Share

Bab 5.

Author: Vita Zhao
last update Last Updated: 2023-10-25 16:39:04

Gracio terus memikirkan istri serta anaknya yang masih berada di rumah orang tuanya. Ia benar-benar tidak diperbolehkan bertemu dengan mereka. Rasanya hidupnya semakin hari semakin hampa. Ia jadi teringat dengan Clara, gadis bar-bar tapi cukup polos hingga tak sadar hanya dibodohi olehnya.

"Jangan lupa besok pagi misi pertama kita ke markas Xander. Jangan bersikap mencurigakan, kamu harus memberikan alasan yang jelas kepada kedua orang tuamu agar nggak dicari karena keluyuran di luar rumah." Tulis pesan Gracio kepada gadis cantik itu.

"Siap, Om tampan. Kenapa Om belum tidur? Pasti lagi mikirin aku ya." Balas pesan dari Clara yang membuat Gracio sedikit terhibur. Sikap Clara yang pecicilan sangatlah natural dan tidak dibuat-buat. Itulah yang Gracio sukai darinya.

"Ck! Cuma di read doang. Emang Om kulkas 12 pintu." Gerutu Clara terlihat kesal. Entah kenapa ia bisa percaya begitu saja terhadap Gracio yang jelas-jelas hanya orang baru baginya. Hatinya seolah berkata bahwa Gracio adalah pria yang baik, dan tidak mungkin mencelakainya.

Hari semakin larut, Clara dan Gracio tertidur pulas di tempat yang berbeda. Mereka tak sabar menunggu hari esok yang akan memulai satu persatu rencana mereka. Clara masih belum tahu akan status Gracio yang sudah beristri dan mempunyai seorang anak laki-laki. Ia terlanjur berharap dan ingin mendekati pria itu lebih dalam lagi.

Sesuai dengan janji yang sudah ditentukan, Gracio menjemput Clara di halte yang cukup dekat dari rumah gadis itu. Dia sudah meminta izin kepada kedua orang tuanya bahwa akan pergi ke rumah salah satu teman kampus untuk mengerjakan tugas kelompok.

"Maaf ya Om udah bikin nunggu lama," wajah Clara menyiratkan rasa bersalah karena terlambat datang ke lokasi.

"Masuklah," titah Gracio tak ingin berbasa-basi. Ia harus mempercepat rencananya supaya bisa membersihkan nama baiknya dari tuduhan palsu itu.

"Ingat, jangan sampai kamu membuat Xander curiga," ucap Xander begitu serius. Namun, tatapannya tetap fokus pada jalanan.

"Iya Om. Tapi aku takut. Gimana kalo Om Xander berbuat kurang ajar, dan Om Gracio nggak sempat nolong aku?" suara Clara terdengar sangat cemas. Ia benar-benar takut diterkam oleh Xander yang memang doyan wanita. Hanya saja, ia melakukan semua itu demi menyelamatkan papanya.

"Apa kamu meragukan ku?" tanya Gracio menekan perkataannya. Walau bagaimanapun dia tidak akan membuat Clara berakhir di atas ranjang bersama Xander sebelum keinginannya tercapai.

"Nggak sih Om. Cuma sedikit gugup aja. Aku belum berpengalaman dalam merayu seorang pria. Aku takut usahaku gagal, atau bahkan rencana kita ketahuan sama Om Xander," tutur Clara menatap lekat wajah Gracio yang tak sedikitpun melirik kearahnya.

"Ikuti saja perintahku, maka semuanya akan aman. Pakai ini, aku akan mengawasi mu dari luar," Gracio memberikan semua camera kecil yang terhubung ke ponselnya. Benda tersebut sudah aktif, Clara menyimpannya di dalam tas kecil yang menggantung di pundaknya.

"Baik, Om," Clara berusaha menetralkan perasaannya supaya tidak gugup saat berhadapan dengan Xander nanti.

Gracio membutuhkan berkas-berkas penting milik Xander yang berisi penggelapan uang, pencurian senjata tajam yang ilegal, obat-obatan terlarang, dan juga daftar nama-nama siapa saja yang ada di dalamnya. Yang orang ketahui, Xander dan Robert adalah tim penyelamat di kota A karena setiap kali ada kegaduhan, pasti merekalah yang membantu hingga keadaan kembali damai.

