Pembalasan Sang Bandar

Pembalasan Sang Bandar

Oleh:  Vita Zhao  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Belum ada penilaian
40Bab
231Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Berawal dari tuduhan palsu yang dilakukan oleh seorang SP dan Intel, sehingga menyebabkan Gracio Adyson harus kehilangan istri serta anaknya karena tak sanggup menahan malu dari gunjingan masyarakat, dan juga tekanan keluarganya. Sudah kepalang basah, akhirnya Gracio pun benar-benar kembali menjadi seorang Bandar setelah lama vakum dari dunia gelap itu. Tujuan pertamanya adalah menghancurkan kehidupan SP dengan menjadikan Clara Evania, anak gadis dari SP tersebut sebagai alat balas dendam kepada keluarga Intel, yang sengaja diadu domba oleh Gracio. Akan tetapi, bagaimana jadinya jika benih-benih cinta mulai tumbuh di hati Gracio kepada Clara, gadis lugu yang tidak tahu apa-apa akan skandal yang terjadi antara dirinya dan kedua orang tua gadis itu? Akankah mereka dapat bersatu setelah melewati banyaknya permasalahan yang ada? Atau justru berpisah setelah Violetta, istri dari Gracio kembali hadir ke kehidupan Bandar tersebut?

Lihat lebih banyak
Pembalasan Sang Bandar Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
Tidak ada komentar
40 Bab
Bab 1.
Di sebuah ruangan gelap, terdapat beberapa orang berbaju hitam, dan satu orang berseragam kepolisian. Mereka sedang menginterogasi seorang pria dewasa yang terkena kasus pengedaran narkoba. Namun, dari tatapannya menunjukkan bahwa pria itu sama sekali tidak takut dengan ancaman orang-orang berpangkat di hadapannya tersebut. "Gracio Adyson! Selamat berjumpa kembali dengan kami di markas 'Black Xander.' Setelah sekian purnama, akhirnya akulah yang meringkus mu ke markas keramat ini," ucap seorang Intel bernama Xander Oliver. Bahkan dia tertawa begitu keras hingga menggema dalam ruangan gelap itu. Tidak ada satu orang pun yang berani menatap Xander, karena pria itu terkenal dengan kekejamannya. Akan tetapi, ada satu orang yang sama sekali tidak merasa takut terhadap Intel tersebut, yaitu Gracio. "Cih! Ternyata kau masih bodoh seperti dulu, Pak Tua!" Gracio menyeringai tipis dengan tatapan elangnya yang mampu membuat sang lawan ketakutan setengah mati. "Kurang ajar! Apa kau sudah bosa
Baca selengkapnya
Bab 2.
"Robert Stewart!" Suara teriakan begitu nyaring hingga mengalihkan fokus semua orang di dalam ruangan itu. Gracio berlari ke arah Robert, dan memberikan pukulan telak di wajahnya hingga sudut bibirnya mengeluarkan darah. "Kurang ajar! Berani sekali cecunguk ini masuk ke markas ku. Cepat serang dia," titah Robert kepada anak buahnya. "Pengecut! Beraninya keroyokan," Gracio mencibir SP tersebut karena menurutnya dia sama saja dengan Xander, Intel bod*h yang tak punya keahlian apapun. Gracio dikepung oleh para anak buah Robert yang menyerangnya secara bersamaan, seolah tak memberikan ruang untuk Gracio bernafas. Namun, Gracio sama sekali tidak kewalahan melawan segerombolan pecundang itu. Tangannya terus bergerak melawan musuh, begitu juga dengan kakinya yang terus menendang lawan dengan sangat kerasa sehingga mereka tumbang satu persatu hanya dengan satu tendangan dan satu bogeman mentah. Suara kegaduhan terus menggema dalam ruangan sempit itu. Gracio menyerang musuh secara membab
Baca selengkapnya
Bab 3.
"Pa--" Violetta sangat shock mendengar ucapan sang papa yang mengatakan bahwa Gracio sudah mati. "Sebenci apapun Papa sama suamiku, jangan pernah mengatakan bahwa dia sudah mati, apalagi di depan Kevin. Seburuk apapun sikap Mas Gracio, nggak sepantasnya Papa berkata seperti itu," ucap Violetta dengan mata yang mengembun. "Sudahlah. Papa nggak punya menantu seorang kriminal seperti dia. Lebih baik urus surat cerai kalian secepatnya," titah Baron dengan amarah yang masih membuncah. Sebab, ia terlalu kecewa dengan menantunya itu yang sudah mencoreng nama baik keluarga. Kedua bola mata Violetta membulat sempurna tatkala mendengar kalimat yang sama sekali tidak dia inginkan. "C-cerai? Itu nggak mungkin, Pa. Aku sangat mencintai Mas Gracio," bantah Violetta dengan tegas. Kemudian ia berlalu dari sana meninggalkan sang papa yang diselimuti rasa kesal. "Dia sudah dibutakan oleh cinta yang sama sekali tidak menguntungkan baginya," gumam Baron semakin frustasi. Belum sempat Baron memasuki ka
Baca selengkapnya
Bab 4.
