Beranda / Romansa / Pembalasan Sang Pewaris / 4. Mendadak Menjadi Nona Muda Lysander

Share

4. Mendadak Menjadi Nona Muda Lysander

Penulis: DIHNU
last update Terakhir Diperbarui: 2023-03-09 14:45:34

Ankara hanya memperhatikan putrinya yang sejak tadi diam di atas hospital bed. Saat putrinya kembali hanya menangis, kemudian diam dan kembali menangis lagi. Sepanjang malam, ia hanya melihat Alika menangis.

Hanya laporan dari pengawal yang didengarnya mengenai apa yang terjadi di keluarga Matthias.

“Kenapa? Apa kau baru tahu sifat asli dari keluarga mantan kekasihmu itu?” Ankara mengawali pembicaraan membuat Alika menatap sendu ke arahnya.

“Mereka akan mengantarkanmu pulang,” ucap Ankara kemudian beranjak dari tempat duduknya. “Kita berdua akan bicara setelah kondisimu sudah membaik,” tambah Ankara lagi.

Pengawal yang mengantarkan Alika, bukan mengantarkannya ke apartement tapi mengantarkanya ke sebuah rumah berlokasi di Cilandak Margasatwa Townhouse. Kawasan rumah megah di Jakarta Selatan.

Ia tahu dengan persis harga rumah di kawasan tersebut. “Tuan, tidak ingin Anda kembali ke Apartemen itu lagi. Beliau memintaku untuk mengemas seluruh barang-barang Anda, saya telah menata kembali barang-barang Nona seperti di apatement.”

Alika tidak berkomentar sama sekali. “Rumah ini sangat mahal.”

“Bagi Tuan harganya tidak seberapa Nona. Nona bahkan meminta Tuan membeli sebuah villa atau mansion megah di kawasan elit. Nona tidak perlu tinggal di apatement kecil itu lagi. Anda adalah Nona muda keluarga Lysander, tidak perlu lagi merasa kekurangan uang.”

Hanya kekehan terdengar dari mulut Alika. “Nona muda? Itu terdengar sangat lucu.”

Mobil berhenti di sebuah rumah begitu megah. “Ini rumah yang akan Nona tempati,” ucap pria itu.

Tidak bisa dipungkiri Alika tercengang melihat rumah yang begitu megah di hadapannya. Apalagi pria yang mengatarkannya mengatakan jika rumah tersebut di beli atas nama dirinya.

“Kenapa Nona tidak masuk? Apa tidak menyukainya? Saya akan mengatakan pada Tuan jika Nona tidak menyukainya.”

“Tidak. Ini benar-benar di luar ekspetasi. Hidup sebatang kara selama seperempat abad, tiba-tiba menjadi putri dari keluarga konglemerat. Benar-benar bercanda hidup ini,” kekeh Alika.

Didampingi pria suruhan sang ayah, Alika masuk ke dalam rumah untuk melakukan room tour. Lagi-lagi Alika dibuat terkesima dengan apa yang ada di depan matanya. Tidak hanya mobil tetapi di lantai atas rumah pun memiliki landasan pacu helicopter.

“Apa ini tidak berlebihan?”

“Menurutku tidak, Nona. Selama ini Nona hidup dengan serba kekurangan, jadi tidak berlebihan jika menikmati semua yang seharusnya Anda nikmati sejak dulu,” tegas pria itu. Alika hanya terdiam. Dia benar-benar tidak tahu harus berkata apa lagi.

“Aku harus memanggilmu apa?” tanya Alika. “Maksudku, namamu?”

Pria itu terdiam sesaat.

“Farhan.”

Setelah mengatakan namanya, Farhan pun pergi meninggalkan Alika di lantai atas. Ia kembali melihat helicopter yang tengah terparkir megah di depannya saat ini.

“Apa ini masuk akal?” tanyanya kemudian turun ke lantai bawah. Ia merebahkan diri di atas sofa, tubuhnya masih lemah.

Beberapa jam kemudian, terdengar sebuah ketukan pintu, ia pun bergegas membuka pintu. Sontak saja saat membuka pintu Alika melebarkan matanya dengan sempurna, seumur hidupnya, ini kali pertama ia merasa begitu ketakutan.