Padahal, di balik semua itu ada skandal besar yang dibuat secara sengaja oleh kedua pria berpangkat itu. Xander tidak pernah benar-benar membereskan masalah yang ada, melainkan menukarnya dengan uang sebagai kompensasi atas sebuah kejahatan.

Mereka selalu mencari kambing hitam atas kesalahan mereka sendiri, termasuk Gracio salah satu korbannya. Karena itulah Gracio menghasut Clara supaya percaya dengan semua perkataannya. Dia ingin menghancurkan dua pria jahat itu dengan cara mengadu-domba nya tanpa mengotori Gracio sendiri.

*****

"Clara! Tumben kamu ke sini?" ucap Xander sangat terkejut. Pasalnya baru kali ini putri dari bawahannya bertamu ke markasnya.

"Aku merindukan Om Xander," jawab Clara sekenanya. Ia duduk di pangkuan Xander begitu beraninya. Hal yang belum pernah Clara lakukan kepada pria manapun.

Xander membulatkan mata sempurna saat merasakan hangatnya bokong Clara. Ia sampai kesusahan menelan saliva nya dengan kasar. "Merindukan Om? Ada apa memangnya?" Xander bertanya dengan suara terbata-bata. Dirinya yang memegang pecinta selangkangan wanita, tentu saja tergoda dengan sikap Clara yang sangat berani itu.

Clara lebih dulu meletakkan tasnya di atas meja supaya Gracio bisa dengan leluasa mengawasinya. "Entahlah, tiba-tiba saja aku merindukan Om Xander saat tertawa terbahak-bahak ketika berbicara dengan Papa. Tawa yang sangat manis dan membuatku selalu terbayang-bayang," tangan Clara bergerak nakal di dada bidang pria tua itu. Sehingga menimbulkan suara erangan lirih dari bibir Xander.

Wajah Xander memerah karena tersipu akan penuturan Clara. "A-apa kamu menyukai Om?" sungguh pertanyaan Xander membuat Clara ingin muntah karena sangat tidak tahu malu dan tak sadar diri dengan usianya.

"Sepertinya begitu, Om. Apa aku salah jika mencintai Om yang sudah beristri?" wajah Clara ditekuk, berpura-pura sedih saat mengatakan hal itu. Sedangkan dalam hati, tiada hentinya ia mencaci maki Xander dengan berbagai macam sumpah serapah.

"Tentu saja tidak, Sayang. Justru Om sangat senang bisa dicintai sama gadis secantik kamu," Xander menarik dagu Clara yang membuatnya merasa gemas.

Itulah kelemahan seorang Xander. Godaan dan rayuan seorang wanita. Jika sudah mereka bergerak, maka apapun akan Xander berikan, termasuk uang dan juga barang-barang mahal hanya demi selangkangan. Namun, bukan itu tujuan Clara ke sana. Ia sedang mencari apa yang diinginkan oleh Gracio demi menyelamatkan papanya dari pengkhianatan Xander.

Di luar sana, Gracio menyeringai tipis saat melihat aksi Clara yang tak pernah dia duga sebelumnya. Gadis itu benar-benar sangat menyayangi papanya sampai rela berbuat sedemikian rupa hanya demi hal tak pasti. Sebab, Gracio hanya menipunya demi kepentingannya sendiri.

Semua rekaman itu otomatis tersimpan di memori handphone nya. Karena Gracio masih membutuhkan video tersebut suatu saat nanti.

"Ini masih awal, Robert. Tunggulah sebentar lagi, hidupmu dan juga hidup Xander akan hancur berkeping-keping di tangan seorang gadis polos itu." Gumam Gracio tersebut sinis. Ia terus mengamati setiap pergerakan Clara di dalam sana.

"Om, sebenarnya aku datang ke sini karena rasa penasaran yang sangat tinggi akan suatu hal," Clara membelai wajah Xander dengan sangat lembut untuk menghancurkan fokus Xander.

