbiasa dan gak pantas.""Kok tuan bicara seperti itu.""Bara sama kayak mamang hanya pekerja disini, jadi jangan panggil tuan.""Tapi kan suami non Ainel.""Iya walaupun saya suaminya Ainel tapi saya gak suka dipanggil tuan.""Mamang panggil apa?""Panggil Bara aja gapapa mang.""Mamang panggil 'nak' aja ya?""Itu juga bo

  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 15. Berjuang dalam Kenekatan

    "Ah enggak tuan, gak ada apa-apa," jawab mbok Inah gugup dan berlalu ke kamarnya.Namun, belum sempat kakinya melangkah Bara sudah mencekal tangannya."Mbok Inah mau kemana?" tanya Bara."Ke-ke kamar tuan," jawab mbok Inah ragu-ragu."Mbok, saya paling benci kebohongan. Beritahu saya apa yang dikatakan tuan Hario," ucap Bara pelan, namun dengan sorot mata yang menakutkan."Iya tuan.""Cepat katakan mbok!" tekan Bara."Tadi tuan Hario kesini, beliau mengatakan kalau tuan Bara adalah Presiden Direktur di sebuah perusahaannya, terus mbok dan mamang harus memantau setiap gerak gerik tuan. Bahkan di rumah ini dipasang beberapa cctv, tapi mbok gak tau persisnya dimana. Sumpah!" bisik mbok Inah pelan."Disini ada?" tanya Bara menunjuk tempat mereka berbicara."Sepertinya tidak ada, karena tadi mbok gak lihat mereka didapur.""Yaudah, terima kasih mbok. Gak usah siapin saya makan, biar saya siapin sendiri.""Baik tuan."Langkah Bara kembali terhenti."Ah iya satu lagi mbok, jangan panggil say

  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 14. Target Selanjutnya

    "Apaan sih lo, gua panggil security kalau lo gak sopan ke gua," ujar Lily sambil mendorong tubuh Bara.Bara menyeringai, dan memutar video panas tengah malam di ruang kerja tuan Hario. Wajah Lily memerah, menahan malu dan marah."Mau gua sebar?" tanya Bara."Siniin hape lo, hapus!" teriak Lily."Disini boleh dihapus, tapi jangan lupa sudah gua pindahin di semua tempat yang siap sebar. Mau terkenal?" tanya Bara sambil meniup telinga Lily sambil memberikan ponselnya kepada Lily.Lily mematung, tampak sudut matanya sudah siap tumpah."Jangan menangis, baby?" ujar Bara sambil menarik hidung Lily."Apa yang lo inginkan?" tanya Lily."Pertanyaan yang bagus sayang," ujar Bara duduk didepan Lily."Katakan!" Lily menggertak."Turuti saja apa mau gua," Bara menarik tangan Lily.Dengan terpaksa Lily mengikuti langkah kaki Bara.Bara mendudukan Lily di kursi di sebelah pengemudi, Lily masih diam. Bara menjalankan mobilnya dengan sedikit kencang, ternyata menuju sebuah hotel bintang lima yang tida

  • Pembalasan Menantu Terkuat   Bab 13. Kalah

    "Halo," sapa Bara setelah menggeser tombol jawab pada layar hp nya."Apa kalian sudah sampai?" ternyata tuan Hario yang meneleponnya."Sedikit lagi, tuan," jawab Bara ramah.Bara mengaktifkan loudspeaker ponselnya dan memencet mode rekam. Bara sengaja membiarkan Ainel mendengar percakapan dengan ayahnya."Mulai hari ini kamu tidak usah lagi datang kekantor, kamu saya pecat!" ucap tuan Hario diseberang sana."Alasannya?" tanya Bara masih berusaha santai."Sekarang kamu kerja dirumah baru yang akan ditempati Ainel menjadi sopir dan penjaga rumah sampai tiba Ainel melahirkan, gaji kamu setiap bulan akan saya transfer," jelas tuan Hario."Setelah Ainel melahirkan?" selidik Bara."Kamu harus tinggalkan rumah tersebut dan saya akan berikan kamu pesangon."Ainel, mbok Inah dan mang Bidin terkejut mendengar penjelasan tuan Hario."Baiklah. Tapi saya mohon, izinkan saya bertemu tuan besok ada yang harus saya sampaikan," ucap Bara."Baik, saya tunggu jam sebelas siang. Jika lewat tidak ada kese

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status