"Whats wrong?" tanya Alika dengan terbata-bata.

Pria itu, Ankara. Entah apa yang terjadi, ia datang ke tempat tinggal Alika dengan keadaan terluka.

"Help me, please!" gumam orang itu sambil menahan rasa sakit.

“Please close the door. Someone is chasing me.”

Tak menunggu jawaban dari Alika lebih dulu, laki-laki itu langsung menerobos masuk ke dalam rumah dan meninggalkan Alika yang masih termenung di depan pintu.

Alika masih terlihat bingung bercampur rasa takut, ia melihat Ankara yang ada di hadapannya itu. Tubuhnya penuh dengan luka. Bayangan orang psikopat yang seringkali ia tonton di dalam drama, tiba-tiba muncul di kepalanya hingga membuat rasa takutnya menjadi berkali-kali lipat.

"Apakah perlu aku panggilkan dokter untuk membantumu membersihkan luka-luka itu? Atau, apakah kita kerumah sakit saja?" tanya Alika, meskipun rasa takut sedang menjalari tubuhnya tapi ia terlihat sangat khawatir.

“Tidak perlu, tolong berikan saja aku kotak P3Knya, aku akan membersihkan sendiri luka-luka ini. Lagian, ini bukanlah kali pertama aku seperti ini, aku sudah terbiasa. Luka seperti ini juga tidak akan membuatku mati," jawab Ankara membuat Alika menatap penuh keanehan.

“Are you serious?” tanya Alika dengan sedikit keraguan.

“Yes. I'm serious.”

Masih ada keraguan pada Alika walaupun pria itu mengatakan serius, cukup kotak P3k saja. “But your wound is quite serious.”

"Shut up.” Ankara sedikit membentak Alika. “Sebaiknya, segera berikan saja padaku kotak obatnya.”

Alika tidak berani lagi bertanya, dia segera berjalan mengambil kotak P3K yang tersedia di depan meja televisi.

"Ini," ucap Alika. Ia begitu ngilu melihat luka-luka itu.

"Terimakasih."

Alika hanya diam saja, ia berjalan ke arah dapur untuk mengambil air minum.

"Mau minum apa?" tanya Alika.

"Bir. Punya?"

“Sepertinya tidak ada,” ucap Alika memeriksa kulkas.

“Huh. Berikan saja, apa yang kau punya,” seru Ankara sambil mengobati luka miliknya sendiri.

Tak lama kemudian, Alika kembali dengan membawa nampan berisi air putih dan beberapa cemilan yang ia punya. Melihat luka pria itu membuat Alika merinding.

"Terimakasih."

"CK! Mau berapa kali Anda mengatakan terimakasih? Lagian, ini bukan apa-apa kok. Ini hanya bentuk rasa kepedulian sesama manusia saja." jawab Alika.

Setelah itu, tak ada jawaban apapun yang diberikan oleh Ankara. Ia nampak fokus mengobati lukanya yang hampir seluruh tubuhnya.

Tiba-tiba Farhan dan menghampiri mereka. “Tuan, kami telah membereskan mereka. Beberapa orang yang mengikuti Anda sudah kami bereskan.”

Alika tidak paham apa yang dikatakan Farhan. Membereskan? Apa yang diberesekan.

“Bagus.”

“Saya membawa dr. Ardana untuk mengobati Anda,” ucap Farhan lagi kemudian membalikan badan mempersilahkan dokter yang dibawa untuk memeriksa Ankara.

A-apa maksudnya membereskan? Apa yang dibereskan?” Alika bertanya karena dia penasaran.

“Belum waktunya kau tahu,” ucap Ankara dengan tegas menatap ke arah Alika.

Alika yang tidak terima dengan jawaban itu, memilih naik ke lantai atas. Di kepalanya masih memikirkan apa yang dikatakan Ankara. Namun, ada hal yang harus dia pikirkan daripada memikirkan mengenai Ankara.

Keluarga Matthias, mengingat kejadian semalam membuat Alika memiliki pikiran terbuka. Pria yang dia pikir mampu melindunginya, memilih menjadi boneka.