"Apa itu, Sayang. Katakan apa yang harus Om lakukan agar kamu tidak penasaran lagi," Xander menjawab dengan sangat cepat, karena adik kecilnya sudah bangun di bawah sana.

"Aku boleh masuk ke ruangan itu nggak? Soalnya dari pertama kali aku ikut Papa ke sini, rasa penasaran itu langsung muncul," Clara menunjuk sebuah ruangan pribadi milik Xander yang tak boleh ada satu orangpun masuk ke dalam sana. Termasuk, Robert.

Xander terdiam sejenak. Ia tidak mungkin membiarkan Clara masuk ke dalam sana, sebab semua bukti kejahatan dirinya ada di sana, beserta data-data barang ilegal yang tidak ada satu orang pun tahu. Namun, gerakan tangan Clara yang sangat lincah membuat otak dan bibir Xander menjadi tidak sinkron.

"Gimana Om, boleh apa nggak?" Clara mengulang pertanyaannya dengan tangan yang terus bergerak liar. Begitu juga dengan bokongnya yang ikut bergerak ke kanan dan ke kiri.

"B-boleh,"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pembalasan Sang Bandar   Bab 40.

    Sean berangkat pagi-pagi sekali ke rumah Clara untuk menemui wanita malang itu. Hatinya benar-benar tak tenang setelah melakukan perbuatan bejat terhadapnya, ia dihantui rasa bersalah sampai tak bisa tidur dengan nyenyak. Namun, saat sampai di halaman rumah Clara, ia berpapasan dengan Gracio yang baru turun dari dalam mobil. Pria itu juga ingin bertemu dengan Clara, ia harus menjelaskan semuanya sebelum terlambat. "Ngapain kamu di sini?" sinis Sean kepada Gracio, ia masih tidak terima jika Gracio terus mendekati Clara, wanita yang sangat dia cintai. "Bukan urusanmu," ketus Gracio langsung melengos pergi dan menekan bel rumah sang pujaan hati. Ting Tong. Tak butuh waktu lama, pintu rumah pun terbuka, menampilkan sosok Camellia, Mamanya Clara di sana. Camellia menatap kedua pria yang berdiri di hadapannya dengan tatapan tak terbaca. Terlihat jelas kedua mata wanita baya itu sangat bengkak, sepertinya dia habis menangis semalaman. "Boleh saya bertemu dengan Clara?" ucap Gracio sele

  • Pembalasan Sang Bandar   Bab 39.

    Happy Reading. Clara pulang dengan perasaan yang hancur berkeping-keping, pria yang sangat dia cintai tidak ada bedanya dengan Sean. Mereka berdua sama-sama brengs*k, tidak ada cinta yang tulus dari seorang pria. Mulai sekarang Clara benar-benar menutup hatinya dari pria mana pun. Sebelum pulang ke rumah, Clara lebih dulu menyambangi lapas untuk menemui Papanya. Dengan keterampilannya dalam menggunakan make up, Clara menutupi mata bengkaknya menggunakan peralatan make up nya agar tidak ketahuan oleh Robert jikalau dirinya habis menangis. Beruntung juga Clara selalu menyediakan pakaian ganti di dalam mobilnya sehingga ia bisa mengganti pakaiannya sehabis dinodai oleh para pria brengs*k. Mungkin Clara memang pantas dibilang wanita murahan karena sudah memberikan tubuhnya kepada Sean dan Gracio di hari yang sama walaupun pada waktu yang berbeda. Clara tersenyum lembut kepada sang Papa begitu mereke bertemu di ruang tunggu. "Kamu sendirian? Mama kamu mana, sayang?" ucap Robert setelah

  • Pembalasan Sang Bandar   Bab 38.