"Gimana Robert, apakah pria itu sudah memberikan uang yang kita mau?" tanya Xander kepada bawahannya, sekaligus kaki tangannya. Mereka sedang duduk berdua di cafe dekat taman dipinggiran kota. "Sudah. Tapi kedua orang tuanya yang memberikan uang itu. Mereka meminta kepada kita agar Gracio tidak ditahan, sampai mamanya pun menangis di hadapanku. Hahahhaaa," Robert tertawa sumbang seolah meremehkan permohonan kedua orang tua Gracio. "Disaat putranya menentang kita, dan mengancam kita habis-habisan, lalu mereka datang dengan membawa uang kompensasi lengkap dengan permohonannya. Benar-benar sangat lucu," balas Xander ikut tertawa senang. Persetan dengan nama baik Gracio, yang penting dia sudah mendapatkan apa yang diinginkan sejak awal. Yaitu, uang. Keduanya tertawa terbahak-bahak karena menganggap Grace dan Yola--kedua orang tua Gracio, sangatlah bodoh. Padahal mereka dari kalangan terhormat, tapi memilih untuk merendahkan diri hanya demi nama baik anaknya. Sangat disayangkan, sebab m
Baca selengkapnya
Bab 5.
Gracio terus memikirkan istri serta anaknya yang masih berada di rumah orang tuanya. Ia benar-benar tidak diperbolehkan bertemu dengan mereka. Rasanya hidupnya semakin hari semakin hampa. Ia jadi teringat dengan Clara, gadis bar-bar tapi cukup polos hingga tak sadar hanya dibodohi olehnya. "Jangan lupa besok pagi misi pertama kita ke markas Xander. Jangan bersikap mencurigakan, kamu harus memberikan alasan yang jelas kepada kedua orang tuamu agar nggak dicari karena keluyuran di luar rumah." Tulis pesan Gracio kepada gadis cantik itu. "Siap, Om tampan. Kenapa Om belum tidur? Pasti lagi mikirin aku ya." Balas pesan dari Clara yang membuat Gracio sedikit terhibur. Sikap Clara yang pecicilan sangatlah natural dan tidak dibuat-buat. Itulah yang Gracio sukai darinya. "Ck! Cuma di read doang. Emang Om kulkas 12 pintu." Gerutu Clara terlihat kesal. Entah kenapa ia bisa percaya begitu saja terhadap Gracio yang jelas-jelas hanya orang baru baginya. Hatinya seolah berkata bahwa Gracio adalah
Baca selengkapnya
Bab 6.
B-boleh," des*h Xander dengan mata yang terpejam. Buaya seperti Xander memang tidak bisa melihat barang bening seperti Clara. "Ah, Om Xander memang sangat baik. Ternyata aku nggak salah melabuhkan hati kepada Om," Clara menyandarkan kepalanya di dada bidang Xander. Sungguh rasanya gadis itu ingin muntah saat mencium aroma tubuh Xander yang bau nikotin serta bau alkohol. Namun, sebisa mungkin Clara menahannya sampai ia mendapatkan apa yang menjadi tujuannya ke sana. Xander seakan dibuat terbang oleh pujian manis Clara. Ia benar-benar tak menyangka kalau putri dari temannya akan jatuh cinta kepadanya. Bukankah itu adalah anugerah terindah yang Xander dapatkan di tahun ini? Ah, ia berjanji kalau bisa mendapatkan Clara, maka ia tidak akan pernah lagi bermain wanita. Cukup Clara yang menjadi wanita satu-satunya dalam hidupnya. "Ayo Om, kita ke sana," tangan Xander ditarik begitu saja oleh gadis cantik itu, dan membawanya ke depan pintu ruang rahasia. "Apa harus sekarang? Kenapa nggak n
Baca selengkapnya
Bab 7.
