Share

Bab 6.

Author: Vita Zhao
last update Last Updated: 2023-11-02 21:20:17

B-boleh," des*h Xander dengan mata yang terpejam. Buaya seperti Xander memang tidak bisa melihat barang bening seperti Clara.

"Ah, Om Xander memang sangat baik. Ternyata aku nggak salah melabuhkan hati kepada Om," Clara menyandarkan kepalanya di dada bidang Xander.

Sungguh rasanya gadis itu ingin muntah saat mencium aroma tubuh Xander yang bau nikotin serta bau alkohol. Namun, sebisa mungkin Clara menahannya sampai ia mendapatkan apa yang menjadi tujuannya ke sana.

Xander seakan dibuat terbang oleh pujian manis Clara. Ia benar-benar tak menyangka kalau putri dari temannya akan jatuh cinta kepadanya. Bukankah itu adalah anugerah terindah yang Xander dapatkan di tahun ini? Ah, ia berjanji kalau bisa mendapatkan Clara, maka ia tidak akan pernah lagi bermain wanita. Cukup Clara yang menjadi wanita satu-satunya dalam hidupnya.

"Ayo Om, kita ke sana," tangan Xander ditarik begitu saja oleh gadis cantik itu, dan membawanya ke depan pintu ruang rahasia.

"Apa harus sekarang? Kenapa nggak nanti saja dulu, Om masih mau berduaan sama kamu," Xander hendak mencium pipi Clara, namun gadis cantik itu melengos begitu saja karena tak ingin memberikan ciuman pertamanya pada pria tua macam Xander.

"Om nakal banget sih. Aku tuh cuma pengen masuk ke dalam sana, urusan mesra-mesraan bisa nanti 'kan?" ucap Clara mencari alasan. Pokoknya hari ini juga dia harus bisa mendapatkan berkas yang diminta oleh Gracio.

Ah, membayangkan wajah pria tampan itu membuat jantung Clara berdetak tak karuan. Ia sangat terpesona dengan ketampanan Gracio, apalagi Clara berpikir kalau Gracio masih bujangan.

"Baiklah, Om ambil kuncinya sebentar," gegas Xander menuju ke kursi yang di duduki barusan, kemudian mengambil sesuatu di bawah kursi tersebut.

'Oke, tempat kuncinya di sana.' Batin Clara sambil menyeringai tipis. Ia memang harus tahu tempat penyimpanan benda-benda penting di dalam sana supaya lebih lancar saat menjalankan misi selanjutnya.

Xander sama sekali tidak curiga akan maksud dan tujuan Clara ingin masuk ke dalam ruang rahasianya. Clara adalah orang pertama yang ia bawa masuk ke dalam sana, bahkan istrinya sendiri pun sama sekali tidak tahu akan tempat tersebut.

"Wah, keren banget ruangannya, Om." Seru Clara menatap takjub pada seisi ruangan itu. Ia pikir di dalam sana akan penuh dengan tumpukan buku atau berkas penting yang tersusun berantakan. Namun, ternyata dugaannya salah, justru tempat tersebut sangat indah dan rapi.

"Kamu suka?" tanya Xander seraya mendekatkan diri pada Clara.

"Hm, ini sih lebih udah kayak perpustakaan loh, Om. Apa Om suka membaca, soalnya banyak banget buku-bukunya," cicit Clara sembari berjalan menyusuri rak buku yang berdiri kokoh di hadapannya.

"Sebenarnya itu bukan buku, tapi berkas-berkas penting yang sengaja dibentuk seperti buku," terang Xander begitu entengnya.

"Wih, Om Xander emang paling keren. Boleh nggak aku lihat-lihat bukunya. Kebetulan aku suka banget baca buku," pinta Clara menatap penuh permohonan pada pria tua di hadapannya.

"Tentu saja boleh. Ambil aja apa yang mau kamu baca, asalkan baca di sini jangan dibawa pulang, oke," walau bagaimanapun Xander tidak mau jika berkas-berkas penting itu berkeliaran di luar sana.