“Apa kau sudah memutuskannya?” Ankara tiba-tiba datang mengejutkan Alika. “Apa kau sudah memikirkan menjadi Alika Farhan yang miskin dan menyedihkan atau menjadi Putri tunggal Ankara Jagna Lysander pewaris seluruh kekayaan keluarga Lysander?” Ankara bertanya dengan sungguh-sungguh.

Tidak ada jawaban dari Alika, ia pun masih berpikir. “Dengan menjadi Nona Muda Lysander kau bisa membalaskan dendammu pada keluarga Matthias.” Ankara kembali mengingatkan sebuah keinginan yang telah membara di mata Alika.

“Jadilah Nona Muda Lysander dan buat mereka yang telah menghinamu memohon ampun.”

Mendengar apa yang dikatakan Ankara, dendam yang ada di dalam hati Alika mulai membawa. Apa yang dikatakan oleh Ankara benar, jika dia menjadi Nona Muda Lysander dia bisa membalaskan dendamnya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pembalasan Sang Pewaris   Kau Pikir

    Vero yang baru tiba di kantor menghamburkan seluruh barang-barang di atas mejanya. Dia memekik membuat sang asisten masuk ke dalam ruangannya.“Keluar,” bentak Vero.Tangan Vero mengepal erat, melihat bagaimana Arsen mencium Elektra. Dia bahkan tidak pernah mendapatkan sentuhan dari suaminya tapi wanita yang baru dikenal itu mendapatkannya.“Elektra sialan,” umpatnya sambil melemparkan ponsel sembarang arah. “Berani sekali wanita itu. Berani sekali dia tersenyum seperti itu,” geram Vero.Suara barang-barang yang dibanting terdengar hingga keluar tapi tidak ada yang berani mendekat kea rah ruangannya. Mereka sudah tahu bagaimana sikap Vero jika marah.Namun berbeda dengan Elektra yang tengah santai di dalam mobil Arsen, wanita itu seakan tidak terjadi apa-apa. Arsen sesekali melirik ke arah wanita disampingnya.“M-maaf jika saya membuat Anda tidak nyaman,” seru Arsen membuka suara.“No problem. Aku yakin Anda melihatku karena wajahku mirip dengan Alika.”“M-maaf.” Elektra tersenyum men

  • Pembalasan Sang Pewaris   61. Kau Pikir Kau Siapa?

    Vero yang baru tiba di kantor menghamburkan seluruh barang-barang di atas mejanya. Dia memekik membuat sang asisten masuk ke dalam ruangannya.“Keluar,” bentak Vero.Tangan Vero mengepal erat, melihat bagaimana Arsen mencium Elektra. Dia bahkan tidak pernah mendapatkan sentuhan dari suaminya tapi wanita yang baru dikenal itu mendapatkannya.“Elektra sialan,” umpatnya sambil melemparkan ponsel sembarang arah. “Berani sekali wanita itu. Berani sekali dia tersenyum seperti itu,” geram Vero.Suara barang-barang yang dibanting terdengar hingga keluar tapi tidak ada yang berani mendekat kea rah ruangannya. Mereka sudah tahu bagaimana sikap Vero jika marah.Namun berbeda dengan Elektra yang tengah santai di dalam mobil Arsen, wanita itu seakan tidak terjadi apa-apa. Arsen sesekali melirik ke arah wanita disampingnya.“M-maaf jika saya membuat Anda tidak nyaman,” seru Arsen membuka suara.“No problem. Aku yakin Anda melihatku karena wajahku mirip dengan Alika.”“M-maaf.” Elektra tersenyum men

