Share

Bab 2.

Author: Vita Zhao
last update Last Updated: 2023-10-21 11:41:59

"Robert Stewart!" Suara teriakan begitu nyaring hingga mengalihkan fokus semua orang di dalam ruangan itu.

Gracio berlari ke arah Robert, dan memberikan pukulan telak di wajahnya hingga sudut bibirnya mengeluarkan darah.

"Kurang ajar! Berani sekali cecunguk ini masuk ke markas ku. Cepat serang dia," titah Robert kepada anak buahnya.

"Pengecut! Beraninya keroyokan," Gracio mencibir SP tersebut karena menurutnya dia sama saja dengan Xander, Intel bod*h yang tak punya keahlian apapun.

Gracio dikepung oleh para anak buah Robert yang menyerangnya secara bersamaan, seolah tak memberikan ruang untuk Gracio bernafas. Namun, Gracio sama sekali tidak kewalahan melawan segerombolan pecundang itu.

Tangannya terus bergerak melawan musuh, begitu juga dengan kakinya yang terus menendang lawan dengan sangat kerasa sehingga mereka tumbang satu persatu hanya dengan satu tendangan dan satu bogeman mentah.

Suara kegaduhan terus menggema dalam ruangan sempit itu. Gracio menyerang musuh secara membabi-buta. Ia marah, sangat marah. Gara-gara Robert dan Xander, hubungan rumah tangganya menjadi kacau. Istrinya tak lagi bersimpati kepadanya, dan justru menjaga jarak dengannya.

Karena itulah Gracio pergi dari rumah dan menemui Robert di markasnya. Sekarang ia berhasil mengalahkan para anak buah Robert hanya menggunakan tangan kosong.

"Apa kau sudah siap? Sekarang waktunya kita adu kekuatan otot, bukan bac*t," ucap Gracio menatap tajam ke arah Robert yang kini mulai ketakutan.

"Kau bukan lawanku. Lebih kau pergi, dan siapkan uang kompensasi dari pihak kepolisian jika kau tak ingin mendekam di balik jeruji besi," balas Robert mengingatkan. Ia tidak mau mati begitu saja di tangan seorang Bandar.

"Ralat! Lebih tepatnya dari kamu dan Intel tidak berguna itu. Tidak ada pihak yang berwajib menukar keadilan dengan uang haram seperti yang kalian makan selama ini," Gracio sudah hafal bagian keadaan bergerak sekarang. Semuanya bisa dibeli dengan uang. Bahkan korban pun akan berubah menjadi tersangka jika nominal yang dikeluarkan sangatlah banyak.

Robert tersenyum sinis pada Gracio yang menatap tajam ke arahnya. "Terserah. Yang jelas, namamu tidak akan bersih jika uang itu tidak ada, dan begitu sebaliknya. Lebih cepat lebih baik,"

"Bedeb*h!" Desis Gracio mengepalkan tangan begitu erat. Tak ingin membuang waktu. Ia pun melangkah cepat, dan menghajar SP tersebut hingga menyebabkan gigi depannya patah.

Kedua bola mata Robert membulat sempurna, tatkala giginya berjatuhan akibat pukulan telak yang dilayangkan oleh Gracio terhadapnya.

Tidak ingin harga dirinya runtuh seperti giginya tersebut, Robert mengambil tongkat bisbol di dekat kakinya, kemudian mengayunkannya ke arah Gracio. Serangan Robert meleset. Dia yang tak pandai berkelahi pun tentu saja kewalahan menghadapi Gracio. Sebab, selama ini ia selalu menggunakan anak buah untuk menjadi pelindungnya.

"Cih! Memalukan!" Gracio meludah ke lantai sebagai bentuk penghinaan terhadap Robert. "Aku peringatkan sekali lagi. Jangan pernah menuduhku dengan hal sama sekali tidak aku lakukan, atau aku akan menjadi brutal melebihi dari tuduhan itu, dan melenyapkan kalian semua. Mengerti!" Gracio tidak pernah main-main dengan ucapannya. Apa yang dia katakan pasti akan menjadi kenyataan.