Clara mengangguk setuju dengan syarat yang diberikan oleh Xander. Ia mencari buku keluaran tahun 1998, sesuai yang diarahkan oleh Gracio bahwa semua data penting ada di tahun itu.

Xander menatap Clara dengan kabut gairah, ia benar-benar bodoh sudah membiarkan Clara melihat satu persatu rahasia terbesarnya. Sebab ia berpikir kalau Clara tidak akan mengerti dengan data-data pada kasus di kepolisian. Ia masih mengira gadis itu masih sangat polos dan bodoh, pikirnya.

Di luar gedung, Gracio duduk gelisah di dalam mobil karena tak kunjung melihat Clara lagi setelah masuk ke sebuah ruangan bersama dengan Xander.

"Haish, semoga Xander tidak berbuat jahat terhadap Clara." Gumamnya sambil menarik rambutnya dengan perasaan tak menentu.

Tak ingin kecolongan, Gracio menghubungi ponsel Clara untuk memastikan apakah gadis itu baik-baik saja atau tidak. Panggilan pertama tidak mendapat jawaban dari seberang sana, hal tersebut semakin membuat Gracio khawatir. Ia terus menghubunginya hingga panggilan ketiga baru ada jawaban.

"Ke mana saja kau ini, kenapa lama sekali mengangkat teleponnya," cecar Gracio setelah panggilan terhubung.

Clara menjauhkan ponselnya dari telinga saat suara Gracio meninggi dan menggangu indera pendengarannya. "Apaan sih, Om. Aku lagi sibuk nih," bisik Clara karena takut kedengeran oleh Xander.

Beruntung juga Gracio meneleponnya, jika tidak sudah dipastikan kalau Xander akan berbuat mesum kepadanya tadi.

"Ck! Jangan lama-lama, waktu kita sisa sedikit. Aku tunggu 5 menit lagi kita sudah harus pergi dari tempat ini,"

"Apa! Tega banget sih Om bikin aku keburu. Mana cukup waktu segitu buat aku nyelesain semuanya," sergah Clara memberikan protes atas perintah Gracio.

"Waktumu sisa 4 menit 30 detik," cetus Gracio mengabaikan ocehan Clara.

"Dasar Om gak berperas--Tuuut!" Clara mendengus kesal saat panggilannya diputus secara sepihak oleh Gracio, bahkan ia belum selesai dengan ucapannya. "Ck! Menyebalkan!" Gerutunya sembari meletakkan ponselnya di dalam tas.

"Siapa yang menyebalkan, hum?" Clara tersentak kaget saat tangan Xander melingkar di perutnya.

"O-om. Aku lupa kalo ada janji sama temen kampus. Maaf ya, aku harus pulang sekarang juga," ucap Clara memasang wajah sedihnya supaya Xander percaya.

"Sayang sekali padahal kita belum bermesraan. Ya udah nggak apa-apa, besok Om akan mengajakmu keluar, kamu ada waktu 'kan?" Xander membelai pipi mulus Clara.

"Nggak tau ya Om, besok aku kuliah soalnya," balas Clara sembari melepaskan tangan Xander yang sejak tadi sangat tidak sopan membelai wajahnya. Gegas ia berjalan ke luar ruangan dan pergi dari markas tersebut.

"Hufh! Om ya bikin aku ngos-ngosan aja deh," gerutunya menatap marah pada pria di hadapannya.

"Sudah ngomelnya?" pertanyaan Gracio justru semakin membuat Clara kesal. Bukannya minta maaf malah bertanya seperti itu.

Mobil melaju dengan kecepatan sedang. Gracio sama sekali tak melirik ke arah Clara sedikitpun. Ia tetap fokus pada jalanan karena takut ada yang mengikutinya, sebab ia sudah hafal betul orang macam apa Xander itu.

"Bagaimana hasilnya yang tad--" Ucapan Gracio menggantung di udara tatkala melihat Clara sudah tertidur pulas.