  • Pembalasan Sang Pewaris   60. Ciuman Panas Arsen dan Elektra

    Hotline berita begitu menarik banyak perhatian public. Di mana mereka menulis jika Elektra membela seorang pelaku dengan menjadi pengacaranya.“Tch. Sudah kuduga akan seperti ini,” gerutu Elektra kemudian menyambar remote dan mematikannya.Magno baru saja masuk dengan wajah yang sulit untuk diartikan. “Kita ke kantor.”“Banyak reporter di sana.”“Kau tidak bisa menangani mereka, huh?”Melihat raut wajah Magno dia bisa tahu jawabannya. “Aku tidak akan mati hanya karena mereka, ayo kita ke kantor,” ucap Elektra.Saat tiba di parkiran mata Elektra tertuju pada Regan yang berdiri di samping mobil. Magno pun terkejut dengan kehadiran pria itu.“Apa yang kau lakukan di sini?”“Aku mengkhawatirkanmu, aku melihat berita dan datang. Kau tidak membalas pesan ataupun mengangkat telponku.”Elektra baru ingat dia tidak memang ponselnya. “Kau mau ke kantor?” Regan lagi-lagi bertanya. “Ikut denganku di dalam mobil, mereka pasti akan mengenali mobilmu tapi mereka tidak akan mencegah mobilku masuk,” t

  • Pembalasan Sang Pewaris   59. Ngedate?

    Arsen benar-benar tidak bisa terima jika ada pria lain yang mendekat pada Elektra. Keinginannya mendekati Elektra berubah menjadi obsesi.“Enak ‘kan? Aku tebak kau tidak pernah merasakan nasi goreng seperti ini,” seru Regan. “Mau lagi?” Regan kembali menyendok nasi miliknya dan menyuapi Elektra. Lagi-lagi Elektra membuka mulutnya menerima suapan dari Regan.Mungkin banyak yang mengira jika keduanya adalah sepasang kekasih yang tengah berkencan.Di saat bersamaan, sebuah ponsel di atas meja berbunyi menampilkan sebuah pesan. Melihat pesan yang dikirimkan padanya membuat pria itu mengerutkan kening, sesaat kemudian menghubungi yang mengirimkan pesan padanya.“Pergi dari sana. Jangan ganggu dia, jangan sampai ketahuan.”“Baik Tuan.”Saat menerima pesan dari anak buahnya, Ankara memejamkan mata. Kemudian menghubungi satu nama di ponselnya. “Tolong cari informasi mengenai seseorang untukku,” serunya kemudian mematikan panggilan tapi mengirimkan satu foto.“Kau tidak akan menolak sepiring n

  • Pembalasan Sang Pewaris   58. Kencan Dipinggir Jalan

    Dari kejauhan terlihat pria yang tadi mengirimkan pesan pada Elektra, dia tersenyum sambil melambaikan tangannya ke arah wanita yang dilihatnya baru saja keluar dari pintu lift menuju basement kantor.“Kau mengajakku keluar karena ingin membayar hutangmu?”Regan segera menganggukan kepala. “Ya, dan juga ingin merayakan denganmu karena diterima menjadi pengacara di sini,” jawab Regan jujur.“Ayo,” seru Regan membukakan pintu mobilnya. “Maaf, mobil saya tidak seperti mobilmu,” ucap Regan saat masuk ke dalam mobil.Elektra bahkan tidak mempermasalahkan itu, apalagi bau parfum menyengat, tidak buruk menurutnya. Wanginya menenangkan dengan aroma kayu.Tidak ada ekspresi di wajah Elektra saat masuk ke dalam mobil. “Apa kau tidak suka dengan mobilku? Kita bisa—““Tidak. Ayo pergi saja,” bantah Elektra menenangkan Regan yang terlihat sedikit segan dengan sikapnya.H

  • Pembalasan Sang Pewaris   57. Elektra Menjadi Penguntit (?)

    Elektra mengumpati dirinya yang saat ini tengah duduk di dalam mobil sambil memperhatikan seseorang dari dalam mobil. Magno yang ada disampingnya pun menatap dengan penuh tanya, mengenai apa yang dilakukan oleh sang nona.Mata Elektra tertuju pada pria yang berada di dalam restoran, beberapa saat kemudian pria itu beranjak dari restoran tersebut. Dia berjalan santai menuju parkiran dan menyadari jika hari sudah sore. Buru-buru ia mengemudikan mobilnya meninggalkan tempat itu.Tanpa disadari—Elektra yang bersembunyi di dalam mobilnya kini membuntuti Regan. Ternyata dia juga penasaran terhadap laki-laki itu karena selalu mengajaknya bicara.“Kau tertarik dengannya?” Magno barulah membuka suara. Lirikan tajam dari Elektra terlihat, “Okay. Aku tidak akan bertanya lagi,” lanjutnya.Seram juga menanyakan hal seperti itu pada Elektra. Namun, dia suka jika Elektra menunjukan sikap seperti itu.Magno sengaja memberi jarak yang