Robert tidak terima diperlakukan buruk oleh seorang Bandar rendahan seperti Gracio. "Aku sengaja mengalah, bukan benar-benar kalah." Ucap Robert selepas kepergian Gracio dari sana. Ia masih enggan mengakui kesalahan tersebut karena tak ingin di cap pecundang.

*****

Sesampainya di rumah, Gracio tidak menemukan keberadaan istri dan anaknya. Ia kebingungan mencari mereka berdua hingga menelusuri ke setiap sudut ruangan. Pikiran buruk mulai berkecamuk dalam benaknya.

"Halo, Vio. Kamu dan Kevin di mana? Kenapa di rumah nggak ada orang?" tanya Gracio melalui sambungan telepon.

"Aku dan Kevin pulang ke rumah mama dan papa. Jangan temui kami dulu sebelum permasalahan usai," jawab Violetta dari seberang sana. Ia tak ada pilihan lain kecuali pulang ke rumah orang tuanya. Sebab, ia merasa tak aman jika masih tinggal satu rumah dengan Gracio di saat suasana genting.

"Kamu nggak bisa berbuat seperti ini, Vio. Aku sudah bilang kalo aku nggak salah. Please percayalah sama aku," Gracio sangat memohon kepada sang istri agar tidak meninggalkannya.

"Buktikan, Mas, kalo kamu memang nggak salah. Tapi ... sepertinya akan sulit membuktikannya," suara Vio terdengar serak. Sepertinya dia sedang menahan tangis supaya tidak pecah.

"Sabar, Sayang. Aku janji akan membuktikan semuanya kalo aku memang nggak salah. Tapi aku mohon, izinkan aku menjenguk kalian ke sana. Aku nggak bisa jauh dari kalian," tutur Gracio sangat sedih. Ia memang sangat mencintai istri serta anaknya tersebut.

Namun, tiba-tiba panggilan tersebut mati begitu saja karena Violetta memutuskannya secara sepihak. Membuat Gracio diambang kecewa, sebab istrinya sendiri sudah tidak mempercayainya lagi. Dulu, di saat Gracio tak sengaja membuat kesalahan, istrinya pasti akan selalu ada untuk dirinya. Tapi sekarang justru kebalikannya.

Semuanya berawal dari tuduhan palsu yang dilakukan oleh Ribet terhadap dirinya yang mengakibatkan namanya tercemar. Padahal Gracio tidak ada sangkut pautnya dengan pengedaran narkoba yang terjadi di kota A. Memang, Gracio adalah mantan seorang Bandar narkoba, tapi itu dulu sebelum ia berkeluarga.

"Aku tidak akan pernah memaafkan kalian, Robert dan Xander. Jika sampai terjadi hal buruk dengan rumah tanggaku, maka bersiaplah untuk ku bantai kalian semua." Gumam Gracio meremas ponselnya sendiri sehingga buku tangannya membiru.

Di Kediaman Baron.

Kevin menangis histeris sambil terus menanyakan keberadaan sang papa. Ia memang tidak bisa jauh dari papanya. Maka dari itu ia menangis dan meminta pulang kepada mamanya. "Mama, ayo kita pulang. Aku mau ketemu sama papa," pinta anak kecil berusia lima tahun itu. Sedari tadi ia terus menangis tidak betah tinggal di rumah kakek dan neneknya.

"Hari sudah malam, Nak. Kita nginap di sini aja ya," ucap Violetta begitu lembut. Ia sangat. paham bagaimana perasaan Kevin sekarang. Namun, ia juga tidak mau menentang keputusan orang tuanya.

"Nggak mau, aku mau pulang," Kevin semakin kencang menangis sampai mengundang kehadiran sosok kakek dan neneknya yang dari tadi berada di dalam kamar.

"Ada apa, Vio. Kenapa Kevin nangis begitu," ucap Regi--Mamanya Violetta. Ia menghampiri sang cucu lalu menggendongnya.

Violetta tak berani menjawab. Ia yakin kalau mama dan papanya akan kembali murka jika ia mengatakan kalau Kevin ingin bertemu dengan Gracio.