Apa bisa tidur secepat itu? Gracio hanya bisa menggelengkan kepala karena selalu mendapatkan fakta lain mengenai sosok Clara yang menurutnya mempunyai karakter unik.

'Dia sangat manis, lugu, dan juga polos di pikiran. Kalau sikapnya sangatlah bar-bar." Batin Gracio seraya menatap intens wajah lelap Clara. Ia menepikan mobilnya di depan rumah miliknya dan juga Violetta.

Tidak mungkin Gracio mengantarkan Clara ke rumahnya dalam keadaan tertidur. Ia merasa kasihan terhadap gadis itu yang berjuang demi mewujudkan dendam kesumatnya terhadap Xander dan Robert.

"Maaf."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pembalasan Sang Bandar   Bab 40.

    Sean berangkat pagi-pagi sekali ke rumah Clara untuk menemui wanita malang itu. Hatinya benar-benar tak tenang setelah melakukan perbuatan bejat terhadapnya, ia dihantui rasa bersalah sampai tak bisa tidur dengan nyenyak. Namun, saat sampai di halaman rumah Clara, ia berpapasan dengan Gracio yang baru turun dari dalam mobil. Pria itu juga ingin bertemu dengan Clara, ia harus menjelaskan semuanya sebelum terlambat. "Ngapain kamu di sini?" sinis Sean kepada Gracio, ia masih tidak terima jika Gracio terus mendekati Clara, wanita yang sangat dia cintai. "Bukan urusanmu," ketus Gracio langsung melengos pergi dan menekan bel rumah sang pujaan hati. Ting Tong. Tak butuh waktu lama, pintu rumah pun terbuka, menampilkan sosok Camellia, Mamanya Clara di sana. Camellia menatap kedua pria yang berdiri di hadapannya dengan tatapan tak terbaca. Terlihat jelas kedua mata wanita baya itu sangat bengkak, sepertinya dia habis menangis semalaman. "Boleh saya bertemu dengan Clara?" ucap Gracio sele

  • Pembalasan Sang Bandar   Bab 39.

    Happy Reading. Clara pulang dengan perasaan yang hancur berkeping-keping, pria yang sangat dia cintai tidak ada bedanya dengan Sean. Mereka berdua sama-sama brengs*k, tidak ada cinta yang tulus dari seorang pria. Mulai sekarang Clara benar-benar menutup hatinya dari pria mana pun. Sebelum pulang ke rumah, Clara lebih dulu menyambangi lapas untuk menemui Papanya. Dengan keterampilannya dalam menggunakan make up, Clara menutupi mata bengkaknya menggunakan peralatan make up nya agar tidak ketahuan oleh Robert jikalau dirinya habis menangis. Beruntung juga Clara selalu menyediakan pakaian ganti di dalam mobilnya sehingga ia bisa mengganti pakaiannya sehabis dinodai oleh para pria brengs*k. Mungkin Clara memang pantas dibilang wanita murahan karena sudah memberikan tubuhnya kepada Sean dan Gracio di hari yang sama walaupun pada waktu yang berbeda. Clara tersenyum lembut kepada sang Papa begitu mereke bertemu di ruang tunggu. "Kamu sendirian? Mama kamu mana, sayang?" ucap Robert setelah

  • Pembalasan Sang Bandar   Bab 38.

    Sean menyemburkan benihnya di atas perut Clara untuk menghindari sesuatu yang sangat tidak dia inginkan. Setelah ini Sean tidak akan lagi mengejar cintanya terhadap mahasiswinya tersebut, sebab Sean tidak mau mencoreng nama baiknya jika berhubungan lagi dengan seorang pelakor. Sean berdiri dan mengambil tisu di atas meja kerjanya, melemparnya tepat ke dada Clara dan hampir mengenai sesuatu yang kenyal di sana. Tentu saja hati Clara semakin terkoyak habis mendapatkan perlakuan buruk dari Sean yang menginjak harga dirinya habis-habisan. Setelah kehormatannya direnggut paksa, sekarang ia dicampakkan layaknya sampah. Apakah ini yang dinamakan cinta? Ah, persetan dengan kata cinta, mulai sekarang Clara tak mau lagi kenal dengan yang namanya cinta. "Cepat bersihkan dan keluar dari ruangan ini," titah Sean sambil lalu memungut pakaiannya yang teronggok di atas lantai. Memakainya dengan cepat tanpa membersihkan diri terlebih dahulu. Clara tersenyum kecut saat menyadari kalau Sean tak seba

  • Pembalasan Sang Bandar   Bab 37.