Hari ini, Clara pergi ke kampus karena ada mata kuliah pagi dari Pak Sean. Clara mengambil jurusan Manajemen Bisnis, karena ingin menjadi wanita karir yang bekerja di perusahaan besar. Seperti biasa, wajah Clara selalu terlihat ceria di depan semua orang. Kecantikannya mewarisi sang Mama saat masih muda dulu. Lagi-lagi Clara berpapasan dengan Sean di parkiran kampus, sebab ia berangkat pagi-pagi sekali karena dia belum mengerjakan tugas yang diberikan oleh Sean pada minggu lalu."Selamat pagi, Pak Sean," sapa Clara menampilkan senyuman manisnya. "Pagi, Clara," balas Sean juga melempar senyum hangat kepada mahasiswinya itu. "Saya duluan ya, Pak," pamit Clara bergegas memasuki area kampus dan menuju ke kelasnya yang terletak di lantai dua.Sean hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah Clara yang selalu membuat jantungnya berdebar. Sejak pandangan pertama, Sean sudah jatuh cinta kepada mahasiswinya itu. Namun, ia tidak mempunyai keberanian untuk mengungkapkan perasaannya karena
Baca selengkapnya
Bab 8.
"Om, maaf banget ya udah bikin Om nunggu lama. Tuh gara-gara Pak Sean, aku dikurung dalam ruangannya selama 3 jam. Sangat menyebalkan, untung ganteng, kalo nggak udah aku caci maki dia," cicit Clara seperti tak bernafas. "Emangnya berani?" tanya Gracio seakan mengejek keberanian Clara yang hanya seujuo kuku. "Enggak sih, Om. Hehehehe," Clara terkekeh kecil saat menyadari ucapannya yang hanya bercanda tadi. "Ngapain aja selama tiga jam di ruangan dosen kamu?" todong Gracio menatap penasaran pada gadis cantik di hadapannya tersebut. "Kepo!" Clara memalingkan wajah ke luar jendela mobil karena tak ingin membahas kegiatannya di dalam ruang dosen tadi. Moodnya dibuat hancur oleh Sean hanya dengan tiga ucapan saja. "Aku mencintaimu, Clara."Ungkapan cinta dari Sean membuat Clara seakan tak percaya dan berharap semua itu hanya mimpi. Rasa kagum yang sempat ia berikan kepada dosen pembimbingnya itu seketika sirna hanya karena ungkapan cinta yang sangat tak diinginkan oleh Clara. Gracio t
Baca selengkapnya
Bab 9.
Gracio melihat jam yang melingkar di tangannya. Sisa 15 menit waktu yang dimiliki Clara di dalam sana untuk mendapatkan dokumen penting milik Xander. Walaupun dia tahu bahwa Clara terlalu spektif akan rencana mereka. Namun, Gracio memberikan konspirasi yang baik terhadap gadis itu supaya tetap optimistis dalam menjalankan tugasnya. Ada sedikit keraguan dalam hatinya saat melihat kepolosan Clara yang selalu patuh terhadapnya. "Sudah sejauh ini, aku tidak boleh lengah." Gracio berkata dengan tatapan tajamnya. Hatinya hampir saja goyah akibat memikirkan Clara. Di dalam sana, Clara kesulitan untuk bergerak karena Xander terus memeluknya dari belakang. "Om mending duduk aja deh, aku nggak bisa gerak bebas nih," gerutu Clara memasang wajah kesal. "Om sudah nggak sabar pengen main bareng kamu di atas sana," tunjuk Xander pada ranjang kecil di samping rak buku. Benar-benar membuat darahnya seakan mendidih. "Ish, Om Xander mesum banget ya. Aku tuh masih gadis dan wanita baik-baik, masak ma
Baca selengkapnya
Bab 10.
"Ma, Pa, aku berangkat dulu ya," pamit Clara pada kedua orang tuanya. "Akhir-akhir ini jam kuliah kamu padat banget ya, Cla?" tanya Camellia kepada sang putri tercinta. "Ah, iya, Ma. Aku ikut les tambahan sekarang," jawab Clara berbohong. 'Maafin aku, Ma, Pa. Ini semua demi kebaikan keluarga kita.' Batinnya menimpali. "Jangan terlalu capek, Sayang. Papa nggak mau melihat kamu sakit kalau kurang istirahat," sambung Robert mengusap puncak kepala sang putri penuh dengan cinta. "Iya, Pa. Aku giat belajar juga demi kalian, supaya aku bisa menjadi anak yang berguna di masa depan nanti," ungkap Clara merasa tercubit dengan ucapannya sendiri. Jangankan giat, ada tugas rumah pun Clara sering terlambat mengerjakan. "Ayo biar Papa yang antar, kebetulan hari ini Papa akan pergi menemui Xander," gegas Robert meraih kunci mobil yang tergeletak di atas meja. Kedua mata Clara membulat sempurna saat mendengar nama Xander dari mulut sang Papa. "Kenapa bengong, tuh ditungguin sama Papa di depan,"
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status