"Aku mau pulang, Nek. Aku mau ketemu sama papa dan bermain dengannya," ujar Kevin berusaha melepaskan diri dari gendongan neneknya.

"Papa kamu nggak ada. Dia sudah mati. Jangan lagi mencarinya. Paham!" Tegas Baron--papanya Violetta, dengan sorot mata yang tajam. "Cepat, bawa Kevin masuk ke kamar, dan jangan membiarkan dia keluar dari rumah ini," imbuhnya penuh penekanan.

"Pa--"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pembalasan Sang Bandar   Bab 40.

    Sean berangkat pagi-pagi sekali ke rumah Clara untuk menemui wanita malang itu. Hatinya benar-benar tak tenang setelah melakukan perbuatan bejat terhadapnya, ia dihantui rasa bersalah sampai tak bisa tidur dengan nyenyak. Namun, saat sampai di halaman rumah Clara, ia berpapasan dengan Gracio yang baru turun dari dalam mobil. Pria itu juga ingin bertemu dengan Clara, ia harus menjelaskan semuanya sebelum terlambat. "Ngapain kamu di sini?" sinis Sean kepada Gracio, ia masih tidak terima jika Gracio terus mendekati Clara, wanita yang sangat dia cintai. "Bukan urusanmu," ketus Gracio langsung melengos pergi dan menekan bel rumah sang pujaan hati. Ting Tong. Tak butuh waktu lama, pintu rumah pun terbuka, menampilkan sosok Camellia, Mamanya Clara di sana. Camellia menatap kedua pria yang berdiri di hadapannya dengan tatapan tak terbaca. Terlihat jelas kedua mata wanita baya itu sangat bengkak, sepertinya dia habis menangis semalaman. "Boleh saya bertemu dengan Clara?" ucap Gracio sele

  • Pembalasan Sang Bandar   Bab 39.

    Happy Reading. Clara pulang dengan perasaan yang hancur berkeping-keping, pria yang sangat dia cintai tidak ada bedanya dengan Sean. Mereka berdua sama-sama brengs*k, tidak ada cinta yang tulus dari seorang pria. Mulai sekarang Clara benar-benar menutup hatinya dari pria mana pun. Sebelum pulang ke rumah, Clara lebih dulu menyambangi lapas untuk menemui Papanya. Dengan keterampilannya dalam menggunakan make up, Clara menutupi mata bengkaknya menggunakan peralatan make up nya agar tidak ketahuan oleh Robert jikalau dirinya habis menangis. Beruntung juga Clara selalu menyediakan pakaian ganti di dalam mobilnya sehingga ia bisa mengganti pakaiannya sehabis dinodai oleh para pria brengs*k. Mungkin Clara memang pantas dibilang wanita murahan karena sudah memberikan tubuhnya kepada Sean dan Gracio di hari yang sama walaupun pada waktu yang berbeda. Clara tersenyum lembut kepada sang Papa begitu mereke bertemu di ruang tunggu. "Kamu sendirian? Mama kamu mana, sayang?" ucap Robert setelah

  • Pembalasan Sang Bandar   Bab 38.

    Sean menyemburkan benihnya di atas perut Clara untuk menghindari sesuatu yang sangat tidak dia inginkan. Setelah ini Sean tidak akan lagi mengejar cintanya terhadap mahasiswinya tersebut, sebab Sean tidak mau mencoreng nama baiknya jika berhubungan lagi dengan seorang pelakor. Sean berdiri dan mengambil tisu di atas meja kerjanya, melemparnya tepat ke dada Clara dan hampir mengenai sesuatu yang kenyal di sana. Tentu saja hati Clara semakin terkoyak habis mendapatkan perlakuan buruk dari Sean yang menginjak harga dirinya habis-habisan. Setelah kehormatannya direnggut paksa, sekarang ia dicampakkan layaknya sampah. Apakah ini yang dinamakan cinta? Ah, persetan dengan kata cinta, mulai sekarang Clara tak mau lagi kenal dengan yang namanya cinta. "Cepat bersihkan dan keluar dari ruangan ini," titah Sean sambil lalu memungut pakaiannya yang teronggok di atas lantai. Memakainya dengan cepat tanpa membersihkan diri terlebih dahulu. Clara tersenyum kecut saat menyadari kalau Sean tak seba

  • Pembalasan Sang Bandar   Bab 37.