  • Pembalasan Sang Pewaris   56. Tarik Ulur dengan Arsen

    "Hai, tu— tunggu." Regan mencoba menahan Elektra agar tidak pergi.Sayangnya, wanita itu tidak ingin bicara dan langsung mengemudikan mobilnya meninggalkan Regan."Ah, sial!" umpat Regan karena lagi-lagi dia gagal mengajak Elektra bicara. “Padahal dia ingin mentraktirnya.”Dia pun memilih pergi dari Firma Hukum Lyosa karena masih ada perut kelaparan yang harus diberi makan. Regan lantas mengemudikan mobilnya menuju sebuah restoran terdekat.Lagi-lagi kedatangan Regan di restoran tersebut mengundang perhatian orang-orang sekitar. Ketampanannya memang telah diakui banyak orang. Namun, Regan sendiri bingung mengapa Elektra sama sekali tidak tertarik padanya? Bahkan setelah mereka bertemu beberapa kali."Ck! Aku sungguh tidak nyaman ditatap oleh mereka seperti itu," celetuk Regan seraya memasuki restoran.Walaupun begitu, dia tidak berniat untuk mencari tempat makan yang lainnya. Regan sengaja memilih tempat duduk di sudu

  • Pembalasan Sang Pewaris   55. Elektra Menghindar

    Kamar yang tertata rapi, deretan buku-buku hukum ada di dalam membuat kamar tersebut sesuai dengan pemilik kamar. Sederhana tapi sangat bersih."Bangun, Regan. Katamu ada acara hari ini?" Seorang wanita berkata lembut setelah membuka korden jendela kamar putranya."Iya, Ma," jawab laki-laki itu seraya berkedip cepat.Dia ingat sekali jika hari ini akan ada interview bagi orang-orang yang sudah mendaftar di Firma Hukum Lyosha. Seketika Regan bangun dengan penuh semangat dan ingin segera diwawancarai, sekaligus berharap bisa bertemu pengacara cantik lagi di sana."Aku mandi dulu ya, Ma," pamit Regan."Iya, Sayang," sahutnya.Begitu Regan masuk kamar mandi, wanita paruh baya itu langsung membereskan tempat tidur sang putra. Kemudian—menyiapkan sarapan dan melakukan aktivitas yang lain.Berhubung sudah hampir terlambat, Regan mempercepat proses mandinya dan segera memakai baju se-rapi mungkin. Dia berdiri di depan cer

  • Pembalasan Sang Pewaris   54. Pria Ekstrovert Vs Wanita Introvert

    Elektra lagi-lagi terbangun melihat ruangan yang berbeda. Ruang kamar dengan cat berwarna abu. “Sial. Kenapa aku tidak sadar jika dia menggendongku pulang,” gerutu Elektra sambil mengacak rambut. Setelah merasa nyawanya terkumpul, Elektra turun dari tempat tidur, dia mencari keberadaan Magno tetapi tidak menemukan pria itu di manapun. Namun, sarapan pagi berada di atas meja membuatnya segera menyantapnya. “Ke mana perginya, dia? Bukankah ini masih pagi?” tanya Elektra sambil mencari letak jam, dia ingin tahu saat ini pukul berapa. Namun saat dia melihat jam, begitu terkejut dirinya. “Astaga. Apa aku tidur selama itu?” tanya Elektra. Jam telah menunjukan pukul 3 sore. Sesaat Elektra terdiam. “Makanannya masih hangat, apa dia pulang dan membuatkanku makanan?” Elektra tersadar mengenai hal itu. Setelah menyelesaikan makannya, Elektra bergegas membersihkan diri. Di dalam kamar tersedia pakaian ganti untuknya. “Dia selalu tahu, fash

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status