    Clara melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, hati sangat hancur karena mendengar ucapan Gracio tadi. Yeah, tak sengaja Clara mendengar semua percakapan antara Gracio dan istrinya. Awalnya Clara ingin menemui Gracio untuk memastikan apakah pria itu akan tetap berbohong mengenai kepulangan istrinya. Namun, siapa sangka. Niat hati ingin memberikan kejutan kepada pria itu justru dirinya sendiri yang mendapatkan kejutan luar biasa dari Gracio. Clara bisa menerima jikalau dirinya hanya akan tetap menjadi simpanan dari pria beristri, karena ia amat mencintai Gracio. Akan tetapi, Clara tidak bisa menerima kenyataan bahwa dirinya hanya dijadiin alat balas dendam oleh pria yang sangat ia cintai untuk menghacurkan kehidupan sang Papa dan temannya, Xander. Jika dipikir-pikir kemunculan Gracio dalam hidupnya memang tidak masuk akal, dan bodohnya lagi Clara justru percaya dengan semua ucapan Gracio sehingga dia terjebak dengan cinta sepihak itu. "Jahat kamu Om. Hanya karena kesalahan Papa,

  • Pembalasan Sang Bandar   Bab 36.

    Pagi hari. Violetta mengantarkan Kevin ke depan rumah yang akan berangkat ke sekolah menggunakan taksi. Taksi yang sudah menjadi langganan sekaligus kenalan Gracio, jadi mereka tak perlu cemas kalau Kevin tidak akan sampai ke sekolahan. Karena supir taksi tersebut selalu menjamin keselamatan Kevin, karena ia benar-benar orang yang sangat baik. "Hati-hati di jalan, jangan buat keributan di sekolah ya. Belajar yang rajin, Kevin kan anak pintar," ucap Violetta memberikan nasehat kepada sang putra. "Kevin, jangan pernah takut sama siapa pun. Jangan sampai kamu ditindas oleh teman-teman yang lain, Kevin kan pemberani," kali ini Gracio yang memberikan nasehat kepada putranya. "Iya, Ma, Pa," jawab Kevin tersenyum senang. Suasana inilah yang selalu Kevin rindukan saat Mama dan Papanya pisah rumah. "Pak, titip Kevin ya," kata Violetta kepada supir taksi. Ia percayakan semuanya kepada kenalan suaminya itu. "Siap, Bu," supir taksi itu pun langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang

  • Pembalasan Sang Bandar   Bab 35.

    Plak! Gracio terkejut mendapatkan serangan tiba-tiba dari istrinya itu. "Ada apa, sayang, kenapa kamu menampar ku?" suara Gracio masih terdengar lembut di telinga Violetta, dan itu semakin membuatnya muak. "Sekarang sudah malam, kita bicara besok setelah Kevin berangkat ke sekolah," desis Violetta menahan amarah. Ia tidak mau bertengkar di depan putranya yang hanya akan merusak mental Kevin jika sampai melihat orang tuanya bertengkar hebat, apalagi tentang kasus perselingkuhan. Gracio tak bisa berbuat apa-apa, ia masuk ke dalam kamar dengan perasaan resah. Entah ada masalah apa hingga Violetta berani menamparnya untuk yang pertama kali. Sepertinya akan ada masalah, Gracio harus mempersiapkan diri pada esok pagi. Gracio masih bertanya-tanya ada apa dengan istrinya, kenapa sikapnya sangat dingin. Dia berubah tak seperti biasanya, apa jangan-jangan ... Dia sudah tahu akan hubungannya dengan Clara? Ah, tidak mungkin. Violetta selalu berada di rumah, jika keluar pun dia hanya menjempu

  • Pembalasan Sang Bandar   Bab 34.

