Share

Kosong

Vinn memijit keningnya. Kepalanya berdenyut sejak beberapa menit lalu seusai pertemuan. Kini ia duduk menyendiri di balkon lantai tiga. Menikmati angin malam yang perlahan menusuk kulit pucatnya.

"Vin," panggil suara Tuan Bara seraya mendekat. Sejak tadi pria itu memperhatikan sang keponakan yang menjadi lebih pendiam.

"Kukira Paman sedang menemani kakek," respon Vinn. Ia tersenyum dan bersikap biasa, berharap pamannya tidak menyadari ia sedang kesakitan.

"Kenapa kau menolak menandatangani surat itu?"

"Bukan menolak, Paman. Aku akan menandatanganinya nanti. Menurutku tidak perlu buru-buru juga. Bukankah aku belum berhak?" Vinn melempar pandangan pada pendar cahaya di kejauhan. Letak pusat kota yang berjarak belasan kilometer dari mansion.

"Semua keputusan ada di tangan kakekmu. Aku juga tidak tahu apa alasannya. Mungkin dia sudah lelah memintamu menikah." Tuan Bara menahan tawa disusul Vinn yang melakukan hal yang sama.

"Kakekku terlalu murah hati," komentar Vinn.

"Sejak dulu m
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status