    Sean menyemburkan benihnya di atas perut Clara untuk menghindari sesuatu yang sangat tidak dia inginkan. Setelah ini Sean tidak akan lagi mengejar cintanya terhadap mahasiswinya tersebut, sebab Sean tidak mau mencoreng nama baiknya jika berhubungan lagi dengan seorang pelakor. Sean berdiri dan mengambil tisu di atas meja kerjanya, melemparnya tepat ke dada Clara dan hampir mengenai sesuatu yang kenyal di sana. Tentu saja hati Clara semakin terkoyak habis mendapatkan perlakuan buruk dari Sean yang menginjak harga dirinya habis-habisan. Setelah kehormatannya direnggut paksa, sekarang ia dicampakkan layaknya sampah. Apakah ini yang dinamakan cinta? Ah, persetan dengan kata cinta, mulai sekarang Clara tak mau lagi kenal dengan yang namanya cinta. "Cepat bersihkan dan keluar dari ruangan ini," titah Sean sambil lalu memungut pakaiannya yang teronggok di atas lantai. Memakainya dengan cepat tanpa membersihkan diri terlebih dahulu. Clara tersenyum kecut saat menyadari kalau Sean tak seba

  • Pembalasan Sang Bandar   Bab 37.

    Clara melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, hati sangat hancur karena mendengar ucapan Gracio tadi. Yeah, tak sengaja Clara mendengar semua percakapan antara Gracio dan istrinya. Awalnya Clara ingin menemui Gracio untuk memastikan apakah pria itu akan tetap berbohong mengenai kepulangan istrinya. Namun, siapa sangka. Niat hati ingin memberikan kejutan kepada pria itu justru dirinya sendiri yang mendapatkan kejutan luar biasa dari Gracio. Clara bisa menerima jikalau dirinya hanya akan tetap menjadi simpanan dari pria beristri, karena ia amat mencintai Gracio. Akan tetapi, Clara tidak bisa menerima kenyataan bahwa dirinya hanya dijadiin alat balas dendam oleh pria yang sangat ia cintai untuk menghacurkan kehidupan sang Papa dan temannya, Xander. Jika dipikir-pikir kemunculan Gracio dalam hidupnya memang tidak masuk akal, dan bodohnya lagi Clara justru percaya dengan semua ucapan Gracio sehingga dia terjebak dengan cinta sepihak itu. "Jahat kamu Om. Hanya karena kesalahan Papa,

  • Pembalasan Sang Bandar   Bab 36.

    Pagi hari. Violetta mengantarkan Kevin ke depan rumah yang akan berangkat ke sekolah menggunakan taksi. Taksi yang sudah menjadi langganan sekaligus kenalan Gracio, jadi mereka tak perlu cemas kalau Kevin tidak akan sampai ke sekolahan. Karena supir taksi tersebut selalu menjamin keselamatan Kevin, karena ia benar-benar orang yang sangat baik. "Hati-hati di jalan, jangan buat keributan di sekolah ya. Belajar yang rajin, Kevin kan anak pintar," ucap Violetta memberikan nasehat kepada sang putra. "Kevin, jangan pernah takut sama siapa pun. Jangan sampai kamu ditindas oleh teman-teman yang lain, Kevin kan pemberani," kali ini Gracio yang memberikan nasehat kepada putranya. "Iya, Ma, Pa," jawab Kevin tersenyum senang. Suasana inilah yang selalu Kevin rindukan saat Mama dan Papanya pisah rumah. "Pak, titip Kevin ya," kata Violetta kepada supir taksi. Ia percayakan semuanya kepada kenalan suaminya itu. "Siap, Bu," supir taksi itu pun langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang

  • Pembalasan Sang Bandar   Bab 35.

    Plak! Gracio terkejut mendapatkan serangan tiba-tiba dari istrinya itu. "Ada apa, sayang, kenapa kamu menampar ku?" suara Gracio masih terdengar lembut di telinga Violetta, dan itu semakin membuatnya muak. "Sekarang sudah malam, kita bicara besok setelah Kevin berangkat ke sekolah," desis Violetta menahan amarah. Ia tidak mau bertengkar di depan putranya yang hanya akan merusak mental Kevin jika sampai melihat orang tuanya bertengkar hebat, apalagi tentang kasus perselingkuhan. Gracio tak bisa berbuat apa-apa, ia masuk ke dalam kamar dengan perasaan resah. Entah ada masalah apa hingga Violetta berani menamparnya untuk yang pertama kali. Sepertinya akan ada masalah, Gracio harus mempersiapkan diri pada esok pagi. Gracio masih bertanya-tanya ada apa dengan istrinya, kenapa sikapnya sangat dingin. Dia berubah tak seperti biasanya, apa jangan-jangan ... Dia sudah tahu akan hubungannya dengan Clara? Ah, tidak mungkin. Violetta selalu berada di rumah, jika keluar pun dia hanya menjempu

  • Pembalasan Sang Bandar   Bab 34.