    Sean terlonjak kaget saat melihat notifikasi pesan masuk yang ternyata dari Violetta. Ia menegakkan punggung serta membenarkan posisi duduknya di atas sofa sebelum membalas pesan dari wanita tersebut. "Saya akan mengirim beberapa bukti yang mengacu pada perselingkuhan suami Mbak dan seorang wanita muda yang tak lain adalah mahasiswi saya di kampus. Tapi, Mbak harus janji tidak akan melabrak wanita itu ataupun mengancamnya karena sudah menjadi selingkuhan suami Anda. Biarkan saya yang mengurus wanita itu asalkan Mbak mau berjanji kepada saya." Sean membalas pesan dari Violetta dan memberikan syarat terlebih dahulu sebelum memberikan bukti yang ia punya tentang perselingkuhan Gracio dan Clara, karena ia tidak mau wanita yang dicintainya menjadi sasaran empuk bagi Violetta, seperti yang telah terjadi di sinetron tentang istri sah yang melabrak selingkuhan suaminya, sehingga wanita itu malu dan tercoreng nama baiknya. "Yah, saya janji tidak akan melakukan hal itu. Cepat, berikan bukti

  • Pembalasan Sang Bandar   Bab 33.

    Clara duduk termenung di balkon kamarnya, ia terus kepikiran dengan perkataan Mamanya tadi siang. Ia sampai bertengkar dengan Camellia demi membela Gracio, sebab menurut Clara tidak mungkin Gracio tidak mencintainya dan hanya memanfaatkannya. "Nggak mungkin Om Gracio sejahat itu, bahkan dia sudah jujur lebih dulu kalau mempunyai istri dan anak, lantas untuk apa dia memanfaatkan ku yang nggak bisa apa-apa." Monolog Clara menolak percaya dengan perkataan Mamanya yang dia anggap membual hanya demi memisahkannya dengan Gracio. "Besok aku akan menemuinya dan bertanya langsung kepadanya untuk menghindari kesalahpahaman." Ucapnya lagi penuh tekad. Clara masih memegang teguh pendiriannya yang mencintai Gracio tanpa status. Ting! Satu pesan masuk ke dalam ponselnya, ternyata dari pria yang sejak tadi menjadi pusat pikirannya. "Selamat malam, Sayang. Apa kamu baik-baik saja? Aku sangat merindukanmu."Begitulah isi pesan yang dikirimkan Gracio kepada Clara. Malam ini pria itu sedang ada di

  • Pembalasan Sang Bandar   Bab 32.

    Sean menunggu Laura di depan gerbang TK Pelita, tanpa sengaja ia berpapasan dengan Violetta yang sedang menjemput putranya. "Mamanya Kevin 'kan?" ucap Sean kepada Violetta, mendekati wanita cantik itu dengan tujuan ingin mengutarakan kebenaran mengenai pengkhianatan Gracio."Iya, kamu Om nya Laura?" Violetta masih mengingat jelas wajah Sean saat makan siang bersama kemarin. "Mbak sibuk nggak setelah pulang dari sini?" tanya Sean berhati-hati, ia harus segera berbicara empat mata dengan wanita cantik itu karena ia kasihan dengannya yang dikhianati oleh suaminya sendiri. "Nggak, ada apa?" Violetta nampak penasaran saat melihat gelagat aneh dari pria di hadapannya. "Bisa kita bicara sebentar, saya ada perlu penting sama Mbak," kata Sean sangat tak sabaran. Violetta melihat jam yang melingkar di tangannya sebelum menyetujui permintaan Sean. "Kita ada waktu 30 menit untuk berbicara, ayo ke sebelah sana," Violetta mengajak Sean ke arah taman di samping sekolah TK tersebut. "Ada apa?"

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status