    Clara melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, hati sangat hancur karena mendengar ucapan Gracio tadi. Yeah, tak sengaja Clara mendengar semua percakapan antara Gracio dan istrinya. Awalnya Clara ingin menemui Gracio untuk memastikan apakah pria itu akan tetap berbohong mengenai kepulangan istrinya. Namun, siapa sangka. Niat hati ingin memberikan kejutan kepada pria itu justru dirinya sendiri yang mendapatkan kejutan luar biasa dari Gracio. Clara bisa menerima jikalau dirinya hanya akan tetap menjadi simpanan dari pria beristri, karena ia amat mencintai Gracio. Akan tetapi, Clara tidak bisa menerima kenyataan bahwa dirinya hanya dijadiin alat balas dendam oleh pria yang sangat ia cintai untuk menghacurkan kehidupan sang Papa dan temannya, Xander. Jika dipikir-pikir kemunculan Gracio dalam hidupnya memang tidak masuk akal, dan bodohnya lagi Clara justru percaya dengan semua ucapan Gracio sehingga dia terjebak dengan cinta sepihak itu. "Jahat kamu Om. Hanya karena kesalahan Papa,

  • Pembalasan Sang Bandar   Bab 36.

    Pagi hari. Violetta mengantarkan Kevin ke depan rumah yang akan berangkat ke sekolah menggunakan taksi. Taksi yang sudah menjadi langganan sekaligus kenalan Gracio, jadi mereka tak perlu cemas kalau Kevin tidak akan sampai ke sekolahan. Karena supir taksi tersebut selalu menjamin keselamatan Kevin, karena ia benar-benar orang yang sangat baik. "Hati-hati di jalan, jangan buat keributan di sekolah ya. Belajar yang rajin, Kevin kan anak pintar," ucap Violetta memberikan nasehat kepada sang putra. "Kevin, jangan pernah takut sama siapa pun. Jangan sampai kamu ditindas oleh teman-teman yang lain, Kevin kan pemberani," kali ini Gracio yang memberikan nasehat kepada putranya. "Iya, Ma, Pa," jawab Kevin tersenyum senang. Suasana inilah yang selalu Kevin rindukan saat Mama dan Papanya pisah rumah. "Pak, titip Kevin ya," kata Violetta kepada supir taksi. Ia percayakan semuanya kepada kenalan suaminya itu. "Siap, Bu," supir taksi itu pun langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang

  • Pembalasan Sang Bandar   Bab 35.

    Plak! Gracio terkejut mendapatkan serangan tiba-tiba dari istrinya itu. "Ada apa, sayang, kenapa kamu menampar ku?" suara Gracio masih terdengar lembut di telinga Violetta, dan itu semakin membuatnya muak. "Sekarang sudah malam, kita bicara besok setelah Kevin berangkat ke sekolah," desis Violetta menahan amarah. Ia tidak mau bertengkar di depan putranya yang hanya akan merusak mental Kevin jika sampai melihat orang tuanya bertengkar hebat, apalagi tentang kasus perselingkuhan. Gracio tak bisa berbuat apa-apa, ia masuk ke dalam kamar dengan perasaan resah. Entah ada masalah apa hingga Violetta berani menamparnya untuk yang pertama kali. Sepertinya akan ada masalah, Gracio harus mempersiapkan diri pada esok pagi. Gracio masih bertanya-tanya ada apa dengan istrinya, kenapa sikapnya sangat dingin. Dia berubah tak seperti biasanya, apa jangan-jangan ... Dia sudah tahu akan hubungannya dengan Clara? Ah, tidak mungkin. Violetta selalu berada di rumah, jika keluar pun dia hanya menjempu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status