    Sean terlonjak kaget saat melihat notifikasi pesan masuk yang ternyata dari Violetta. Ia menegakkan punggung serta membenarkan posisi duduknya di atas sofa sebelum membalas pesan dari wanita tersebut. "Saya akan mengirim beberapa bukti yang mengacu pada perselingkuhan suami Mbak dan seorang wanita muda yang tak lain adalah mahasiswi saya di kampus. Tapi, Mbak harus janji tidak akan melabrak wanita itu ataupun mengancamnya karena sudah menjadi selingkuhan suami Anda. Biarkan saya yang mengurus wanita itu asalkan Mbak mau berjanji kepada saya." Sean membalas pesan dari Violetta dan memberikan syarat terlebih dahulu sebelum memberikan bukti yang ia punya tentang perselingkuhan Gracio dan Clara, karena ia tidak mau wanita yang dicintainya menjadi sasaran empuk bagi Violetta, seperti yang telah terjadi di sinetron tentang istri sah yang melabrak selingkuhan suaminya, sehingga wanita itu malu dan tercoreng nama baiknya. "Yah, saya janji tidak akan melakukan hal itu. Cepat, berikan bukti

  • Pembalasan Sang Bandar   Bab 33.

    Clara duduk termenung di balkon kamarnya, ia terus kepikiran dengan perkataan Mamanya tadi siang. Ia sampai bertengkar dengan Camellia demi membela Gracio, sebab menurut Clara tidak mungkin Gracio tidak mencintainya dan hanya memanfaatkannya. "Nggak mungkin Om Gracio sejahat itu, bahkan dia sudah jujur lebih dulu kalau mempunyai istri dan anak, lantas untuk apa dia memanfaatkan ku yang nggak bisa apa-apa." Monolog Clara menolak percaya dengan perkataan Mamanya yang dia anggap membual hanya demi memisahkannya dengan Gracio. "Besok aku akan menemuinya dan bertanya langsung kepadanya untuk menghindari kesalahpahaman." Ucapnya lagi penuh tekad. Clara masih memegang teguh pendiriannya yang mencintai Gracio tanpa status. Ting! Satu pesan masuk ke dalam ponselnya, ternyata dari pria yang sejak tadi menjadi pusat pikirannya. "Selamat malam, Sayang. Apa kamu baik-baik saja? Aku sangat merindukanmu."Begitulah isi pesan yang dikirimkan Gracio kepada Clara. Malam ini pria itu sedang ada di

  • Pembalasan Sang Bandar   Bab 32.

    Sean menunggu Laura di depan gerbang TK Pelita, tanpa sengaja ia berpapasan dengan Violetta yang sedang menjemput putranya. "Mamanya Kevin 'kan?" ucap Sean kepada Violetta, mendekati wanita cantik itu dengan tujuan ingin mengutarakan kebenaran mengenai pengkhianatan Gracio."Iya, kamu Om nya Laura?" Violetta masih mengingat jelas wajah Sean saat makan siang bersama kemarin. "Mbak sibuk nggak setelah pulang dari sini?" tanya Sean berhati-hati, ia harus segera berbicara empat mata dengan wanita cantik itu karena ia kasihan dengannya yang dikhianati oleh suaminya sendiri. "Nggak, ada apa?" Violetta nampak penasaran saat melihat gelagat aneh dari pria di hadapannya. "Bisa kita bicara sebentar, saya ada perlu penting sama Mbak," kata Sean sangat tak sabaran. Violetta melihat jam yang melingkar di tangannya sebelum menyetujui permintaan Sean. "Kita ada waktu 30 menit untuk berbicara, ayo ke sebelah sana," Violetta mengajak Sean ke arah taman di samping sekolah TK tersebut. "Ada apa?"

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status